Kata kata Mutiara - kata kata mutiara adalah rangakaian kalimat yang indah penuh makna memiliki pesan yang baik sehingga dapat menginspirasi dan menumbuhkan motivas. nah disini admin akan menggabungkan kata kata mutiara dengan bahasa tausyah sms. tujuannya supaya kita gampang memanfaatkan sosmed atau lebih khusu hp untuk dijadikan sarana untuk kita dawah bin kitabah berupa SMS online
Kata-Kata Mutiara & SMS Tausiyah
Syaikh
‘Abdul Maalik Al Qoosim: “Aku heran pada orang yang lima kali membasuh
wajahnya setiap hari, memenuhi panggilan mu’adzdzin, tetapi tidak
mencuci hatinya sekalipun dalam satu tahun agar menghilangkan kotoran
ketergantungan terhadap dunia, kelamnya hati dan buruknya akhlaq.”
“Semenjak kenal manusia, aku
tidak senang pujian mereka, dan juga tidak benci celaan mereka.” Ada
yang bertanya, “Kenapa bisa demikian?” beliau menjawab, “Karena mereka
yang memuji itu berlebih-lebihan dan mereka yang mencela itu terlalu
meremehkan.” -Malik bin Dinar-
(Shifatus Shafwah : III/276)
(Shifatus Shafwah : III/276)
“Sesungguhnya Allah mencintai
orang orang yang tidak menonjolkan diri, taqwa, & shalih. Apabila
tidak hadir, mereka tak dicari cari. Apabila hadir mereka tak dikenali.
Mereka bagaikan lentera lentera petunjuk yang menerangi setiap
kegelapan.” (HR. Al Mundziri dalam At Targhib wat Tarhib, hasan)
ibnul qayyim al jauziyah berkata:
“Sungguh suatu kezaliman dan kebodohan kalau engkau memohon
penghormatan dan pengagungan dari manusia, sementara hatimu kosong dari
mengagungkan dan menghormati Allah swt.”
“Seandainya aku melakukan
kebenaran sembilan puluh sembilan kali dan melakukan kesalahan sekali,
sungguh manusia akan menghitung-hitung satu kesalahan tersebut”.
(perkataan Asy Sya’bi rohimahulloh dalam Tahdzib Siyar A’lam An Nubala, 1/392).
(perkataan Asy Sya’bi rohimahulloh dalam Tahdzib Siyar A’lam An Nubala, 1/392).
“Janganlah kalian mencabut uban,
karena ia merupakan cahaya seorang muslim di hari kiamat.” (HR. Abu
Dawud, dll. Al-Imam An-Nawawi t dalam Riyadush Shalihin menghasankannya)
Ciri-ciri ulama akhirat antara
lain: dia sangat berhati-hati dalam memberi fatwa, bahkan bersikeras
untuk tidak berfatwa sama sekali. Apabila ditanya oleh orang tentang
segala sesuatu yang diketahui baik yang bersumber dari Al Qurán, hadits,
ijma’dan kiyas, maka ia menjelaskan sesuai dengan kemampuannya.
Sebaliknya, jika ia tidak mengetahui secara pasti, maka dengan jujur ia
berkata : aku tidak tahu (wallahu a’lam bish showab) . (Imam
al-Ghazali). Subhanallah…
Imam Abu Daud rahimahullah
meriwayatkan dari hadits Abu Darda radhiallahu ‘anhu bahwasannya Nabi
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :
“Apabila seorang hamba melaknat sesuatu maka laknat tersebut naik ke langit, lalu tertutuplah pintu-pintu langit. Kemudian laknat itu turun ke bumi lalu ia mengambil ke kanan dan ke kiri. Apabila ia tidak mendapatkan kelapangan, maka ia kembali kepada orang yang dilaknat jika memang berhak mendapatkan laknat dan jika tidak ia kembali kepada orang yang mengucapkannya.”
“Apabila seorang hamba melaknat sesuatu maka laknat tersebut naik ke langit, lalu tertutuplah pintu-pintu langit. Kemudian laknat itu turun ke bumi lalu ia mengambil ke kanan dan ke kiri. Apabila ia tidak mendapatkan kelapangan, maka ia kembali kepada orang yang dilaknat jika memang berhak mendapatkan laknat dan jika tidak ia kembali kepada orang yang mengucapkannya.”
Imam Ghazali = ” Apa yang paling tajam sekali di dunia ini? “
Murid- Murid dengan serentak menjawab = ” Pedang “
Imam Ghazali = ” Itu benar, tapi yang paling tajam sekali didunia ini adalah LIDAH MANUSIA. Karena melalui lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri “
Murid- Murid dengan serentak menjawab = ” Pedang “
Imam Ghazali = ” Itu benar, tapi yang paling tajam sekali didunia ini adalah LIDAH MANUSIA. Karena melalui lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri “
“Barangsiapa yang ilmunya membuat dia menangis (karena takut kepada Allah), maka dia seorang yang ‘alim.” (Sufyan ats-Tsauri)
“Jangan sekali-kali kamu tertipu
dalam menilai kepahlawanan seorang laki-laki dari perilakunya dan apa
yang kamu lihat dari amal ibadahnya. Sesungguhnya, seorang pria yang
disebut pahlawan adalah yang senantiasa menjaga dua perkara, yakni yang
menjaga aturan-aturan Allah dan senantiasa ikhlas dalam beramal.”
(Ibnul Jauzi dalam Saaidul Khatiir)
(Ibnul Jauzi dalam Saaidul Khatiir)
Setiap jasad tidaklah bisa lepas
dari yang namanya hasad (iri). Namun orang yang berpenyakit (hati) akan
menampakkannya. Sedangkan orang yang mulia (hatinya) akan
menyembunyikannya
Kita adalah pemberi nasehat bukan pengumbar aib, kita menutupi bukan membeberkan cela..! Luruskan niat..!
“ Selagi mana ulama’ tidak
berjihad maka selagi itulah ummah tidak akan memahami hakikat JIHAD .
Apabila rusak ulama’ maka rusaklah seluruh ummah ”
“Seandainya kalian mengetahui
dengan sebenar-benarnya ilmu (agama), niscaya kalian akan bersujud
hingga punggung-punggung kalian membengkok, dan sungguh kalian akan
berteriak-teriak sampai suara kalian habis. Maka menangislah, bila
kalian tidak mampu menangis maka berpura-puralah menangis.”
[dan bila tidak mampu menangis maka tangisilah diri kalian yang memiliki hati sekeras batu. _pent.]
(Shifatus Shafwah, tahqiq : Mahmud Fakhuri dan Dr. Muhammad Rawwas al Qal’ahji, Darul Ma’rifah, Lebanon-Beirut, Cetakan tanpa tahun, I/658).
[dan bila tidak mampu menangis maka tangisilah diri kalian yang memiliki hati sekeras batu. _pent.]
(Shifatus Shafwah, tahqiq : Mahmud Fakhuri dan Dr. Muhammad Rawwas al Qal’ahji, Darul Ma’rifah, Lebanon-Beirut, Cetakan tanpa tahun, I/658).
“Kekayaan (yang hakiki) bukanlah
dengan banyaknya harta. Namun kekayaan (yang hakiki) adalah hati yang
selalu merasa cukup.” (HR. Bukhari no. 6446 dan Muslim no. 1051)
“Yaa Allah jadikanlah seluruh
amalanku ikhlas untuk wajahMu, dan janganlah jadikan sedikitpun amalanku
untuk seorangpun (tidak ikhlas, red)”
Sungguh tidak ada kehidupan bagi
orang yang selalu membenci dan mendendam, karena ia selalu dalam keadaan
yang tidak jelas, selalu merasa bahwa ia berhak mendapat yang lebih
dari apa yang sudah diterimanya. Dan dalam pandangannya, Rabb-nya telah
menghalanginya, mengecilkan keberadaannya dan membuatnya selalu terpuruk
dalam berbagai hal. Maka bagaimana mungkin orang seperti ini akan
mencapai kebahagiaan, ketenangan dan kenikmatan hidup. (‘Aidh Al Qarni)
Telah berkata Imaam Asy Syaafi’iy
رحمه الله, “Simpanan yang paling bermanfaat adalah taqwa. Dan simpanan
yang mencelakakan adalah permusuhan.” (“Bustaanul ‘Aarifiin”)
Berkata Imaam Al Ghodzaaly رحمه الله :
“Orang yang diutamakan boleh menjadi seorang sahabat (kawan baik) adalah yang memiliki lima karakter :
1. Berakal (pintar)
2. Berakhlaq baik
3. Tidak faasiq
4. Tidak melakukan kebid’ahan
5. Tidak ambisius terhadap dunia.”
(Kitab “Ihyaa u ‘Uluumiddiin”)
“Orang yang diutamakan boleh menjadi seorang sahabat (kawan baik) adalah yang memiliki lima karakter :
1. Berakal (pintar)
2. Berakhlaq baik
3. Tidak faasiq
4. Tidak melakukan kebid’ahan
5. Tidak ambisius terhadap dunia.”
(Kitab “Ihyaa u ‘Uluumiddiin”)
Sebesar apapun sebuah kesalahan
dan kekhilafan yg dilakukan seorang Muslim, maka tidak patut bagi
saudaranya Menyindir, Menggunjingnya, atau bahkan Mencercanya. Meskipun
itu dilakukan tanpa sepengetahuan saudaranya..
Barangsiapa menempatkan dirinya
di tempat yang dapat menimbulkan persangkaan, maka janganlah menyesal
kalau orang menyangka buruk kepadanya. [Umar bin Khattab]
Fudail bin iyadh berkata : barang
siapa yang suka untuk disebut – sebut namanya maka ia tidak akan
terkenal, dan barang siapa yang tidak suka untuk disebut – sebut
namanya, maka ia akan terkenal. (Siyarul A’lam : 432)
“Perbuatan bid’ah itu lebih
disukai iblis dari pada perbuatan maksiat, karena yang melakukan maksiat
akan bertaubat dari kemaksiatannya sementara orang yang melakukan
bid’ah tidak akan bertaubat dari kebid’ahannya.” (Syarh Ushulil I’tiqadi
Ahli Sunnah wal Jama’ah, Al-Lalikaiy 1/132)
“Berpeganglah kepada peninggalan
para salaf walaupun karenanya kamu ditolak oleh orang banyak, jauhilah
pendapat para tokoh (yg tidak sesuai ajaran rasulullah, red), walaupun
mereka menghiasi perkataan mereka.” (I’lamul Muwaqi’in, Ibnu Qoyim
Al-Jauziyah 1/152)
Muhammad bin Sirrin berkata:
Saya tidak akan berkata atau berbuat sesuatu, sampai saya telah menyiapkan jawabannya di hadapan Allah kelak…
Saya tidak akan berkata atau berbuat sesuatu, sampai saya telah menyiapkan jawabannya di hadapan Allah kelak…
Seorang yang kurang amalan-amalannya maka Allah akan menimpanya dengan kegelisahan dan kesedihan. (HR. Ahmad)
Al-Hasan Bashri mengatakan,
“Nilailah orang dengan amal perbuatannya jangan dengan ucapannya.
Sesungguhnya semua ucapan itu pasti ada buktinya. Berupa amal yang
membenarkan ucapan tersebut atau mendustakannya. Jika engkau mendengar
ucapan yang bagus maka jangan tergesa-gesa menilai orang yang
mengucapkannya sebagai orang yang bagus. Jika ternyata ucapannya itu
sejalan dengan perbuatannya itulah sebaik-baik manusia.”
“Demi Allaah,sesungguhnya
berteman dengan suatu kaum yang menakut-nakutimu hingga akhirnya kamu
menemukan rasa aman itu lebih baik daripada kamu berteman dengan
sekelompok orang yang membuatmu merasa aman, namun akhirnya kamu di
kejar-kejar oleh perkara-perkara yang menakutkan.” [Imam Ahmad رحمه
اللّهُ dalam Kitab Az Zuhd]
Muhammad bin al-Fadhl, berkata,
“Pudarnya Islam karena ulah empat tipe manusia. Pertama: orang yang
tidak mengamalkan ilmu mereka. Kedua: orang yang beramal tanpa landasan
ilmu. Ketiga: orang yang tidak beramal dan tidak berilmu. Dan keempat:
orang yang menghalangi manusia mencari ilmu.”
Janganlah kamu bersikap lemah,
dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang
yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.
[Ali-Imran : 139]
Al Imam Adz Dzahabi rahimahullah berkata,
“Kesombongan yang paling buruk adalah orang yang menyombongkan diri di hadapan manusia dengan ilmunya , merasa dirinya besar dengan kemuliaan yang dia miliki. Bagi orang tersebut tidak bermanfaat ilmunya untuk dirinya. >>>
“Kesombongan yang paling buruk adalah orang yang menyombongkan diri di hadapan manusia dengan ilmunya , merasa dirinya besar dengan kemuliaan yang dia miliki. Bagi orang tersebut tidak bermanfaat ilmunya untuk dirinya. >>>
“Barangsiapa yang meninggalkan shalat ashar maka sungguh amalannya telah terhapus.” (HR. Al-Bukhari no. 553)
Imam Syafi’i rahimahullah berkata :
Sebatas kerja kerasmu itulah, Kemuliaan akan tercapai
Barangsiapa mencari kemuliaan, Haruslah dia bangun malam
Barang siapa menginginkan kemuliaan, Tanpa kerja keras
Dia telah menyia-nyiakan umur, Untuk mencari hal yang mahal
Sebatas kerja kerasmu itulah, Kemuliaan akan tercapai
Barangsiapa mencari kemuliaan, Haruslah dia bangun malam
Barang siapa menginginkan kemuliaan, Tanpa kerja keras
Dia telah menyia-nyiakan umur, Untuk mencari hal yang mahal
Abdullah bin Mubaraok semoga Alloh melimpahkan rahmat kepadanya merangkai syair berikut ini :
Wahai penutut ilmu, bergegaslah menjauhi hal yang subhat
Kurangi tidur dan kurangi rasa kenyang
Orang yang tiada akan mengetam
Di kala membutuhkan
Kecuali dia yang menanam dalam hidupnya. (Ibnu Abdil Barr, Jami’u Bayanil Ilmi, Juz 1, hal 192)
Wahai penutut ilmu, bergegaslah menjauhi hal yang subhat
Kurangi tidur dan kurangi rasa kenyang
Orang yang tiada akan mengetam
Di kala membutuhkan
Kecuali dia yang menanam dalam hidupnya. (Ibnu Abdil Barr, Jami’u Bayanil Ilmi, Juz 1, hal 192)
Imam Syafi’i Rahimahullah dalam syairnya berkata :
“Barang siapa tidak pernah merasakan pahitnya belajar
Meski sekejap Dia akan menelan hinanya kebodohan sepanjang hayatnya
Jati diri seorang pemuda
Demi Alloh adalah dengan ilmu dan taqwa
Jika keduanya tiada, dia juga dianggap telah tiada (Diwanus Syafi’i, hal 29)
“Barang siapa tidak pernah merasakan pahitnya belajar
Meski sekejap Dia akan menelan hinanya kebodohan sepanjang hayatnya
Jati diri seorang pemuda
Demi Alloh adalah dengan ilmu dan taqwa
Jika keduanya tiada, dia juga dianggap telah tiada (Diwanus Syafi’i, hal 29)
Malik bin Dinar berkata, “Jika
seorang hamba mencari ilmu untuk diamalkan, maka ilmunya akan menyinari
dirinya, tetapi jika ia mencari ilmu tidak untuk diamalkan, maka hanya
akan menambah kesombongan padanya.” (Syu’abul Iman:2/294-295)
“Kami tidak pernah melihat orang yg Faqih (paham Agama) gemar berdebat.” (Hasan Al-Bashri)
Sesungguhnya seorang yang telah mengenal ilmu, membutuhkan kejujuran hati…
Syariat mengharamkan segala
sarana yang bisa mengantarkan pada hal yang haram, meskipun ketika
memanfaatkan sarana tersebut “TIDAK DINIATKAN UNTUK BERBUAT HARAM
“Aku akan merasa bahagia, jika
semua orang mempelajari ilmu ini, dan sama sekali tidak menyandarkannya
padaku.” -Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i-
Qatadah berkata, “Barangsiapa
TIDAK MENGETAHUI perselisihan ulama, hidungnya BELUM mencium bau fiqih”
(lihah dalam Jami’ Bayanil Ilmi, Ibnu Abdil Barr 2/814-815)
Hai orang-orang yang beriman,
jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah
dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum
tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas
perbuatanmu itu.(Q.S:Al-Hujurat:6)
Wahai saudara-saudaraku. Jalan
dakwah itu dikelilingi oleh “makaruh” (hal-hal yang tidak disukai),
penuh dengan bahaya, dipenjara, dibunuh, diusir dan dibuang. Barangsiapa
ingin memegang suatu prinsip atau menyampaikan dakwah, maka hendaklah
itu semua sudah ada dalam perhitungannya.
Dan barangsiapa menginginkan dakwah tersebut hanyalah merupakan tamasya yang menyenangkan, kata-kata yang baik, pesta yang besar dan khutbah yang terang dalam kalimat-kalimatnya, maka hendaklah dia menelaah kembali dokumen kehidupan para rasul dan para da`i yang menjadi pengikut mereka, sejak dien ini datang pertama kalinya sampai sekarang ini..
Dan barangsiapa menginginkan dakwah tersebut hanyalah merupakan tamasya yang menyenangkan, kata-kata yang baik, pesta yang besar dan khutbah yang terang dalam kalimat-kalimatnya, maka hendaklah dia menelaah kembali dokumen kehidupan para rasul dan para da`i yang menjadi pengikut mereka, sejak dien ini datang pertama kalinya sampai sekarang ini..
Dan janganlah sekali-kali
kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu
dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.
Al Maaidah: 2
Ibnu Mas’ud berkata, “Tidak ada yang lebih perlu untuk dipenjara melebihi lisan.”
Ibnu Taimiyah, ”Takabbur itu
lebih buruk dari Syirk, Karena takabbur adalah menyombongkan diri di
hadapan hamba Allah sedang orang musyrik menyembah Allah dan selainnya.”
Madaarijus Saalikin 2: 345
Demi jiwa serta penyempurnaannya
(ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan
dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa
itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.(QS. Asy Syams:
7-10)
“Barangsiapa yang tidak diberi sifat kelembutan maka ia tidak memiliki kebaikan sama sekali.” (HR. Muslim 2592)
Abdullah bin Mas’ud menceritakan
bahwasannya Rasulullah SAW bersabda: “Jujurlah kalian, karena
sesungguhnya jujur mengantarkan pada kebaikan dan kebaikan mengantarkan
pada surga. Seseorang senantiasa jujur dan berusaha bersikap jujur
sehingga ia dicatat disisi Allah sebagai orang yang Jujur… (HR. Bukhari
Muslim)
“Ya Allah, perbaikilah untukku
agamaku yang merupakan pegangan dalam segala urusanku, dan perbaikilah
duniaku yang merupakan tempat kehidupanku, dan perbaikilah akhiratku
yang merupakan tempat kembaliku, Dan jadikanlah hidup ini sebagai
tambahan bagiku untuk berbuat segala kebaikan, dan jadikanlah mati
sebagai peris…tirahatan akhir bagiku dari segala kejahatan….”
“Bencana selalu menimpa seorang
Mukmin dan Mukminah pada dirinya, anaknya dan hartanya, sehingga dia
bertemu dengan Allah dalam keadaan tidak memiliki kesalahan.” (HR. At
Tirmizi, Ahmad dan Al Hakim) – karena dosa2nya dihapus melalui musibah2
yg dialaminya
Imam Ahmad suatu ketika ditanya
oleh seseorang, “Kapan manusia menemukan waktu istirahat?”, beliau
menjawab, “Saat pertama kali ia tiba di surga.”
“Negeri akhirat itu Kami jadikan
untuk orang-orang yang tidak menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di
muka bumi dan kesudahan yang baik bagi orang-orang yang bertakwa.”
(Al-Qashash: 83)
“Ya Tuhan kami, kami telah
menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan
memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang
yang merugi” (QS. Al – A’raf: 23)
“Wahai Robb kami, janganlah
Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya,
ma’afkanlah kami, ampunilah kami, dan Rahmatilah kami, Engkaulah
Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir…”(Al Baqoroh
: 286)
“Barang siapa di antara kalian
senang mendapatkan tengah-tengahnya surga, hendaklah ia senantiasa
berjama’ah, karena setan itu bersama orang yang sendirian, dan lebih
jauh dari dua orang.” [HR. Ahmad].
“Siapakah yang lebih baik
perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal
yang shalih dan berkata:”Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang
berserah diri.” (QS. Fushshilat:33)
Barangsiapa yang menuntut ilmu
demi akhirat maka ilmunya itu akan menimbulkan hati yang khusyuk serta
jiwa yang tenang. Dia akan terus mengawasi dirinya dan tidak bosan untuk
terus memperhatikannya, bahkan setiap saat dia selalu introspeksi dan
meluruskannya.
Apabila dia lalai dari hal itu,
dia akan menyimpang dari jalan yang lurus dan akan binasa. Barangsiapa
yang menuntut ilmu untuk membanggakan diri dan meraih kedudukan,
memandang remeh kaum muslimin yang lainnya serta membodoh-bodohi dan
merendahkan mereka, maka hal ini merupakan kesombongan yang paling
besar.
Tidak akan masuk surga orang yang
di dalam hatinya terdapat kesombongan walaupun hanya sebesar dzarrah
(biji sawi). Laa haula wa laa quwwata illaa billah.”