Novel Cinta - Sahabat Bijak pada potingan kali ini admin akan menyajikan sedikit nove yang bernuansa Cerita cinta romantis, pada postingan sebelumnya membahasa mengenai Risensi Novel dan contoh risensi. Bagi teman - teman yang suka membaca novel tentang cinta, saya akan berikan satu cerita menarik kisah cinta yang romantis.
Kumpulan Novel Cinta
Novel Antara Cinta dan Sahabat
Aku adalah siswi kelas 8 sebuah SMP ternama di Jakarta. Namaku Liziana Reca Mahardika. Aku hidup di Jakarta hanya bersama kakakku. Sedangkan kedua orang tua ku dan adikku tinggal di Surabaya. Memang, aku dan kakakku adalah asli arek Suroboyo. Lima tahun sudah aku dan kakakku tinggal ke Jakarta karena tuntutan pendidikan kakakku.
Di sekolah, aku termasuk anak yang nggak bisa diam. Terlalu over active, dan terlalu pintar dalam pelajaran matematika. Di sekolah, aku punya teman – teman yang selalu ada untukku saat suka maupun duka. Mereka adalah : Kartika Olivia Yolanda yang biasa dipanggil Oliv, Marsyanda Eka Pratiwi yang biasa dipanggil Marsya, Sandra Lovita Febrian Putri yang biasa dipanggil Vita, dan Ruby Titania Gumilang yang biasa dipanggil Tania. Yang paling dekat denganku adalah Oliv. Dia adalah anak pindahan dari Kediri. Dia baru pindah ke Jakarta dua bulan ini. Aku bisa dekat dengan dia karena rumah kita yang satu kompleks dan kita sama – sama asli dari Jawa Timur.
Suatu hari, aku dan Oliv pergi kesekolah bersama – sama. Kita mengendarai motor matik milikku karena motornya Oliv sedang diperbaiki. Karena takut terlambat, kami terburu – buru sekali dan tidak waspada. Sampai di perempatan, aku lihat tidak ada polisi yang jaga. Aku langsung nyelonong saja tanpa melihat lampu yang sudah berwarna merah. Akhirnya bruuuuaaakkkkk……… Aku dan Oliv tabrakan dengan sebuah motor lain.
“Eh, gimana sih Loe ? udah tau lampu merah, malah nggak berhenti !” Kata yang aku tabrak tadi marah – marah.
“Gue ni lagi buru – buru !” Kata Oliv sedikit membentak.
“Gue juga lagi buru – buru tau !” Kata orang yang aku tabrak tadi masih marah – marah.
“Hei, temen loe tuh terkapar……!!!” Kata seseorang yang sedang lewat.
Barulah Oliv tersadar kalau aku sudah terkapar tidak berdaya di jalan.
“Ca, bangun Ca……!!!” Kata Oliv membangunkanku.
“Temen loe kita bawa ke rumah sakit aja ya ?” Kata yang aku tabrak tadi.
“Ya udah !”Kata Oliv.
Mereka langsung membawaku ke rumah sakit. Karena takut terjadi apa – apa dengan ku, Oliv memutuskan untuk menelepon kakakku.
“Halo ! Assalamualaikum !” Kata Oliv.
“Waalaikumsalam ! ada apa Liv ?” Tanya kak Vizca.
“Ini kak, baru aja aku dan Eca kecelakaan …” Kata Oliv yang terbata – bata yang langsung dipotong oleh kak Vizca.
“Truz Eca gimana ?” Kata kak Vizca panic.
“Eca udah dirawat di IGD ………” Kata Oliv yang kembali dipotong oleh kak Vizca.
“Oke……kakak sekarang kesana ……!!!” Kata kak Vizca langsung menutup teleponnya karena panic dan lupa menguncapkan salam.
Sesampainya di rumah sakit, kak Vizca langsung menemui Oliv.
“Liv, Eca gimana ?” Kata kakak.
“Masih diperiksa dokter kak !!!” Kata Oliv sedikit takut.
“Tadi gimana sih kok bisa sampai kayak gini ?” Tanya kak Vizca.
“Lampu merah tetap jalan aja dia !!!” Kata Oliv.
“Dasar tuh anak, bandelnya minta ampun…nggak di Jakarta, nggak di Surabaya…tetep aja kebiasaannya ! Trus yang di tabrak gimana ?” Tanya kak Vizca yang sedikit marah.
“Cuma lecet – lecet ! Kak, aku dah kesiangan banget nih ! Aku berangkat sekolah dulu ya !” Kata Oliv.
“Ya udah, nanti suratnya Eca kakak antarkan sendiri aja ke Sekolah !” kata kak Vizca.
Oliv langsung berangkat sekolah. Aku terpaksa harus merelakan nilai ulangan harian mata pelajaran IPA ku karena ulah ku sendiri.
Tiga hari setelah dari rumah sakit, aku masuk sekolah. Aku ingin memberi kejutan sama Oliv.
“Ca, Loe kok masuk sekolah ? Seharusnya, Loe kan istirahat di rumah……” Kata Oliv kaget.
“Habis bosen banget dirumah !” Kataku sambil beracting.
“Wah ! Kayak kebanyakan nyawa aja Loe !” Kata Oliv.
“Loe ngedo’ain gue biar cepet mati ?” Kataku sedikit membentak.
“Ya, nggak…tapikan Loe…!” Kata Oliv yang langsung ku potong.
“Tenang aja ! Dokter udah ngebolehin gue beraktivitas seperti biasanya kok !!!” kataku lantas tertawa.
“Hhhhiiiiiiiiiiiiiihhhhh !!! Loe ini ! bikin orang kaget aja” Kata Oliv sambil mencubit pipiku.
“Hih, Oliv ! sakit tau !!!” Kataku.
“ya maaf !” Kata Oliv singkat.
Tet………tet……tet………
Bunyi bel tanda masuk dudah berbunyi. Aku langsung duduk di tempat dudukku seperti biasa. Lalu, bu Mery, guru IPA yang super baik hati datang. Anak – anak pun langsung memberi salam.
“Selamat pagi bu…….!!!” Kata anak – anak serempak.
“Selamat pagi anak – anak.” Kata Bu Mery.
“Bu, hasil ulangannya bagaimana ? bagus – bagus atau jelek – jelek ?” Tanya seorang teman ku.
“Ya nanti kalian akan tau sendiri hasilnya !” Kata bu Mery.
Aku lalu menghampiri meja bu Mery.
“Bu, saya ikut yang remidi saja ya ?” Tanyaku.
“Nama kamu siapa ?” Tanya bu Mery.
“Liziana Reca Mahardika.” Kataku.
“O…kamu yang habis kecelakaan itu ya ?” Tanya bu Mery lagi.
“Ya…bu….” Jawabku singkat.
“Gimana ? Udah baikkan ?” Tanya bu Mery.
“Ya….alhamdullillah bu…! Ini semua juga berkat do’a bu Mery !” Kataku sambil tersenyum.
“Ibu ada dua pilihan ke kamu untuk ulangan. Yang pertama kamu ikut remidi dengan kelas lain, yang kedua kamu ulangan harian sendiri. Gimana ?” Tanya bu Mery.
“Ikut yang remidi saja bu ! karena nanti kasian teman – teman yang sudah ulangan duluan !” Kataku.
“Ya sudah, nanti pulang sekolah ibu tunggu di laboratorium.Kalau sekarang ibu nggak bisa karena sebentar lagi ada rapat di Depdiknas.” Kata Bu Mery.
“O…ya sudah bu. Terima kasih ya bu …!” kataku lalu kembali ke tempat dudukku.
“Ini hasil ulangannya saya bagikan, tapi hari Selasa harus sudah dikumpulkan lagi dan harus sudah ada tanda tangan orang tua ! Mengerti ……?” Kata bu Mery.
“Mengerti Bu……!!!” jawab anak – anak serentak.
“Dan ibu umumkan nilai terbaik untuk mata pelajaran IPA di kelas ini adalah……..” Kata bu Mery yang sengaja dipotong untuk memberi kejutan kepada para muridnya.
Aku melihat beberapa wajah tegang terlihat dari teman – teman ku. Termasuk keempat sahabatku. Memang, pelajaran IPA adalah pelajaran yang paling ditakuti oleh para siswa. Terutama mata pelajaran IPA Biologi yang banyak sekali materi yang harus dipelajari.
“Dengan nilai 98…adalah……Kartika Olivia Yolanda…!!!” Kata bu Mery bersemangat.
Semua siswa langsung riuh bertepuk tangan. Aku tidak menyangka kalau Oliv sebenarnya pintar sekali dalam mata pelajaran IPA. Aku juga ikut bangga mempunyai teman yang pintar.
Tet……tet……tet……
satu jam pelajaran telah berlalu. Bu Mery seharusnya mengajara di kelasku dua jam pelajaran. Tetapi, beliau harus menghadiri rapat di Depdiknas. Setelah ditinggal bu Mery, anak – anak menjadi riuh tak terkendali sampai jam istirahat tiba.
Saat istirahat, aku hanya membeli sekaleng minuman dan aku bawa ke taman sekolah di dekat lapangan basket. Di sana, aku memainkan laptopku sambil melihat anak – anak Chirliders berlatih untuk lomba minggu depan. Tiba – tiba, Oliv menghampiriku. Saat kami bercanda, tiba – tiba ada seorang cowo’ dari kelas lain yang tidak aku kenal menghampiri kami berdua.
“Hai, boleh duduk ?” Kata dia.
“Silahkan” Balasku singkat.
“Ngapain sih loe kesini lagi ?”Kata Oliv sambil marah – marah.
“Gue kesini mau minta maaf soal kecelakan minggu lalu !” Kata dia.
“Maaf ? Apa dengan maaf temen gue bisa kembali sembuh dengan seutuhnya ?” kata Oliv yang penuh dengan amarah.
“Seharusnya, aku yang minta maaf ! Karena kecerobohanku, aku jadi membahayakan orang lain !” Kata ku jadi lemah lembut.
“Boleh tau nama Loe ?” Tanya dia.
“Gue Eca, ni Oliv namanya !” Kataku.
“Gue Rio, Gue anak kelas A” Kata dia.
Saat kami berbincang – bincnag, para sahabatku yang lain menghampiri ku.
“Eh, Ca ni siapa ?” Tanya Vita.
“Kenalin ni Rio, yang gue tabrak waktu kecelakaan kemaren ! Yo, kenalin ni sahabat – sahabat gue ! ni namanya Vita, Masya, dan ni Tania !” Kataku.
Mereka lalu berkenalan.
Rio, ternyata juga punya sahabat. Saat saling berkenalan, sahabatnya Rio menghampiri kami.
“Wis…! Sekali gaet ! langsung lima cewek Cuy !” Kata temannya Rio bercanda.
“Ibaratnya, sekali dayung, lima pulau langsung terlampaui !” Kata temannya Rio yang satunya.
“Loe berdua ini ada – ada aja …! Eh kenalin, ni best friend gue ! Ni namanya Reza, ni cowo’ paling pinter bangt bikin kiasan suasana. Kalo yang ni namanya Ricky, ni cowo’ paling jail dari dulu.” Kata Rio. Lalu kamipun berkenalan dengan sahabat – sahabatnya Rio.
“Bro, suruh latihan basket tuh ma kak Rey !” Kata Ricky.
“Gue latihan dulu ya !” Kata Rio, lalu meninggalkan kami.
“Okey !” Jawabku singkat.
Pulang sekolah, aku sudah ditunggu bu Mery dan teman – teman yang lain di Labolatorium. Selesai ulangan, aku langsung pergi ke gerbang sekolah untuk menunggu kakak yang belum menjemputku. Aku kaget banget ketika Oliv dari belakang membunyikan klakson motornya. Ternyata dia setia menungguku sampai ulangan selesai. Karena, dia tau kebiasaan kakakku yang tidak menjemputku karena kesibukannya di kampus. Akhirnya, aku nebeng juga sama Oliv. Aku bersama teman – teman berkumpul dirumahnnya Oliv untuk membicarakan liburan ke rumahnya Oliv di Pare minggu depan.
“Eh, gimana nih ? kita jadi liburan nggak ?” Tanya Masya.
“Jadi donk ! aku dah hubungin keluargaku yang ada di Pare !” Kata Oliv.
“Ca, Loe gimana ? boleh nggak ma kakak Loe ?” Tanya Vita.
“Gue sih boleh – boleh aja ! tapi, nggak boleh lama – lama di sana !” Kataku sambil menuang minuman kegelas.
“Maksud Loe ?” Tanya Tania.
“Ya……gitu deh ! kakak nggak berani dirumah sendirian lama – lama !!!” Kataku.
“Kakak Loe suruh nginep di rumah gue aja !!!” Kata Oliv.
“Emangnya boleh ?” Tanya ku.
“Boleh, kak Vega juga lagi di rumah sendirian kok !!!” kata Oliv.
“Eh, Rio tadi ganteng banget ya…?” Kataku tanpa ku sadari aku jadi mengalihkan pembicaraan. Semua sahabatku langsung melihatku dengan tatapan yang aneh.
“Ca, Loe nggak apa – apa kan ?” Tanya Vita.
“Wis……!!! Jatuh cinta pada pandangan pertama nih ceritanya ?” Kata Marsya.
“What ? Anak sejelek itu kamu bilang ganteng ?” Kata Oliv sedikit tegangan tinggi.
“Pandangan Orang ke orang lain kan berbeda – beda.” Kata Tania.
“Betul tuh apa kata Tania !” Kata Vita.
“Kalau menurut Loe Liv, dia itukan seseorang yang paling loe benci. Sedangkan menurut Eca, diakan sosok yang sempurna banget !” Kata Tania.
Karena sudah sore, kami pulang ke rumah masing – masing. Sampai di rumah, aku langsung masak mie instant karena perutku sudah mengaung sejak tadi. Sambil makan mie, aku menonton Tv dan sibuk memainkan hp. Terdengra suara motor kakak di garasi. Aku lihat, ternyata benar kakak yang datang.
“Tumben kak, pulang cepet ?” Kata ku.
“Si Anas tuh kurang ajar banget !” Kata kakak marah – marah sambil masuk kamar.
“Emangnya kenapa sih kak ?” Tanya ku.
“Dia tuh ngajak janjian kakak buat ngerjain tugas, Eh…bukannya ngerjain tugas, malah dia ngajak jadian !” Kata kakak dari dalam kamar.
Aku langsung tertawa terbahak – bahak sampai tersedak.
“Tuh, rasain tuh… Makannya, kalo ada orang lagi susah jangan ditertawain !” kata Kakak.
“Kakak trima ?” Tanyaku.
“Ya nggak lah……!” Kata kakak sinis.
Saat aku asik makan mie sambil menonton tv, tiba – tiba hp ku berbunyi tanda sebuah sms masuk.
‘Hi, lg apa nih ?’ Isi sms itu yang aku tak tau dari siapa.
‘Ni cp ya….?’ Balas ku.
‘{R.I.O} Eh, U bsk ada wkt g’ ?’ Ternyata sms itu dari Rio. Aku langsung seneng banget.
‘hmmm……ada, emangx np ?’ balasku dengan berbohong. Besok sebenarnya aku ada acara pembahasan liburan ke Kediri bersama para sahabatku. Tapi, demi Rio, aku rela tidak hadir dalam rapat itu.
‘Bsk, q mo tndng bskt, u nntn ya ! kan disklh sendr !’
‘Oke ! ^_^’ balasku singkat.
Keesokan harinya, aku langsung bangun pagi - pagi untuk menyeterika baju ku. Aku semangat banget hari ini. Pas banget, hari ini kan hari minggu.
“Tumben, Loe hari ini rajin banget !” Tanya kakak.
“Kakak, nggak tau ya, kalau sebenernya adik kakak ini rajin banget !” Kataku sambil sarapan. Tiba – tiba, hp di sebelahku berbunyi.
‘Jngn lp ya. jm 9 nnt ! ^_^’ sms dari Rio. Aku langsung senyum – senyum sendiri. Kakak yang duduk di samping ku, menatapku dengan tatapan yang aneh.
“Ca, Loe kenapa sih ?” Tanya kakak.
“Hm……? Nggak apa – apa !” kata ku yang awalnya tidak menyahut.
“Hayo…jangan – jangan ada apa – apa ya…dengan sms itu…!” Kata kakak menggodaku.
“Ah…apa sih kak ! orang nggak ada apa – apa juga !” Kata ku sedikit marah.
“Beneran nih nggak ada apa – apa ?” Tanya kakak masih menggoda ku.
“Udah ah… aku mau mandi dulu !” Kata ku sambil berjalan menuju kamar mandi. Tanpa aku sadari, hp ku tertinggal di meja makan. Kakak pun dengan leluasa melihat semua isi sms ku dengan Rio.
Selesai mandi, aku sudah melihat hp ku seperti sedia kala.
“Loe mau kemana sih Ca ?” Tanya kakak.
“Ada deh…mau tau aja !” Kataku sambil berjalan ke kamar.
“Loe, mau jalan kan ma cowo’ Loe ?” Tanya kakak dari luar kamar ku.
Aku langsung kaget dan bingung harus jawab apa.
“Ah…kakak ini ngaco aja !” Kata ku dari dalam kamar.
“Ngaku aja Loe !” Paksa kakak.
“Bukan cowo’ ku kak ! tapi, cuma teman !” Kata ku.
“Bukan cowo’ Loe, kok berani ngajak jalan ?” Kata kakak penasaran.
“Aku cuma mau nonton dia lagi tanding basket hari ini !” Kataku sembil berjalan keluar kamar.
“Wih…!!! Wangi banget sih Loe hari ini ! habis berapa botol parfum loe ?” Tanya kakak yang agak mual dengan aroma parfumku yang begitu banyak.
“Setengah botol !” Kata ku tanpa rasa bersalah.
“Gila Loe ! Eh, loe ada apa sih dengan cowo’ itu !” Tanya kakak lagi.
“Nanti aku jelasin deh…! sekarang aku berangkat dulu ya, kak ! eh, aku nanti mampir ke toko buku, kakak mau nitip nggak ?” Tanya ku sambil terburu – buru.
“Nggak…!” Jawab kakak.
“Kak, aku berangkat dulu ya…! assallamuallaikum…!” Teriakku.
“Waallaikumsallam !” Jawab kakak.
Aku langsung memacu motor ku kesekolah. Sesampainya di sekolah, aku langsung menemui Ricky dan Reza yang berada di teras sekolah. Kami pun menuju lapangan basket. Pertandinganpun dimulai.
Setelah satu jam, pertandinganpun usai. Pertandingan basket tadi dimenangkan oleh sekolahku. Setelah melihat pertandingan basket, aku diajak merayakan kemenangannya oleh Rio. Aku diajak makan sama Rio. Tapi nggak sendiri. Tetap sama Ricky dan Reza. Di tempat makan, ternyata para sahabatku juga sedang makan disitu.
“Eca ?” Kata Vita. Aku hanya tersenyum.
“Ca, Kata kak Vizca loe lagi nyari buku buat semesteran besok !” Kata Marsya.
“Emang, tapi aku belinya habis liat pertandingan basket di sekolah !” Kataku mencoba menjelaskan.
Akhirnya merekapun mengerti. Kamipun akhirnya pulang bersama – sama ke rumahnya Vita.
“Eh, liburan nanti kalian kemana ?” Tanyaku kepada Rio dan teman – temannya.
“Nggak tau mau kemana ! Belum ada rencana liburan !” Kata Rio.
“Ikut kita aja yuk ke Pare !” Kata Marsya.
“Pare itu mana sih ?” Tanya Reza.
“Kalo setau aku, Pare itu di Makasar !” Kata Rio.
“Itu Pare – Pare !” Kata Vita dan Oliv berbarengan.
“Pare itu apa nggak buah pait itu ? yang buahnya kayak mentimun itu lho ?” Kata Ricky.
“Itu buah pare donk-donk !” Kata Vita.
“Kota Pare itu, di Kediri Jawa Timur !” Kata ku mencoba menjelaskan.
“Boleh juga tuh !” Kata Ricky.
“Eh…nggak, nggak, nggak ! Ngapain sih ngajak tiga orang ini !” Kata Oliv yang marah – marah.
“Nggak apa – apa kan Liv ? Biar lebih rame !” Kata Marsya memohon.
“Okey...kalian bertiga boleh ikut kita ke Pare !” Kata Oliv sedikit luluh.
Karena sudah sangat sore, kamipun pulang kerumah masing – masing.
Setelah satu minggu mengikuti ujian semester dua, kamipun menerima rapor hasil ujian. Alhamdullillah, aku juara dua satu kelas dan naik ke kelas sembilan. Kebetulan Rio juga juara dua. Liburanpun tiba. Setelah bersiap – siap, akupun pergi kerumahnya Oliv, Karena mereka mengajak berkumpul disana. Tepat pukul 9 siang, kami berangkat ke Pare Kediri. Diperjalanan, kami saling bercanda tawa. Oliv yang awalnya cemberut karena Rio dan teman – temannya ikut menjadi sedikit tersenyum. Setelah perjalanan hampir dua puluh jam dari Jakarta, kamipun tiba di Pare. Kami tiba di Pare pukul 5.15 WIB. Sesampainya dirumah Oliv di Pare, kami langsung merebahkan badan kami ketempat tidur. Hari itu kami gunakan untuk istirahat seharian.
Keesokan harinya setelah sarapan, kami diajak bersepeda berkeliling kota Pare oleh Oliv. Memang, kami tidak memilih pergi ke tempat – tempat wisata karena takut kecapekan. Setelah berkeliling mengelilingi kota Pare, kami berhenti di sebuah persawah. Disana, kami bermain di sungai. Dengan bermain seperti ini, kami dapat melupakan kepenatan kami yang ada di Jakarta. Termasuk Oliv. Dia lupa akan kebenciannya dengan Rio. Saat kami bermain, tiba – tiba ada seorang cowo’ yang memanggil – manggil.
“Tik, tika………!” Kata cowo’ tadi. Oliv pun menoleh dan langsung menghampiri dan memeluk cowo’ tadi. Kamipun hanya bengong melihat Oliv. Oliv mengehampiri kami dan memperkenalkan cowo’ tadi.
“Temen – temen, ni kenalin ! Ni namanya Bagus ! dia ini temen ku dari kecil ! Gus, ini teman – teman aku dari Jakarta !” Kata Oliv. Kamipun berkenalan.
“Tik, Ika kangen lho karo awakmu !” Kata Bagus. Marsya, Tania, Vita, Rio, Ricky, dan Reza hanya terpaku melihat percakapan antara Oliv dengan Bagus karena mereka tak mengerti. Sedangkan aku sedikit mengerti.
“Lha saiki areke ning ndi ?” Tanya Oliv.
“Ning Omah, tak celukne yo ?” Kata Bagus yang langsung berlari.
Beberapa saat kemudian, Bagus kembali dengan empat orang temannya. Ketika melihat bagus kembali dengan beberapa orang temannya, Oliv langsung berlari menghampiri mereka dan memeluk mereka. Lalu, mereka menghampiri kami.
“Rek, iki kanco – kanco ku saka Jakarta. Iki jenenge Eca, Tania, Marsya, Vita, Rio, Ricky, Reza. Teman – teman, ini sahabatku yang ada di Pare. Mereka sahabatku dari kecil. Yang ini namanya Ika, Maya, Ayu, dan Kharis.” Kata Oliv panjang lebar. Kamipun berkenalan.
Karena di sawah sangat panas, akhirnya kami memilih berteduh di salah satu saung yang ada di tengah sawah. Disana, kami semua becanda tawa.
“Eh, teman – teman Kharis ini pinter banget lho main gitar !” Kata Oliv.
“Oh ya…?”Tanya Vita.
“Ya mbak…! Ris, gitarmu maukan ning omahku ? tak ambile ya ?” Kata Maya yang bahasanya sedikit campuran.
“Ya wis…!” Kata Kharis. Maya pun langsung berlari menuju rumahnya yang tidak jauh dari persawahan itu.
“Bukannya aku sombong ya…teman – teman, tapi aku mau jelasin kebolehan para temanku yang ndeso ini. Boleh nggak ?” Kata Oliv.
“Never Mind ? We also want to know what their permissibility !” Jawab Tania.
“Wih…Gayanya pake bahasa Inggris …!” Kata Reza.
“Emangnya nggak boleh apa ?” Kata Tania.
“Udah jangan berantem !” kata Marsya.
“Kharis ini pinter banget main gitar, Bagus jago banget dalam bahasa Inggris, Maya ini si penari tradisional, Ika pinter banget Matematika, Ayu ini si professor muda. Dia pinter banget pelajran IPA.” Jelas Oliv.
Ketika mereka asyik bercanda, aku hanya menikmati hidupku yang indah ini. Headsett di telinga menancap sejak setengah jam yang lalu. Dalam pikiranku hanya ada rasa senang dan cinta bisa beberapa hari bersama Rio.
Beberapa saat kemudian, Maya kembali dengan gitarnya Kharis. Merekapun bernyanyi bersama.
“Hei, kok bengong sendiri ?” Kata Ricky tiba – tiba dari belakang.
“hmm ? lagi enak aja sendiri !” Kataku.
“Ngapain sih loe nggak ikut kumpul ma temen – temen yang lain ?” Kata Ricky.
“Lagi pengen sendiri aja !” Kataku tanpa memperhatikan Ricky yang berada di samping ku.
“Gue pernah denger katanya Loe juga anak jawa timuran ya ?” Tanya Ricky.
“Kalo iya emangnya napa ?” Kataku sedikit Ilfill.
“Kok kita nggak Loe ajak kerumah Loe sih ?” Kata Ricky yang tetap nyantai.
“Rumah gue tuh di Surabaya ! ini di Kediri Ricky ! Your understand ?” Kataku yang masih sangat ilfill dengan Ricky.
“Emanganya, dari Kediri ke Surabaya jauh ya…?” Tanya Ricky yang kayaknya berlagak tidak tahu.
“Hihhhhhhhh…! Ya…jauh banget lah…!” Kataku yang marah.
“Prekitiewww…!” Kata Rio dan teman – teman lainnya yang mentertawakanku dari belakang. Sebenarnya aku sedikit marah, tapi mau marah nanti aku malu sendiri.
“Ca, yang gue tau…gue nggak pernah denger loe nyanyi ! sekarang, mumpung ada yang ngiringin…kita pengen tau Loe nyanyi !” Kata Marsya.
“Ah, nggak ah, suara gue jelek banget !” Kataku.
“Ayo dong Ca…!” Kata Marsya masih memohon.
“Okey…!” Kataku pasrah.
“Ye……!!!” Kata mereka.
“Lagunya apa ?” Tanya Kharis.
“Lagunya J-Rock yang I am falling in Love bisa ?” Tanyaku.
“Bisa !” Kata Kharis. Akhirnya aku mau menyanyi juga.
“Lagi falling in love ya mbak ?” Tanya Ayu.
“Ah ! kamu ini bisa aja !” Kataku.
“Mbak, kalo wong lagi falling in love iku bisa dilihat dari matanya !” Kata Ika.
“Bener iku ! Saiki kayake Mbak Eca lagi falling in love !” Kata Maya mempertegas perkataan Ika dan Ayu.
“Hei ! ini kapan Eca nyanyinya ? dia udah seneng banget tuh nggak jadi nyanyi ! kalian kok malah ngomongin falling in love !” Kata Reza. Aku haya tertawa saja.
Setelah tiga hari di Kediri, kamipun harus kembali ke Jakarta karena harus sekolah. Kami tiba di Jakarta pukul 6.30 Pagi. Diperjalanan, Ricky mengusulkan kalau sebaiknya kita berdelapan selalu bersama. Kini persahabatan kami bernama #Eight Forever (EF)#.
Sesampainya dirumah, aku langsung tidur dirumahnya Oliv karena kakak belum datang dari kuliah. Tidak terasa, hari sudah sore. Ibunya Oliv membangunkanku. Aku langsung mandi. Setelah mandi, aku dan Oliv memainkan laptopnya Oliv di taman di ujung kompleks. Saat aku membuka e-mail ku, ada satu pesan masuk. Ternyata dari orang tuaku di Surabaya.
‘Zian sayang !, mama,papa, n Zakka akan ke Jakarta hari Kamis nanti !’ isi e-mail tadi.
Aku langsung buru – buru menelepon kakak. Ternyata hpnya kakak tidak aktif. Aku bingung bukan main. Aku tidak tau harus bagaimana lagi.
Aku bingung gimana cara buka pintu rumahku karena kuncinya dibawa kakak. Beberapa saat kemudian, kakaknya Oliv datang. Dia membawakan kunci rumahku dari kak Vizca.
“Ca, ini tadi kakak loe tadi nitipin kunci ke gue !” Kata kak Vega Kakaknya Oliv sambil memberikan kunci.
“Makasih ya kak !” Kataku lalu aku langsung berlari kerumahku yang berjarak 500m dari taman.
Setelah bisa membuka pintu rumahku, aku langsung bersih – bersih rumah. Beberapa saat kemudian, terdengar suara derungan mobil didepan rumah. Setelah ku lihat ternyata mama, papa, dan adik sudah datang.
“Asallamuallaikum !” Kata mama.
“Waalaikumsallam !” Kataku sambil membukakan pintu.
Aku langsung mempersilahkan mama, papa, dan adik ku masuk kerumah.
“Kak Vizca mana ?” Tanya papa.
“Masih kuliah !” Jawabku.
“Jam segini kok belum pulang ?” Tanya mama.
“Kata kak Vega tadi dia masih ada jam tambahan !” Kataku.
Selesai shalat magrib, kami makan malam bersama. Saat makan malam, terdengar suara motor didepan rumah. Aku kira kakak datang dari kuliah, ternyata Oliv.
“Assalamuallaikum…!” Kata Oliv dari depan pintu.
“Waalaikumsalam…!” Jawab Zakka adikku.
“Dek, kak Ecanya ada ?” Tanya Oliv.
“Kak Eca ?” Tanya Zakka.
“Iya kak Eca !” Kata Oliv meyakinkan. Karena Zakka tak kunjung kembali ke ruang makan, mama menyusul kedepan.
“Cari siapa mbak ?” Tanya mama.
“Mau cari Ecanya ada ?” Tanya Oliv.
“Maaf mbak disini tidak ada yang namanya Eca ! mungkin mbak salah alamat !” kata mama menjelaskan.
“Ibu ini ibunya Eca dari Surabaya ya ?” Tanya Oliv.
“Saya memang dari Surabaya, tapi anak saya bukan Eca namanya !” Kata mama.
“Saya temannya anaknya ibu !” Jelas Oliv.
“Zian…Zian…!” Teriak mama memanggilku.
“Iya ma ! ada apa ?” Kataku sambil menghampiri mama.
“Ini teman kamu ?” Tanya mama. Aku lalu melihatnya.
“Eh, Loe Liv !” Kataku.
“Iya !” Kata Oliv sambil senyum
“Ma, ini temen aku ! Dia dari Kediri !” Kataku.
“Oliv, Tante !” Kata Oliv.
“Mamanya Zian !” kata mama.
“Zakka !” Kata adikku.
“Tante, tinggal kebelakang dulu ya !” Kata mama.
“O…ya….tante silahkan !” Kata Oliv.
“Duduk Liv !” Kataku mempersilahkan Oliv duduk.
“Ca, sebenernya nama loe tuh siapa sih ?” Tanya Oliv.
“Nama gue kan Liziana Reca Mahardika, nah, dari kata Liziana itulah nama ku jadi Zian ! Tapi, gue lebih suka dipanggil Eca aja !” Kataku.
“O…! Ca, gue pinjem catetan IPA loe yang minggu lalu dong ! punya gue ketinggalan di sekolah !” Kata Oliv.
Aku langsung pergi ke kamarku untuk mengambil buku IPA.
“Ni, tapi besok balikin ya…!” Kataku sambil memberikan buku IPA.
“Oke !” Kata Oliv.
“Eh, mau kemana ? ikut makan malam dulu yuk !” Kata mama yang tiba – tiba dari belakang.
“Makasih tante ! Maaf saya baru saja makan !” Kata Oliv menolak ajakan mama dengan halus.
“Tante sudah agak malam saya mau pulang dulu !” Kata Oliv berpamitan.
“Ca, gue pulang dulu ya !” Kata Oliv.
“Oke !” Kataku sambil tersenyum kepada Oliv.
“assallamualaikum !” Kata Oliv sambil keluar dari rumahku.
“Waalaikumsalam !” Jawab ku hampir berbarengan dengan mama.
Sesaat setelah Oliv pergi, terdengar suara motor didepan rumah. Aku mengeluh karena aku tidak sempat makan malam.
“Siapa lagi !” Kataku sambil berjalan keruang tamu.
“Assallamualaikum !” kata Kak Vizca sambil melepas sepatunya.
“Waalaikumsalam !” Jawabku.
“Kak Vizca !” Teriak Zakka dari belakang dan berlari lalu memeluk kak Vizca.
“Hai…tuyul kecil…gimana kabarmu ? Tambah gemuk aja !” Kata kakak sambil memandang Zakka.
“Ah…aku kan nggak mau gemuk !” Kata Zakka yang sedikit ngambek.
“Iya tuyul kecil.” Kata Kak Vizca sambil berjalan menuju ruang makan yang diikuti Zakka dibelakanggnya dan aku.
“Ma, pa !” Kata kak Vizca sambil mencium tangan papa dan mama.
“Gimana kabarmu sayang ?” Tanya mama.
“Baik ma…!” Kata kakak sambil duduk di kursinya meja makan.
“Kuliah kamu gimana ?” Tanya papa.
“Lancar – lancar aja pa !” Jawab kak Vizca sambil menyiapkan piring untuk makan.
“Ma, Aku ingin seperti kak Vizca !” Kata Zakka.
“Makannya, kamu belajar yang pinter biar kayak Kak Vizca dan Kak Zian !” Kata mama.
“Ca, Loe kok udah pulang ?” Kata Kakak.
“Dari jam setengah tujuh tadi pagi kak !” Kataku.
“Memangnya Zian dari mana ?” Tanya papa.
“Tiga hari yang lalu, Zian habis dari Kediri, liburan sama teman – temannya !” Kata Kakak.
“Kok nggak mampir ke Surabaya ?” Tanya Mama dengan halus.
“Aku takut teman – temanku kecapaian ma, kalo dibawa ke Surabaya ! apalagi, waktunya cuma tiga hari. Besok sudah masuk sekolah !” Kataku.
“Kak, oleh – olehnya mana dari Kediri ?”
“Kamu sendiri kan dari Jawa Timur juga sayangku, imutku, cintaku, Tuyul kecilku…” Kataku sambil mencubit pipi Zakka.
“Sakit kak…!” Kata Zakka marah – marah. Aku hanya tertawa – tawa saja.
Setelah makan malam bersama, kami menonton TV bersama. Tapi, baru sebentar aku berkumpul dengan keluargaku di ruang keluarga, tiba – tiba hp ku bunyi. Aku langsung pergi ke teras rumah.
‘Ca, q pnjm bk IPA u , blh ?’ Ternyata sms dari Marsya.
‘Cowry, bk IPA q lg di pnjm ma Oliv !’ Balas ku.
Setelah membalas SMS dari Marsya, aku langsung kembali berkumpul dengan keluargaku di ruang keluarga. Tiba – tiba, hp ku kembali berbunyi. Aku lihat ternyata Rio menelepon ku. Aku takut kalau mama dan papa curiga pada ku. Akhirnya aku matikan saja hp ku.
Malam harinya sebelum aku tidur, aku memcoba sms Rio.
‘Cowry, td tak mtkan !’ isi sms ku kepada Rio. Tapi tidak dibalas.
“Loe sms siapa sih ? malam – malam gini masih aja smsan !” Kata kakak yang tidur disampingku karena kamarnya dipakai mama dan papa.
“Ada deh… mau tau aja !” Kata ku.
“Sama…sama…sama siapa tuh namanya ?” Tanya kakak yang bingung menyebutkan nama.
“Nggak tau ! kok Tanya aku !” Jawabku sedikit sinis.
“Sama Rio……sama Rio kan ?” Tanya kakak yang tiba – tiba ingat namanya Rio. Aku bingung harus jawab apa.
“Kakak kok tau ?” Tanya ku.
“Ya, tau lah ! kan aku sering lihat isi sms mu dengan dia !” Kak Vizca santai.
“Hih…!” Kataku menggeram sambil mencubit tangan kak Vizca.
“Sakit tau !” Kata kakak sambil menggosok – gosok tangannya yang tadi ku cubit.
“Habis kakak gitu sih sama aku !” Kataku ngambek.
“Gitu gimana ?” Tanya kakak.
“Ya pokoknya gitu deh !” Kataku.
“Emangnya loe udah jadian sama dia ?” Tanya kakak.
“Belum !” Kataku.
“Ca, ini kakak loe Ca ! Loe ngaku aja !” kata kakak.
“Beneran kak ! aku nggak jadian sama dia !” Kataku ngotot.
“Tapi, loe suka kan sama dia ?” kata kakak. Aku hanya mengangguk.
“Udah ah kak ! jangan bahas itu lagi !” kataku.
“Emangnya napa ?” Tanya kakak.
“Nggak apa – apa ! kak jangan bilang mama sama papa ya…! kalo aku lagi suka sama cowok !” Kataku memohon kepada kakak.
“Oke…! Kakak dulu juga merasakan yang Loe rasakan sekarang !” Kata kakak.
“Good Night !” Kataku.
“Good Night !” Balaz kakak.
Keesokan harinya saat sarapan, mama melihat penampilanku mengenakan seragam sekolah yang sehari – hari aku pakai dengan tatapan yang aneh.
“Napa sih ma ?” Tanya ku masih berdiri di sebelah meja makan. Mama masih melihat penampilanku dari bawah keatas.
“Tunggu sini dulu ya…!” Kata mama sambil berjalan menuju kamar kak Vizca.
Sesaat kemudian, mama keluar dengan beberapa baju seragam.
“Nah, sekarang pakai ini !” Kata mama sambil memberikan baju seragam sekolah kepadaku.
“What ? apa ini ma ?” Kataku sedikit membentak mama.
“Kamu dulukan pernah janji mau pake kerudung ! nah sekaranglah waktunya !” Kata papa. Aku mencoba mengingat – ingat janji itu.
“O…iya ya…!” kataku lalu tertawa.
“Cepet pake seragamnya ! nanti kesiangan lho !” Kata mama. Aku langsung buru – buru ke kamar dan ganti seragam.
“Assalamualaikum !” teriak seseorang dari luar.
“Waalaikumsallam !” jawab mama. Aku tau kalau itu suara Oliv.
“Pa, aku berangkat dulu ya !” Kataku sambil mencium tangan papa.
“Hati – hati dijalan ya !” Kata papa.
“Kak aku berangkat dulu ya…! Tuyul kecil, kakak berangkat dulu ya…!” Kataku.
“Aku bukan tuyul kecil ! aku udah kelas satu SMP kak !” Kata Zakka yang marah – marah dan tak aku hiraukan.
Aku buru – buru pergi ke teras untuk menemui Oliv. Sampai didepan, aku melihat Oliv dan mama sedang asik mengobrol.
“Ma, aku berangkat dulu ya…!” Kataku sambil mencium tangan mama.
“Hati – hati di jalan ya sayang !”
Oliv sangat kaget melihat penampilan ku yang baru.
“Liv, berangkat yuk !” Ajak ku yang melihat Oliv masih bengong melihat penampilanku.
“Eh, ayo!” kata Oliv yang agak kaget.
“Ma, nanti kalo mau pake motor ku kunci di laci meja belajar ya…!” Kataku.
“Kita berangkat dulu ya tante !” kata Oliv sambil mencium tangan mama.
Kamipun langsung berangkat sekolah.
Sesampainya di sekolah, Marsya, Tania, dan Vita kaget melihat penampilanku yang baru.
“Ca, ini loe Ca ?” Kata Vita.
“ya iyalah…!” kataku.
“Eh, Ca, kita punya kejutan buat kamu !” Kata Tania.
“Apa ?” Tanya ku.
“Ada deh …! kalo di beri tau namanya bukan kejutan dong !” Kata Marsya.
Aku menuriti saja apa mau mereka. Aku diajak ke kelasku yang baru. Dan ternyata aku sekelas sama Rio. Seneng banget aku jadinya.
“Ca, tempat duduk loe disini !” Kata Vita.
Aku kaget banget, karena bangku sebelah kiriku adalah Rio.
“Ca, Loe sama Oliv ya duduknya !” Kata Marsya.
“Loe sama siapa ?” Tanyaku.
“Sama Tania !” Kata Marsya singkat.
“Trus Vita sama siapa ?” Tanya ku.
“Sama …sama Elen !” kata Vita.
“Ca, loe tunggu sini dulu ya…! kita mau ke luar sebentar !” Kata Tania.
“Truz gue di kelas sama siapa ?” Kataku sedikit ngambek sama sahabat – sahabat ku.
“Kan ada Rio di sebelah Loe !” Kata Vita dengan santainya.
“Apa sih Ta !” Kataku.
“Ya udah ! kita keluar dulu ya mbak Eca !” Goda Oliv.
“Za, loe ikut nggak ?” Teriak Vita. Reza dan Ricky juga mengikuti mereka.
Sambil menunggu bel tanda masuk berbunyi, aku hanya duduk – duduk di kelas sambil menunggu sahabat – sahabatku kembali.
“Yo !” Sapa ku kepada Rio dengan sedikit malu dan takut.
“Ya Ca, ada apa ?” Tanya Rio.
“Loe masih marah soal telepon tadi malam ?” Tanyaku.
“Nggak Ca ! Emangnya napa sih loe matiin ?” Tanya Rio dengan senyumnya.
“Lagi ada keluarga dari Surabaya tadi malam !” Kata ku.
“Siapa ?” Tanya Rio.
“Orang tuaku !” kataku.
“O… !” Kata Rio sambil mengangguk – anggukkan kepala.
“Tapi, sekali lagi gue minta maaf !” Kataku.
“Eca, Loe nggak bersalah, Jadi, ngapain Loe minta maaf kalo Loe nggak bersalah ?” kata Rio yang membuatku melayang.
“Tapikan…” Belum selesai aku ngomong sudah ada temen – temen ku yang super jail.
“Prekitiew …!” Kata Ricky lalu tertawa yang diikuti teman – teman ku yang lain. Aku jadi malu benget.
“Apa – apaan sih Loe ini !” Kata Rio yang sedikit marah sama Ricky.
“Santai bro…santai…!” Kata Reza. Akhirnya Rio mau meredam kemarahannya.
“Loe napa sih kayak gitu ?” Tanya Rio kepada Ricky.
“Tuh…tanya tuh temen – temennya Eca kenapa tadi !” Kata Ricky yang nggak merasa bersalah.
“Eh, kok kita ! Salah Loe sendiri ngapain ikut kita !” Kata Vita .
“Kan Loe yang ngajak kita !” Kata Reza.
“Udah jangan berantem !” Kata ku sedikit marah.
“Tuh, si Rio tuh !” Kata Oliv menyalahkan Rio.
“Udah jangan salah – salahan ! Kalian tuh kayak anak kecil ya…masih main salah – salahan kayak gini ?” Kataku masih marah. Lalu aku pergi meninggalkan mereka.
Tak terasa, bel masuk pun berbunyi. Aku langsung kembali kekelas dan masih dengan amarahku. Aku langsung duduk di samping Oliv. Selama pelajaran sampai istirahat, tak ada satu patah katapun dari ku maupun dari Oliv. Saat istirahat, aku hanya ditemana Vita, Tania, Marsya, Reza, dan Ricky.
“Ca, Oliv tuh sama Rio !” Kata Vita.
“Ah biarin…! Paling juga lagi disuruh sama Bu Mery !” Kata ku cuek.
Ternyata, mereka berdua mendekati kami.
“Ca, Maafin gue ya…?” Kata Oliv.
“Iya, maafin kita !” Kata Rio.
“Ok…kita maafin ! Tapi, sikap kalian jangan kekanak – kanakan lagi ya …!” Kataku.
“Iya…mami…!” Kata Oliv sambil tersenyum padaku.
Siang hari sepulang sekolah aku dan kak Vizca harus mengantar papa dan mama untuk kebandara karena mau pulang ke Surabaya. Sedangkan Zakka, mulai sekarang tinggal di Jakrta bersama aaku dan kak Vizca.
Hari demi hari aku lewati dengan parasaan bahagia. Selain Ditemani oleh sahabat – sahabatku dan geng trio R (Reza,Ricky, & Rio), aku merasa bahagia kerena adikku Zakka pindah ke Jakarta dan satu sekolah dengan ku. Aku merasa sungguh lengkap hidupku memiliki mereka semua. Terutama Rio.
Tapi, aku merasa ada keanehan antara Oliv dan Rio. Mereka semakin lama, semakin dekat. Aku mencoba untuk tidak berprasangka buruk terhadap Oliv dan Rio. Selain Rio dan Oliv yang aneh, Tania dan Reza juga hampir sama dengan Oliv dan Rio.
Hampir satu semester aku lewati. Tapi nilaiku semakin lama, semakin jatuh. Aku takut kalo nanti aku tidak bisa masuk ke SMA favorit. Apalagi, ancaman papa dan mama tidak main – main. Mereka akan kembali untuk menjemputku pulang dan kembali ke Surabaya jika nilaiku jatuh.
Saat penerimaan rapor dan rapornya Zakka pada semester satu, diambil oleh kak Vizca. Sesampainya kak Vizca dirumah, aku dimarahi oleh kak Vizca karena nilaiku sangat jelek. Pada Hal, setelah liburan semester satu nanti aku akan mengikuti try out di salah satu LBB ternama di Jakarta. Mungkin kakak malu sekali karena kakak waktu sekolah di sana, nilainya bagus – bagus. Setelah penerimaan rapor, aku ditelepon oleh Oliv disuruh ke sekolah karena ada pengumuman penting kata Oliv. Aku langsung menuju kesekolah meskipun kakak masih marah – marah.
Sesampainya disekolah, aku langsung mencari Oliv. Ternyata, Oliv sudah dikelas bersama teman – teman yang lain. Di kelas juga sudah ada Bu Mery, wali kelas ku. Tetapi, aku tak melihat Rio ada di kelas. Aku mulai hawatir dengan Rio. Aku coba menenyakannya pada Ricky dan Reza. Kata Ricky, Rio sedang sakit. Aku langsung kaget mendengar berita tadi.
Sepulang dari sekolah, aku tidak langsung pulang kerumah, karena sahabat – sahabat ku mengajakku makan di salah satu restaurant. Saat para sahabatku asik bercengkrama, aku hanya diam saja memikirkan Rio.
“Ca, Loe kenapa sih ! Dari tadi kok diam aja !” Tanya Oliv.
“Nggak apa – apa Liv ! Lagi bed mood aja !” Kataku.
“Loe, mikirin Rio ya ?” Tanya Ricky yang duduk disampingku dengan suara lirih. Aku hanya menganggukkan kepala untuk menjawab pertanyaan Ricky tadi.
“Kenapa nggak Loe telepon aja ?” Tanya Ricky lagi.
Setelah mendengar perkataan Ricky tadi, aku langsung pergi meninggalkan teman – teman yang sedang asik bercengkrama untuk menelepon Rio. Pertama telepon ku tidak diangkat oleh Rio sampai telepon ku yang kedua juga tidak diangkat olehnya. Tetapi, telepon ku yang ketiga akhirnya diangkat oleh Rio.
“Hallo ! Assalamualaikum !” Kataku.
“Waalaikumsallam !” Jawabnya dengan nada tinggi.
“Kata Ricky kamu sakit ya, Sakit apa ?” Tanyaku dengan penuh lemah lembut.
“Ca ! Mulai sekarang Loe nggak usah perhatiin gue lagi, nggak usah SMS atau nelepon gue lagi !” Kata Rio yang sedikit mengagetkanku.
“Emangnya kenapa ? Kitakan bersahabat ! Masak, sahabatnya ada yang sakit nggak diperhatiin !” Kataku.
“Sahabat ? Sahabat dari hongkong ? Dari dulu gue tuh nggak pernah nganggap loe sebagai sahabat gue ! sahabat gue tuh cuma Ricky dan Reza !” Kata Rio masih dengan tegangan tingginya.
“Jadi, apa artinya kebersamaan kita di eight Forever selama ini ?” Kataku.
“Kita ? Loe aja kali gue nggak ! Gue tuh udah tau semuanya tentang maksud loe perhatian sama gue !” Kata Rio.
“Maksud kamu ?” Kataku masih lemah lembut meskipun sudah diterjang tegangan tinggi.
“Halah,.,., nggak usah pura – pura nggak tau loe ! Loe tuh sebenernya naksir gue kan ? Ngaku aja loe ! Gue tuh dari dulu nggak pernah suka sama loe ! tapi, demi permintaan maaf gue sama loe karena kecelakaan waktu itu, gue jadi deket sama loe !” Kata Rio panjang lebar. Dari mataku, langsung bercucuran air mata.
“Loe tau kalo gue suka sama loe dari mana ?” Kataku sambil menangis.
“Yang pasti sumber yang terpercaya ! Loe tuh nyadar nggak sih ? lebih cantik Oliv lagi dari pada Loe !” Kata Rio. Aku langsung kaget.
“What ? Oliv ? Jadi selama ini loe deket sama gue cuma gara – gara gue sahabatnya Oliv ? Loe manfaatin gue buat ngedapetin Oliv gitu ?” Kataku sambil menangis.
“Ya…bisa dibilang gitu lah…! Makannya, jadi orang jangan kegeeran dulu !” Kata Rio.
“Tega banget ya Loe …!”
Aku langsung menutup teleponku dan kembali ke dalam rumah makan untuk mengambil tas ku. Semua sahabatku kaget melihat aku menangis dari luar. Setelah mengambil tas, aku langsung pergi. Tetapi, Ricky menahanku agar aku tidak pergi.
“Ca, tunggu Ca !” Kata Ricky yang berhasil meraih tanganku.
“Ca, loe kenapa Ca ?” Tanya Ricky lagi.
“Lepasin gue !” Kataku sambil marah.
Setelah melepaskan tangannya dari tanganku, Ricky ternyata tidak kembali ke dalam rumah makan tadi. Tetapi dia terus mengikuti ku sampai diujung kompleks rumahku. Di dekat taman komplek yang berada di ujung kompleks rumahku, dia menghadangku. Dia lalu mengajakku ketaman untuk berbicara berdua.
“Ca, Loe kenapa Ca ?” Tanya Ricky. Aku hanya tertunduk masih dengan tangisanku.
“Ca, jawab ca ? Loe kenapa ?” Tanay Ricky lagi.
“Rio…!” Jawabku singkat.
“Rio kenapa ?” Tanya Ricky lagi.
“Rio udah tau kalo gue suka sama dia !” Kataku sambil tersedu – sedu.
“Ya bagus donk kalo Rio udah tau ! Trus kenapa Loe kok malah menangis ?” Kata Ricky.
“Masalahnya, Rio tuh tadi marah – marah sama gue masalah itu tadi ! Coba deh loe bayangin, kalo loe ada di posisi gue sekarang !” Kataku sambil bercucuran air mata.
“Dasar tuh cowok ! sok kecakepan banget sih ! beraninya nyakitin hati cewek !” Kata Ricky sedikit takut.
"Udahlah Rick ! ini juga salah gue !" Kataku.
"Ca, sebenernya gue udah tau itu semua sejak loe dan Rio pertama ketemu disekolah. setelah kecelakaan itu." Kata Ricky sedikit takut.
“Ha…?” Kataku kaget dan langsung memandang Ricky.
“Ya…! Gue udah tau itu semua ! dari dulu gue nggak mau beri tau loe soal ini semua !” kata Ricky.
“Kenapa loe nggak mau beri tau gue tentang ini semua ?” Kataku kembali bercucuran air mata.
“Gue, gue nggak mau loe tersakiti Ca ! Gue juga nggak mau loe jadi sedih !” Kata Rio meyakinkanku.
Aku hanya bisa tertunduk sambil menangis.
“Seandainya loe beri tau gue sejak dulu, pasti gue nggak akan kayak gini !” Kataku.
“Ya…maafin gue ya Ca…!” Kata Ricky yang mencoba memandangku.
“Nggak apa – apa ! ini juga salah gue ! Gue juga terlalu berharap sama Rio ! Rick, gue boleh tanya nggak ?” Kataku.
“Apa ?” Kata Ricky perhatian.
“Apa loe yang beri tau Rio soal gue suka sama dia ?” Tanya ku.
“Bukan gue ! tapi Reza !” Kata Ricky singkat.
“Reza ? Kenapa sih semua tega banget sama gue !” Kataku.
Dengan penuh perhatian, Ricky mencoba untuk menenangkanku. Perhatian Ricky membuatku melupakan Rio. Sejak saat itu, aku menjadi dekat sekali dengan Ricky. Bahkan, kita sering jalan berdua. Tapi, bayangan Rio tidak hilang begitu saja dari benakku.
Saat aku berduaan bersama Ricky di taman, tiba – tiba Zakka lewat dan melihatku sedang berduaan. Dia langsung menghampiriku.
“Kak Zian……!” Teriak Zakka dari kejauhan.
Aku langsung menegakkan kepalaku.
“Kak !!! Kak Zian pacaran ya…?” Tanya Zakka.
“Ngawur aja kamu ini ! Ini teman kakak ! Ini namanya Kak Ricky !” Kataku mengenalkan Ricky kepada Zakka sambil mengusap air mataku.
“Ini adik loe ? Ricky !” Kata Ricky sambil berkenalan dengan Zakka.
“Ya…!” Jawabku.
“Kak, kenapa nggak langsung kerumah aja ?” Tanya Zakka.
“Ya udah, ayo kerumah gue Rick ?” Kataku sambil berdiri.
“Emangnya boleh kerumah loe ?” Tanya Ricky masih ragu.
“Ya boleh lah…! Emangnya napa loe tanya gitu ?” Tanyaku.
“Ya, nanti kalo ada bokap sama nyokap loe kan serem jadinya !” Kata Ricky.
Aku dan Zakka hanya tertawa saja.
“Tenang aja Kak ! Mama sama papa udah balik kok ke Surabaya !” Kata Zakka.
“Emangnya, orang tua loe tinggal di Surabaya ?” Tanya Ricky.
“Gue kan udah pernah cerita sama Loe kalo orang tua gue tinggal di Surabaya ! Masak Loe lupa ?” Kataku.
“O…ya…Truz kalian berdua, tinggal di Jakarta sama siapa ?” Tanya Ricky lagi.
“Sama kakak ku aja !” Kataku.
“Kak ayo cepetan pulang ! nanti dicari kak Vizca lho !” Ajak Zakka.
“Sebentar Zak ! kepala kakak kok jadi pusing gini ya !” Kataku. Setelah aku berkata seperti itu, aku sudah tidak ingat apa – apa lagi. Saat aku tersadar, aku sudah berada di kamarku.
“Kak, kenapa aku kak ?” Tanyaku.
“Loe tadi pingsan di taman kompleks Ca ! Truz tadi temen loe ada yang nganterin !” Kata Kakak.
“Siapa kak ?” tanyaku.
“Siapa ya tadi namanya ! Kakak lupa !” Kata kakak.
Tiba – tiba Zakka datang membawakanku makanan.
“Kak Ricky dan aku tadi yang membawa kak Zian pulang !” Kata Zakka.
Aku baru teringat kalau tadi aku pingsan di taman saat bersama Ricky dan Zakka.
“Ca, badan loe kok makin lama makin panas sih ?” Tanya kak Vizca.
“Nggak tau kak ! Badanku rasanya pada sakit semua !” Kataku.
“Kita nunggu dua hari dulu ! kalo panas kamu nggak turun juga kita bawa ke rumah sakit !” Kata Kak Vizca.
“Terserah kakak deh !” Kataku.
Sudah hampir tiga hari, demamku tak kunjung turun. Untung, saat aku sakit sekarang pas liburan. Jadi nggak perlu buat surat izin ke sekolah. Tapi rasanya nggak enak juga sakit. Akhirnya, kakak dan Zakka membawaku ke rumah sakit untuk cek darah. Saat pengisian adminitrasi, aku bari teringat kalau hari ini tanggal 30 Januari dan besok usiaku sudah 15 tahun. Tapi, sepertinya kakak dan Zakka lupa akan hari ulang tahunku. Setelah mengisi data adminitrasi, aku langsung masuk ruang pemeriksaan dan diambil darahku. Meskipun mengambilnya hanya sedikit, tapi rasanya sakit banget.
Setelah menunggu satu jam, akhirnya keluar juga hasil tes darahku. Setelah dari laboratorium, aku, Kak Vizca dan Zakka harus pergi ke ruang dokter untuk mencari tau apa penyakitku. Ternyata, aku terkena penyakit typus yang bisa dikatakan agak parah. Tetapi, tidak perlu opname di rumah sakit. Setelah dari ruang dokter, kami langsung ke apotik untuk menebus obat dan segera pulang.
Sesampainya dirumah, aku langsung berbaring di tempat tidur ku dikamar. Di kamar, ternyata aku tidak bisa tidur. Tiba – tiba, air mataku mengucur deras saat aku mengingat hari ulang tahun ku yang begitu meriah pada saat usiaku 10 thn. Sekarang, aku harus merayakan ulang tahunku sendiri dengan keadaan sakit parah seperti ini. Apa lagi, saat aku teriangat Rio. Bertambah deras air mataku mengucur dari mataku saat aku ingat perkataan Rio dua hari lalu di telepon. Rasanya sakit sekali kalau aku mengingat itu semua. Tidak terasa, lama – kelamaan aku tertidur.
Tepat pukul 00.00 , kak Vizca, Zakka, dan para sahabatku masuk menyelinap ke kamarku yang berteriak.
“Happy birthday !” Kata Mereka.
Aku langsung kaget dan terbangun. Setelah aku meniup lilin dan memotong kue, mereka bergantian memberikan ucapan selamat ulang tahun kepadaku. Aku kira mereka lupa dengan hari ulang tahunku. Ternyata, mereka memberikan sesuatu yang sangat berarti bagi ku.
Tetapi, masih ada yang kurang saat ulang tahunku kali ini. Selain tidak ada mama dan papa disampingku, juga tidak ada Rio hadir diantara para sahabatku yang memberikan kejutan ulang tahun kepadaku.
“Rio kemana ya ? Apa dia benar – benar marah kepadaku ? Apakah dia tidak bisa memaafkan kesalahanku ? Ketika dia meminta maaf kepadaku, aku dengan mudah memaafkan dia ! Tetapi, mengapa kini dia tidak bisa memaafkanku ? Apakah terlalu besar salahku kepada dia hingga dia tidak bisa memaafkan ku ? ” Kataku dalam hati.
Keesokan harinya, aku merasa badanku sudah semakin membaik. Setelah aku pikir – pikir, ternyata penyebab sakit typus ku selama ini adalah aku terlalu memikirkan Rio.
Setelah hapir satu minggu libur sekolah, aku harus kembali masuk sekolah. Dan tiga hari setelah aku masuk sekolah, aku sudah di hadapkan try out di LBB ternama di Jakarta. Setelah satu minggu, hasil try out di LBB ternama tadi keluar. Rio mendapatkan juara 13 dari 150 anak yang mengikuti try out. Sedangkan aku, mendapatkan juara 15 dari 150 anak yang mengikuti try out.
Sudah hampir lima bulan, berbagai macam ujian aku tempuh. Dan akhirnya, aku mengikuti ujian nasional yang menentukan aku lulus atau tidak. Saat ujian, banyak sekali tantangan ku. Salah satunya, penjaga yang super – super ketat dan matanya stereo. Selain itu, persiapanku juga kurang matang dalam menghadapi ujian nasional ini. Apa lagi mata pelajaran bahasa inggris tidak begitu aku kuasa. Dengan mengucap kata Bismillah… aku mencoba mengerjakan soal – soal yang telah diberikan.
Setelah satu minggu mengikuti ujian nasional, akhirnya pengumuman kelulusanpun turun. Aku sangat senang sekali bisa mendapatkan rangking empat dalam satu sekolah. Sedangkan Rio masih tetap di possisi rangking satu. Saat acara perpisahan disekolah, Oliv tiba – tiba memanggilku saat aku membantu bu Merry membawakan rapor anak – anak.
“Ca !!!” Teriak Oliv dari kejauhan. Aku hanya melempar senyuman kepadanya. Lalu dia mengejarku. Setelah menaruh rapor di kantor guru, aku diajak Oliv ke taman sekolah. Katanya ada yang mau diomongin yang sangat penting.
“Ca, gue mau ngomong sesuatu ! Tapi loe jangan marah ya !” Kata Oliv sedikit takut.
“Apa ?” Tanyaku dengan senyum yang ku buat – buat.
“Ricky !” Kata Oliv.
“Ricky kenapa ?” Tanyaku kaget.
“Ricky nyuruh gue beri tau loe soal ini !” Kata Oliv yang semakin lama membuatku penasaran.
“Iya apa ?” Kataku penasaran.
“Ricky, suka sama Loe !” Kata Oliv.
“What ? nggak mungkin itu ?” Kataku tidak percaya.
“Beneran Ca !” Kata Oliv meyakinkanku.
“Iya Ca ! itu semua benar !” Kata Marsya, Vita, Tania dari belakangku yang tidak aku sangka.
“Kalian pasti bohong kan ?” Kataku masih tidak percaya.
“Liziana Reca Mahardika, Apa yang dikatakan oleh sahabatmu itu semua benar !” Kata Ricky yang tiba – tiba muncul diantara para sahabatku.
“Apa ? jadi selama ini…” Kataku yang langsung dipotong oleh Ricky.
“Ya…selama ini kita bersama merupakan bentuk sayang aku ke kamu !” Kata Ricky merayu ku.
“Kalian semua jahat …!!! Semua cowok di dunia ini jahat !” Kataku langsung meningggalkan mereka sambil menangis dan pergi kekelas untuk menyendiri. Dikelas, Oliv mencoba menjelaskan semua itu kepadaku .
“Jahat gimana sih Ca maksud loe ?” Tanya Oliv.
“Loe jangan pura – pura nggak tau ya Liv !” Kataku sedikit membentak Oliv.
“Gue memang benar – benar nggak tau Ca !” Kata Oliv.
“Dengerin ya ! Rio suka sama Loe ! Loe masih pura – pura nggak tau ?” Kataku.
“Ca, gue benar – benar nggak tau soal ini ! Gue baru dengar ya dari Loe sekarang ini !” Kata Oliv.
“Loe tuh sama aja ya ternyata ! Dasar penghianat !” Kataku lalu meninggalkan Oliv.
Malam harinya, puluhan SMS dari sahabatku mampir ke hp ku.
‘Tdk smua lk2 sm sperti yg u ktkn td siang. Seorang lk2 yg kstria adlh lk2 yg bs membwt orng laen bhgia, rl berkorbn untk tmnx. Q tdk brmksd membwt u sdh. Tp, smua ini Q anggp merupkan kptsn yg sngt tpt bwt U. Terxt, Q slh. Smua ini mlh mmbwt u trsks. Q mnt 5f ats smua yg trjd selama nie. Q hrp, u bs mengrti soal ini semua. = Rio =’ Salah satu sms yang mampir ke hpku ternyata dari Rio.
‘Apkh pngrbnn hrs mengrbnkn prsaan orng laen ?’ Balasku.
‘tdk. Aku memang tlh slh mengorbankan prasaan U.’ Balas Rio.
‘Apkh u mers bhw u adlh cowo’ yg ksatria ?’ Balas ku.
‘Menurut u gmn ?’ Balas Rio.
‘U bukanlah cowok yg ksatria. Tp u adlh cowok yg slalu menyakiti ht orng laen n cowok yg g’ punya rs trimaksh. Puas skrng u dah bwt q sperti ini ? MKN I2 KEPUASAN U SNDR !!!!’ Balasku dengan isi marah – marah.
‘Maksud U ?’ Balas Rio.
Setelah SMS tadi, aku sudah tidak membalasnya lagi. SMS dari para sahabatku juga tidak aku balas karena aku masih marah masalah tadi siang.
Saat liburan kelulusan, aku menggunakan liburan kelulusan tersebut untuk mencari SMA favorit di Jakarta. Ternyata, aku keterima di SMAN 2 Jakarta.Selain aku, Rio, dan Marsya juga diterima di SMAN 2 Jakarta. Tapi, masih ada satu lagi teman ku yang juga terterima di SMAN 2 Jakarta. Dia bernama Vena Magdalena. Aku merasa sangat senang sekali. Papa dan mama yang ke Jakarta untuk menghadiri wisuda kakak, turut bangga terhadap aku.
Tapi, aku juga sedih sekali karena aku kehilangan sahabatku yang dulu selalu ada untukku. Aku ingat, hari ini Oliv akan kembali ke Kediri karena ayahnya sudah selesai bertugas di Jakarta. Sebenernya aku sangat kehilangan. Tapi, aku masih marah karena masalah di sekolah dua minggu.
‘Ca, Q mo kmbl ke Kdr ! Q mnt 5f mslh di sklh 2 mnggu ll. Cl ada wkt, U maen ya ke Pare - Kdr !’ SMS Oliv berpamitan denganku. Tapi, aku tidak menghiraukan SMS tadi.
Selain kehilangan Oliv, aku juga kehilangan kak Vizca yang selama tiga tahun lebih menemaniku di Jakarta. Kak Vizca harus meneruskan kuliah S2 – nya di Australia. Kini, aku hanya memiliki Zakka untuk temanku di Jakarta.
Hari masuk sekolah telah tiba. Liburan begitu cepat berlalu bagiku. Kini aku sudah menempati sekolah baru di tingkat yang lebih tinggi. Tiga hari masuk sekolah diisi dengan kegiatan MOS. Di SMA 2 Jakarta, MOS diisi dengan pembinaan terhadap para siswa baru. Selain itu, juga ada banyak pengarahan dari sekolah maupun dari petugas yang ditugaskan sekolah untuk memberi bimbingan kepada kami. Salah satu bimbingannya adalah bahaya merokok dan narkoba. Setelah bimbingan itu, aku menjadi tau bahaya apa saja yang ditimbulkan narkoba dan rokok.
Tiga hari mengikuti MOS, aku dan teman – teman yang lain sudah masuk seperti biasa. Tetapi, kegiatan belajar mengajar masih sangat jarang karena terganggu kegiatan PHBN. Dalam kegiatan PHBN, aku hanya mengikuti lomba gerak jalan saja. Walaupun begitu, itu sudah aku rasa kegiatan yan sangat melelahkan bagi ku. Sampai – sampai kaki ku tidak bisa digerakkan kalau malam.
Di SMA, aku mendapatkan sahabat – sahabat yang baru. Mereka adalah : Anindya Cyntia Bella yang biasa disapa Bella, dia adalah teman sebangkuku. Marcela Cecilia Azura yang biasa di sapa Zura. Maria Eka Adisty yang biasa disapa Maria.Disya Arinda yang biasa dipanggil Disya, Adrian Exa Yanuar yang biasa disapa Exa. Dika Raka Pamungkas yang biasa disapa Dika. Bayu Vernanda Cristian yang biasa di sapa Bayu. Dan Zovia Bima Antara yang biasa disapa Zovi.
Salah satu sahabat ku Bayu Vernanda Cristian. Dia adalah seorang cowok yang bisa dibilang over aktiv seperti aku. Aku deket sama dia. Tapi, cuma sebatas teman. Walaupun awalnya hanya teman, tapi lama – lama aku jadi suka sama dia. Kedekatan ku sama Bayu karena saudara jauhku yang ada di Jakarta rumahnya dekat dengan rumahnya Bayu. Aku sering nitip sesuatu buat saudaraku lewat Bayu.
Semakin lama, aku semakin dekat dengan dia. Aku ingin sekali mengutarakan isi hati ku kepadanya. Tapi, saat aku ingin mengutarakan persaanku, ternyata dia malah menyukai sahabat baruku bernama Viona Natalia Octaviana. Untungnya aku sudah di beri tahu tentang Bayu suka sama Vio (Panggilan Viona) oleh Maria teman ku sebelum aku bilang ke Bayu kalau aku suka sama dia.
Tepat tanggal 14 Agustus, Bayu jadian sama Vio. Bayu menembak Vio saat ada bazaar dan Pensi di sekolah. Aku kira bazaar dan Pensi itu akan menarik. Tetapi malah membuat hatiku hancur untuk kedua kalianya. Aku sungguh benar – benar kecewa terhadap Bayu. Saat itu, aku hanya bisa menangis sendirian di kelas. Lalu, Vio menghampiriku.
“Ca, kenapa Loe menangis ?”
“Nggak apa – apa Yo !” Kataku sambil mengusap air mata yang berlinang di pipi.
“Gue tau kok gimana perasaan Loe ?” Kata Vio.
“Vio, Loe nggak pernah tau gimana perasaan gue sebenernya ! Gue sayang banget sama Bayu !” Kata ku dalam hati.
“Eca, maafin gue ya…? Bukan maksud gue ngerebut Bayu dari Loe ! Tapi, ini keinginan Bayu !” Kata Vio. Aku langsung terperanjat.
“Loe tau dari mana Yo ?” Kataku.
“Aku bisa lihat dari tatapan mata loe Ca ! Kalo loe sayang banget sama Bayu. Sekali lagi gue minta maaf ya Ca ?” Kata Vio.
“Ya udah nggak apa – apa ! Aku kan bukan siapa – siapanya Bayu ! jadi, santai aja Yo !” Kataku.
“Ke depan yuk Ca ?” Kata Vio.
“Ayo…!” Kataku.
Meskipun hatiku hancur, tapi aku mencoba untuk tetap tegar menghadapi hidup yang kian sulit ini. Aku akan tetap berada di samping Vio untuk menyemangati Vio meski dia sudah memiliki Bayu.
Hari demi hari aku lewati. Tak terasa sudah hampir setengah tahun aku berada di SMA. Tiba – tiba perasaan rindu ku pada Oliv muncul. Aku bertekat untuk pergi ke Surbaya liburan semester satu nanti dan sekalian mampir ke Pare - Kediri untuk bertemu Oliv. Sebenarnya aku juga ingin mengajak Marsya dan Rio untuk pergi ke Surabaya. Tapi, mungkin mereka tidak akan mau karena mereka katanya akan liburan ke luar negeri bersama keluarganya masing – masing pada liburan semester satu nanti. Huh…luar negeri. Kalau aku minta liburan ke luar negeri seperti mereka kepada mama dan papa, pasti aku akan di ekspor ke Australia. Sungguh membosankan. Tapi, kali ini aku ingin liburan di Surabaya saja. Sedangkan Zakka akan ke Australia bersama sepupuku.
Akhirnya aku menghadapi ujian semester satu yang cukup sulit. Tapi, aku tetap optimis bahwa aku bisa mengerjakannya.
Satu minggu aku melewati ujian semester satu. Sebenarnya, setelah ujian tidak ada pelajaran disekolah. Tapi, kalau nanti tidak masuk, nanti ketinggalan pengumuman pembagian rapor. Serba salah kalau begini.
Hari ini aku harus mengantarkan Zakka ke bandara. Dia akan pergi ke Australia untuk liburan bersama sepupuku. Aku dirumah sendirian.
“Andai Oliv masih ada disini ! Pasti aku takkan kesepian seperti ini dan pasti rumah ini akan ramai dengan keceriaannya ! Gimana ya keadaan dia sekarang ? Aku jadi ingin segera kesana ! OLIV I AM COMING !” Kata Hati ku.
Seminggu kemudian, aku menerima rapor hasil ujianku. Huh…hasilnya sangat buruk sekali. Rangking 12. Sedangkan Zakka yang masih duduk di kelas delapan bisa menyabet rangking 2. Saat aku perjalanan pulang kerumah, tiba – tiba hp ku bernbunyi. Setelah aku lihat ternyata mama menelepon ku.
“Assalamualaikum…!” Kataku.
“Waalaikumsallam…!” Jawab mama.
“Ada apa ma ?” Tanyaku.
“Zian, kamu segera ke Surabaya ya ?” Kata mama dengan nada yang ku rasa mama sedang menangis.
“Iya mama ! Aku tiga hari lagi mau ke Surabaya !” Kataku.
“Sekarang Zian !” Kata mama.
“Memangnya kenapa ma ?” Tanya ku.
“Kakek ! Kakek meninggal !” Kata mama. Aku langsung kaget sekali.
“Innalillahhiwainnailaihirojiun ! Oke ma ! aku akan segera ke Surabaya !” Kataku.
“Ya sudah…! assalamualaikum…!” Kata mama.
“Waalaikumsallam…!” Jawab ku.
Aku langsung memacu motor ku kembali kerumah. Sesampainya dirumah, aku langsung menyiapkan koperku untuk pergi ke Surabaya. Koperku itu kuisi dengan barang – barang yang aku perlukan selama satu minggu di Surabaya nanti. Sesudah itu, aku menelepon agen taxi untuk memesan taxi agar mengantarkan ku ke bandara. Saat taxi pesananku tiba, aku langsung mengunci pintu rumah dan masuk ke taxi tadi. Lalu petugas taxi meminta mengecek kembali barang bawaanku agar tidak ada yang tertinggal. Tapi, baru aku sadar laptop ku tertingal di dalam rumah. Terpaksa aku harus kembali kedalam rumah untuk mengambilnya. Didalam taxi, aku mencoba menelepon Zakka atau kak Vizca. Ternyata, Zakka dan kak Vizca sudah sampai di Surabaya sejak tadi malam.
Sesampainya dibandara, aku langsung membeli tiket penerbangan ke Surabaya. Setelah menunggu dibandara hampir satu setengah jam, akhirnya aku terbang juga ke Surabaya. Didalam pesawat, aku hanya memikirkan bagaimana keadaan dirumah kakek dan nenek. Tak terbesit sedikitpun dalam benakku untuk bermain ke tempat Oliv. Yang ada di fikiran ku hanya aku harus sampai di Surabaya sebelum kakek dimakamkan.
Sesampainya di Surabaya, ku kira tidak ada yang menjemputku. Tetapi aku salah. Om Ferdi sudah stan by sejak satu jam tadi di bandara untuk menjemputku.
“Zian…!” Teriak om Ferdi memanggilku. Aku langsung menoleh.
“Eh om apa kabar ?” Kataku menghampiri om Ferdi.
“Baik ! Zian, satu setengah jam lagi kakek dimakamkan. Kita harus cepat – cepat !” Kata Om Ferdi lalu mengajakku keparkiran untuk mengambil mobilnya.
Sesampainya dirumah kakek, aku langsung mencari ayah dan ibu. Setelah bertemu mereka, aku pun langsung melihat jenazah kakek yang telah dibungkus kain kafan. Aku tak kuasa menahan tangisku. Aku sangat kehilangan kakek. Kakeklah yang selalu mengingatkanku saat aku berbuat salah. Kakek juga yang menyadarkan aku tentang kelakuanku yang sangat bandel saat aku masih kelas 3 SD. Aku hanya berfikir :
“Siapa yang akan aku peluk pertama kali saat aku pulang ke rumah kakek ? Siapa yang selalu memberi cucunya hadiah bila cucunya mendapatkan sesuatu yang membanggakan ? Dan siapa yang akan mengingatkan para cucunya untuk selalu shalat dan mengaji ?” Hanya kata – kata itu yang ada dalam benakku.
Saat pemakaman kakek, sebenernya aku dilarang ikut oleh kakak. Karena kakak tau kalau nanti aku tak bisa menahan kesedihanku aku akan pingsan. Tetapi, aku memaksakan untuk ikut ke pemakan kakek. Apa boleh buat, kakak tidak berkutik kalau sudah ku buat begini. Tapi benar apa kata kak Vizca. Aku benar – benar tidak kuat menahan kesedihanku karena kehilangan kakek. Akhirnya aku pingsan.
Satu minggu sudah aku dan Zakka di Surabaya. Aku dan Zakka harus kembali ke Jakarta karena sekolah akan segera masuk. Saat kami kembali ke Jakarta, kak Vizca ikut ke Jakarta juga. Katanya kangen suasana Jakarta. Kak Vizca kembali ke Australia satu bulan lagi. Aku merasa sangat senang sekali karena rumah tidak sepi lagi. Meskipun hanya sebentar.
Setelah tiba di Jakarta, keesokan harinya aku dan Zakka harus masuk sekolah. Disekolah, teman – teman ku membicarakan tentang liburan mereka. Tetapi aku hanya duduk diam sambil membaca buku pelajaran.
“Eca, liburan loe kemana ?” Tanya Vio yang tiba – tiba ada di sampingku.
“Ke Surabaya ! Kakek meninggal !” Kataku singkat lalu memperhatikan buku lagi.
“Innallahiwainnailaihirojiun…! Kapan Ca meninggalnya ?” Kata Vio.
“Seminggu yang lalu !” Kataku.
“Aku turut berduka cita ya Ca !” Kata Vio. Aku hanya tersenyum padanya dan mengangguk.
Hari ini aku pulang sekolah pagi karena belum ada pelajaran. Di tengah perjalananku pulang, aku mencoba mengingat – ingat sesuatu yang ku lupa saat di Surabaya. Tapi, sampai di rumahpun aku masih lupa dengan apa yang ku lupa waktu di Surabaya.
Sesampainya dirumah, aku langsung kaget karena ada cowok yang seumuran kakak duduk – duduk di kursi yang berada di teras rumah. Aku tak kenal siapa cowok itu. Lalu aku mencoba menanyainya.
“Maaf, mas ini siapa ya ?” Kata ku.
“Oh, kamu adiknya Vizca ya ? Kenalin aku Firman ! Kamu Zian kan ?” Kata Cowok tadi.
“Benar ! Tapi panggil aja aku Eca ! Mas Firman temannya kak Vizca ya ?” Tanya ku.
“Bukan hanya teman ! Tapi pacar !” Kata kakak tiba – tiba dari dalam rumah.
“Ceritanya udah berani pacaran ?” Kataku.
“Ya udah lah…! Kan udah di ijinin sama papa dan mama !” Kata Kak Vizca.
“Zian, kapan – kapan kamu main ya ke rumah kakak ? Adik kakak juga seumuran kamu lho !” Kata Kak Firman.
“Beres kak ! Adik kakak cowok atau cewek ?” Tanyaku.
“Cowok ! Dia juga ganteng banget lho kayak kakaknya…!” Kata kak Firman. Aku dan Kak Vizca hanya tertawa.
“Kepedean…!” Kata kak Vizca.
“Emangnya nggak boleh apa ?” Kata Kak Firman.
“Kak Firman ini temannya kak Vizca waktu kuliah di Jakarta ?” Tanya ku.
“Nggak ! Baru kenal tiga bulan yang lalu di Australia !” Kata Kak Firman.
“Satu kampus di Australia !” Tambah Kak Vizca.
“O…!” Kata ku singkat, padat , dan Jelas.
“Udah ah…kakak udah kesiangan nih !” Kata Kak Vizca.
“Mau kemana sih kak ?” Tanya ku.
“Kak Vizca mau kakak kenalin sama orang tua kakak !” Kata Kak Firman.
“Baik – baik dirumah ya sayang…!” Kata kak Vizca.
“Oke…!” Kata ku.
“Satu lagi ! Tolong jemput Zakka di sekolah ya…!”
“Beres…!” Kataku sambil mengangkat jempol.
“Kakak pergi dulu ya, sayang !” Kata kak Vizca.
“Kak Firman jangan malam – malam ya kalo ngebalikin kakak !!!” Kataku.
“Beres Ca…!” kata kak Firman.
Setelah kak Vizca dan kak Firman pergi, aku langsung masuk kedalam rumah. Di ruang tamu, aku melihat sebuah novel yang tak asing lagi bagiku. Tapi, aku lupa novel itu milik siapa. Saat aku buka, tertera sebuah nama. Yaitu Kartika Olivia Yolanda. Aku langsung kaget. Itu merupakan novel yang selalu dibawa oleh Oliv kemana saja dia pergi. Novel itu merupakan pemberian dari ku, Vita, Marsya, dan Tania. Oliv sudah membacanya berkali – kali. Tapi, dia tidak bosan – bosannya membaca kembali.
“Siapa ya yang membawa buku ini ke sini ? Mungkinkah Oliv kembali ke Jakarta ? Mungkinkah dia kangen dengan sahabat – sahabatnya yang lain ? Tapi kenapa dia kesini saat aku tak ada ? Aku sangat merindukanmu Liv !” Kataku dalam hati.
Saat itu aku baru teringat kalau kemarin saat aku di Surabaya, aku tidak mampir ke Pare – Kediri untuk melepas kangen ku dengan Oliv. Setelah melihat novel itu, aku langsung buru – buru ke rumah Oliv tanpa ganti baju dulu. Aku langsung berlari ke rumah dia tak tidak jauh dari rumahku. Tapi, betapa kagetnya aku, rumahnya sudah bertuliskan < DIJUAL CEPAT TANPA PERANTARA >. Aku hanya bisa terpaku melihat tulisan di depan rumahnya Oliv. Tak kurasa air mataku mengalir deras dipipi. Saat aku akan beranjak pergi dari depan rumahnya Oliv, tiba – tiba ada yang menepuk bahu ku.
“Oliv…!” Kataku langsung berbalik badan.
“Bukan mbak, ini Ricky !” Kata Ricky.
“Oh, loe Rick !” Kata ku.
“Iya…Ca, jalan – jalan ke taman yuk…!” Ajak Ricky .
“Nggak ah…nanti loe nembak gue lagi !” Kataku.
“Nggak, nggak Ca ! curigaan banget sih loe sama gue ?” Kata Ricky.
“Ya…nggak gitunya sih…!” Kataku.
“Udah ayo cepet…!” Kata Ricky sambil memakai helmnya kembali. Aku langsung naik ke motornya Ricky.
Sesampainya ditaman, aku dan Ricky mencari tempat yang enak untuk mengobrol.
“Ca, loe kangen ya…sama Oliv ?” Tanya Ricky. Aku hanya mengangguk.
“Rio, juga kangen sama dia !” Kata Ricky. Aku hanya menumpahkan kekesalanku pada sebuah kertas yang ada di novelnya Oliv. Lalu aku beranjak pergi.
“Ca, jangan marah gitu donk ! Oke…gue nggak akan bahas lagi soal Rio dan Oliv.” Kata Rickya lalu aku kembali duduk di sampingnya Ricky.
“Loe napa sih Ca, takut banget kalo gue ajak jalan ?” Kata Ricky.
“Nanti bisa – bisa kejadian kita akhir SMP keulang lagi ! gue nggak mau itu keulang lagi !” Kataku.
“Tapi, dulukan loe belum siap ! Kalo sekarang loe udah siap jadi pacar gue, gue juga masih ada lowongan kok !” Kata Ricky lalu tertawa.
“Ih…sorry ya…! Gue udah di jodohin sama anak temennya bokap gue !” Kataku.
“Jaman sekarang masih aja mau loe di jodohin ! Kayak jaman Siti Nurbaya aja !” Kata Ricky.
“Orang guenya mau ! kenapa loe yang sensitive gitu ? Loe cemburu ya…?” Kataku menggoda Ricky.
“Ih…nggak…!” kata Ricky.
“Udah ah jangan bahas masalah itu ! Eh, loe ngajak gue kesini buat apa ?” Kataku.
“Gue sama Reza mau ngajak anggota eight forever buat ketemu kangen lagi ! gimana ? loe setuju nggak ?” Kata Ricky.
“Maksud loe eight forever ?” Tanyaku.
“Ya…gue, loe, Reza, Rio, Tania, Vita, Marsya, dan Oliv !” Kata Ricky menjelaskan.
“O…ya…gue lupa !” Kataku sambil senyum – senyum.
“Baru setengah tahun berpisah aja sudah lupa !” Kata Ricky mengejekku.
“Trus kapan itu ?” Tanya ku.
“Gimana kalau minggu depan ?” Kata Ricky.
“Kita bicarain aja dulu sama mereka gimana tentang tempat dan waktunya ?” Kataku.
“Gue setuju banget tuh !” Kata Ricky.
“Hmmm…Oliv gimana ?” Tanyaku.
“Tania punya nomor hpnya Oliv kok ! nanti biar dihubungi sama Tania !” Kata Ricky.
“Rick, gue mua pulang duluan ya…! Mau jemput Zakka di sekolah !” Kataku sambil berdiri.
“Gue anter ya…?” Kata Ricky.
“Nggak usah makasih !” Kataku .
“Makasih ya Ca, udah nemenin gue disini ?” Kata Ricky.
“Sama – sama, ini jugakan kepentingan eight forever ! Rick, gue pulang dulu ya…Bye !” Kataku.
“Bye…!” Kata Ricky.
Sesampainya dirumah, ternyata Zakka sudah pulang sekolah.
“Zak, loe tadi pulang sekolah naik apa ?” Tanyaku.
“Dianter temen ku kak !” Kata Zakka tidak memperhatikanku karena sedang asik bermain PS.
“O…!” Kataku singkat.
“Ya…geme over…! Kak Vizca kemana kak ?” Katanya Zakka.
“Kerumah pacarnya !” teriakku dari dalam kamar.
“Kerumah pacaranya ?” Tanya Zakka lagi.
“Ya…emangnya kenapa ?” Tanyaku.
“Aku belum tau kak Vizca pacaran !” Kata Zakka.
“Kamu tuh masih anak kecil ! Makkannya kamu nggak di beri tau sama Kak Vizca !” Kataku sambil keluar kamar.
“Emangnya sama papa dan mama boleh pacaran ?” Tanya Zakka lagi.
“Boleh ! Tapi asal tau batasnya !” Kataku.
“Kalau begitu, besok cari pacar ah di sekolah !” Kata Zakka.
“What ? Cari pacar ?” Kataku kaget.
“Iya ! Emangnya nggak boleh ? tadi katanya boleh pacaran asal tau batasnya ! Aku sudah tau kok batasnya ! Trus, sekarang Zakka mau tanya ! Kenapa kakak nggak punya – punya pacar dari dulu ? Apa kakak nggak laku – laku ?” Kata Zakka seperti mengejekku.
“Kakak tuh bukannya nggak laku – laku ! Tapi, kakak mau focus dan nyelesaiin sekolah dulu !” Kataku. Tapi Zakka tetap saja terus – menerus mengajekku.
Sore harinya, kakak datang dengan di antar kak Firman. Tapi, kak Firman tidak mampir ke rumah dulu karena sedang terburu – buru.
“Ca, loe besok sore ada waktu nggak ?” Tanya kak Vizca sambil melepas sepatu diteras rumah.
“Mmmm…ada kayaknya ! Kenapa kak ?” Tanyaku.
“Besok, adik dan orang tuanya kak Firman mau kesini !” Kata kakak menuju ke dalam rumah.
“Kesini ? ngapain ?” tanya ku.
“Ya, orang tuanya mau kenal lebih dekat dengan kakak ! Loe sama Zakka besok di rumah aja ya…?” Kata kak Vizca.
“Ya sudahlah !” Kataku sambil menyalakan tv.
“Pasrah banget sih loe ? Ca, adiknya kak Firman tuh ganteng banget lho !” Kata kak Vizca.
“So ?” kataku.
“Kayaknya, loe sama adiknya kak Firman cocok deh Ca !” Kata kak Vizca.
“Whatever…!” Kataku tak peduli.
“Loe kok gitu sih Ca ?” Kata kak Vizca sedikit marah.
“Helo ! ini tahun berapa kak ? jamannya udah modern ! udah nggak ada jaman Siti Nur Baya lagi ! Jadi, aku nggak mau kalo di jodoh – jodohin” kataku.
“Up to you whateverlah !” kata kakak sambil pergi.
Keesokan harinya, pagi – pagi sekali kak Vizca sudah bersih – bersih rumah. Setelah itu dia mau mengantarkanku ke sekolah. Alasannya karena motorku mau dipakai ke supermarket.
“Kalo di rumah ada kak Vizca ribetnya minta ampun, Kalo nggak ada kak Vizca aku yang repot…!” Fikirku sambil masuk ke halaman sekolah.
Sepulang sekolah, aku sudah di tunggu kak Vizca di depan gerbang sekolah. Sebenarnya, hari ini aku mau jalan sama teman – teman. Tapi kak Vizca sudah menjemputku.
Sesampainya dirumah, aku tidak langsung membantu kak Vizca memasak di dapur. Tetapi aku istirahat dulu diruang tengah sambil menonton tv. Saat aku lagi santai – santai menonton tv, tiba – tiba hp kak Vizca yang ada di meja berbunyi. Lalu ku lihat.
‘Bab, hr nie bkp g’ bs ikut ke rmh. Krn blm ada izin untk plng. Jd nnt cm nykp, q, n adik q !’ ternyata sms dari kak Firman. Langsung saja hpnya aku berikan kak Vizca.
Selesai sholat magrib, aku disuruh bersiap – siap oleh kak Vizca. Karena aku bukan cewek yang suka dandan, jadi dandanan ku ala kadarnya. Saat kak Vizca melihat dandananku dia sedikit marah – marah.
Beberapa saat kemudian, terdengar suara derungan mobil di depan rumah. Saat ku lihat, ternyata kak Firman bersama seorang ibu – ibu dan seorang cowok yang seumuranku.
“Assalamualaikum…!” kata ibu – ibu tadi. Lalu kak Vizca buru – buru menyalami ibu – ibu tadi.
“Waalaikumsallam…! Mari tante masuk saja. Maaf lho tante, rumahnya kecil dan ya beginilah rumah saya di Jakarta.” Kata kak Vizca mempersilahkan masuk ibu – ibu tadi.
“Viz, Eca mana ?” tanya kak Firman.
“Tadi ada, Ian…zian…!” Teriak kakak dari ruang tamu. Aku langsung menuju ruang tamu.
“Tante, ini adik saya yang pertama namanya Zian ! Zian, ini mamanya kak Firman, namanya Tante Lisa.” Kata kak Vizca. Aku langsung menyalami ibu – ibu tadi.
“Cantik ya adik kamu…! Seperti kakaknya…!” Kata tante Lisa. Aku hanya tersenyum.
“Ah, tante bisa saja…!” kata kak Vizca.
“Adik kamu katanya dua, yang satu mana ?” Tanya Tante Lisa.
“O…sebentar ya tante, Zakka…!” Kata kakak yang langsung memanggil Zakka. Zakka lalu menemui kak Vizca dan menyalami Tante Lisa.
“Zian, Zakka, ini ibunya kak Firman !” Kata Kak Vizca.
“Betul itu !” Kata Kak Firman.
“Dan ini siapa tante ?” Tanya kak Vizca yang pura – pura tidak kenal.
“Ini adiknya kak Firman, Namanya Rizal !” Kata ibunya kak Firman memperkenalkan.
“Zian !” Kataku.
“Rizal !” Kata dia.
“Zakka !” Kata Zakka.
“Rizal !” Kata dia.
“Tante silahkan duduk, sampai lupa saya, maaf ya tante !” Kata kak Vizca.
“Ah, nggak apa – apa ! anggap saja tante ini sebagai ibu kamu sendiri !” Kata ibunya kak Firman.
Sambil menemani kak Vizca, aku hanya diam duduk di sebelah kak Vizca. Sedangkan Zakka, sudah asik ngaplay game lagi di ruang tengah. Aku mencoba mengamati adiknya kak Firman. Anaknya kok pendiam banget sih. Tapi, aku suka cowok kayak dia. Itung – itung buat gantiin Bayu yang sudah sama Vio. Lalu kak Firman berbisik kepada adiknya. Mereka lalu berjalan ke ruang tengah rumahku. Saat bejalan ke ruang tengah, aku diajak oleh kak Firman.
“Ca, belakang yuk…!” Kata kak Firman.
“Ngapain ?” Tanyaku dengn suara lirih.
“Ngegame !” Kata kak Firman bercanda.
“Hah ? ngegame ? nggak ah !” Kataku. Tapi, aku terus ditarik oleh kak Firman. Akhirnya aku ke ruang tengah juga.
“Dah, loe berdua duduk disini, ngobrol, oke ?” Kata kak Firman.
“Heh ? ngobrol ? males ah !” Kataku lalu menuju kamar.
“Eca…! Ya…ngapain gitu…! Zal, loe ngegame tuh sama Zakka !” Kata kak Firman. Dengan raut muka yang tertekuk, aku menuruti perintah kak Firman. Rizal diam saja di samping ku sambil melihat Zakka ngegame. Aku hanya membaca majalah yang tadi siang aku beli.
“Hmmm ! Suka baca ya …?” Tanya Rizal.
“Ya…begitulah…!” Kataku singkat.
“Kamu sekolah dimana ?” Tanya Rizal.
“Nggak usah pake bahasa kamu aku gitu ! pake bahasa loe gue aja ! Gue sekolah di SMAN 2 ! Loe sekolah dimana ?” Tanyaku.
“O…! Gue di SMAN 8 ! Eh, gimana ? katanya di SMAN 2 ceweknya cantik – cantik, cowoknya ganteng – ganteng. Loe udah punya cowok apa belum ?” Tanya dia.
‘kayak polisi aja ni anak, dari tadi kerjaannya tanya mulu’ Pikirku.
“Belum…! Aku mau focus dulu ke sekolah ! Kalo loe dah punya cewek ?” Kataku sambil tersenyum dnegan dipaksakan.
“Alhamdullillah udah…!” Kata dia.
“Anak SMAN 8 juga ?” Tanyaku.
“Nggak ! anak SMAN 2 !” Kata Rizal.
Aku langsung kaget.
“Pantesan loe tadi bilang kalo cewek di SMAN 2 cantik – cantik. Boleh tau nggak siapa namanya ?” Kataku bercanda. Lalu dia hanya tersenyum.
“Nanti loe juga tau sendiri !” Kata dia. Aku hanya tersenyum simpul.
Lama kelamaan, ngobrol sama dia asik juga. Aku jadi bisa melupakan Bayu. Selain ngobrol, kita juga tukar – tukaran nomor hp.
Sejak pertemuan itu, aku jadi sering ketemuan, smsan, dan chatting sama dia. Aku sekarang semakin dekat dengan Rizal. Tetapi, Rizal sudah milik orang lain. Aku hanya bersahabat dengan dia. Dia orangnya asik sekali diajak ngobrol, diajak curhat. Dia ngerti banget apa yang sedang aku butuhkan.
Rizal sering sekali curhat dengan ku masalah ceweknya. Aku pun juga sebaliknya. Karena sudah di tinggal kak Vizca dan kak Firman kembali ke Australia, kami jadi lebih leluasa mengobrol. Dan juga lebih leluasa ketemuan. Jika Rizal tidak sms, hidupku rasanya sepi banget tanpa kasih sayang seorang cowok. Meskipun hanya sebagai sahabat.
Tak terasa, enam bulan berlalu begitu saja. Aku harus menghadapi ujian kenaikan kelas. Satu minggu aku menghadapi ujian kenaikan kelas, akhirnya aku naik kelas. Tapi, ya… amapun… peringkatku kali ini jeblok banget. Aku memilih jurusan IPA untuk aku kelas XI ini. Selain itu, aku juga menjadi anggota OSIS.
Setelah liburan kenaikan kelas selama dua minggu, aku harus kembali masuk sekolah. Hari pertama, kedua, dan ketiga, aku harus mengikuti kegiatan OSIS. Yaitu mos anak kelas sepuluh yang baru. Di saat mos itu, aku menjadi merasa lebih dewasa di bandingkan beberapa bulan yang lalu. Di saat mos juga, aku mengenal beberapa adik kelas ku yang baru. Salah satunya Wira. Meskipun aku dan dia berbeda agama, tetapi dia tidak canggung untuk mengobrol denganku. Sejak kedekatanku dengan Wira itulah, aku jadi dianggap pacaran sama dia. Karena sekarang lagi musimnya kakak kelas pacaran sama adik kelasnya.
Juga tak ku dirasa, persahabatanku dengan Rizal sudah delapan bulan. Aku merasa dia adalah gantinya Ricky yang dulu menghianati persahabatan ku. Rizal katanya rela memutuskan pacarnya demi aku.
Tepat tanggal 17 Agustus, setelah aku upacara di sekolah, Rizal mengajakku ketemuan. Dan kejadian kelas sembilan bersama Ricky terulang kembali. Rizal menyatakan cintanya kepadaku. Sebenernya, aku belum siap kalo suruh terima dia sebagai pacar. Tapi, aku juga sudah terlalu dekat dengan Rizal. Akhirnya, aku terima dia sebagai pacar aku. Sejak aku pacaran dengan Rizal, aku tidak memanggil dia Rizal. Tetapi, memanggilnya dengan kakak.
Tiga bulan hubungan ku dengan Rizal berjalan. Keluarga kami juga sudah mengetahui semuanya dan mereka mengizinkan kami untuk menjalin hubungan tersebut. Tetapi, namanya orang pacaran, pasti ada gangguannya. Jika hubungan pacaran itu dapat melewati semua gangguan tadi, pasti indah akhirnya. Tapi, tidak dengan hubunganku dengan Rizal. Kabar aku pacaran dengan Wira kembali menyeruak ke permukaan dan berita itu sampai ke Rizal tanpa sepengetahuanku. Saat mendengar berita itu, dia langsung meminta konfirmasi kepada ku melalui telepon.
“Assalamualaikum …!” Kata Rizal.
“Waalaikumsallam…! Ada apa kak ?” Tanyaku.
“Aku mau tanya, tapi kamu jangan tersinggung ya…!” Kata Rizal.
“Tanya apa ?” Tanyaku lagi.
“Apa benar ? kamu pacaran sama adik kelasmu ?” Tanya Rizal. Aku langsung kaget mendengar hal itu bisa sampai ke Rizal.
“Ya…nggak lah Kak… buat apa aku pacaran sama adik kelasku kalo aku punya kakak yang selalu menyayangi aku !” Kataku.
“Beneran ?” Tanya Rizal lagi.
“Beneran !” Kataku meyakinkan Rizal.
“Hmm…kalo gitu besok sore kita ketemuan di taman di ujung komplek bisa nggak ?” Tanya Rizal.
“Bisa ! Seperti jam biasanya kan ?” Tanya ku.
“Ya…! Ca, udah dulu ya…! assalamualaikum !” Kata Rizal.
“Waalaikumsallam…!” Kata ku.
Keesokan harinya di sore hari, aku buru – buru ke taman di ujung kompleks rumahku. Ternyata, Rizal sudah di sana terlebih dahulu.
Awalnya kita ngobrol seperti biasa saat ketemuan. Tapi, setelah Rizal menunjukkan beberapa foto, kami menjadi bertengkar. Foto itu memperlihatkan kedekatanku dengan Wira. Aku tidak tau siapa yang mengambil foto itu. Tapi, ku setelah ku lihat – lihat, foto itu kayaknya diambil saat kegiatan mos di sekolah.
Aku terus mencoba menjelaskan tentang foto itu kepada Rizal. Namun, dia tidak mau mengerti. Dia tetap menuduhku selingkuh di belakang dia. Tapi, aku juga tak mau kalah. Aku juga sempat melihat dia jalan dengan cewek lain di sebuah mall beberapa waktu yang lalu. Meskipun tanpa bukti – bukti yang kuat, aku tetap ngotot menuduh dia selingkuh.
Setelah bertengkar lama di taman, aku pikir – pikir, tidak ada gunanya lagi kita bersama. Hanya menambah beban pikir saja. Apa lagi aku sudah kecewa banget sama Rizal. Rizal tak pernah memberikan ku kesempatan untuk dekat dengan cowok lain meskipun hanya sebatas teman. Akhirnya, jalinan tali kasih kami pun terputus juga hanya gara – gara foto yang tak jelas itu.
Satu bulan sudah kami berpisah. Tapi, kami tidak sampai lost contec. Dia masih sering sms dan menelepon ku. Dia juga sering mengajak ku jalan. Tapi aku selalu menolaknya. Karena kita sudah tidak ada ikatan lagi. Dan aku pun tau kalau dia sudah punya penggantiku.
Tapi selama satu bulan itu lah yang sangat berat bagi ku. Aku tidak bisa melupakan Rizal sebagai kekasihku. Mungkin karena masih kontec – kontekan itulah yang membuatku berat untuk melupakan dia.
Beruntung, aku mempunyai teman – teman sekelas yang selalu menghiburku. Meskipun mereka tidak tau masalah yang aku hadapi, tapi mereka sudah membuat aku tersenyum kembali seperti dulu lagi. Yang paling berjasa membuat aku tersenyum kembali adalah Dika. Di hari – hari ku yang sepi ini, dia selalu menghiburku. Dia selalu mengajakku bercanda. Selain Dika, teman ku sebangku Bella, juga sering menghiburku. Tapi, Bella melihat sesuatu yang lain yang ada didiriku saat aku dekat dengan Dika. Kata dia, aku terlihat suka sama Dika.
“Ca, gue lihat loe kok nyaman banget deket sama Dika ? Loe suka ya sama dia ?” Kata Bella.
“Dika ? enggak kali Ka ! gue tuh cuma temenan sama dia ! Emangnya napa ?” Tanya ku.
“Ya…nggak apa-apa sih…! Ya gue ngerasa loe kok nyaman banget kelihatannya sama Dika !” Kata Bella lagi. Aku hanya membalasnya dengan senyuman.
Tapi, ternyata benar apa yang dikatakan Bella. Lama – lama aku jadi suka sama Dika. Dika perhatian banget sama aku. Dia selalu ada untukku saat aku ada masalah. Dia juga sering memberiku nasehat. Pokoknya kayak pak ustadz tuh cowok.
Setiap hari, dia sms aku. Isi smsnya tentang nasehat – nasehat dari dia. Aku jadi nyaman banget dekat sama dia. Tapi, kata Maria aku aneh. Gimana nggak ?. Dulu aja aku bisa suka sama Bayu. Kok sekarang malah cowok kayak gitu yang aku suka. Eh, tapi ada benernya juga lho !. Beberapa sahabatku juga litanya aneh. Zura, sahabatku yang paling kecil sampai bilang gini :
“Ca, loe kok bisa suka sih sama Dika ?”
Aku menjadi bingung menjawabnya. Aku sendiri tidak tau gimana awalnya aku jadi suka sama seorang Dika Raka Pamungkas. Mungkin ini yang disebut cinta itu tersirat.
Tapi untuk ketiga kalinya cintaku terbentur teman sekelas sendiri. Temanku itu namanya Civa. Dia sering cerita ke aku kalau Dika sering sms dia, sering tanya dia lagi ngapain.
“Huh, pantes aja Dika udah nggak pernah sms aku !” kataku dalam hati.
Tapi, aku mencoba menahan semua amarahku. Aku tidak mau bertengkar di kelas sama teman sekelas hanya karena rebutan cowok. Cowoknya itupun belum tentu menjadi milikku atau milik dia. Jadi serba salah kalau kayak gini. Mau marah tapi aku takut malu ?. Nggak marah, tapi Civa nggak pernah bisa jaga perasaanku ?. Yah,mungkin inilah resiko suka sama teman sekelas.
Baru dua bulan aku menjalani hidup tanpa Rizal. Tapi, aku sudah kangen banget sama dia. Beberapa hari ini perasaan ku nggak enak tentang Rizal. Ada apa ya dengan dia ?.
Malam harinya, dia SMS aku.
‘Ca, bsk qt takbiran bareng yuk ! dimn aja up2U. Cl mo di rmh q ya slhkn. Mau ya Ca ! please ! Q lg pengen bngt bersm u ! ;-)’ Isi SMS dari Rizal.
‘Ya…Insyaallah kak cl q g’ da acr di school bsk. J’ balasku.
Keesokan harinya, aku merasa aneh. SMS dari Rizal tadi malam yang membuatku aneh. Kenapa ya dia ingin sekali bersama ku ? pada hal dia sudah punya pacar baru. Selain itu ada lagi yang membuatku sangat aneh yaitu, aku ingin sekali bertemu Rizal. Pada hal, saat aku pacaran sama Rizal tidak sampai seperti ini. Aku mencoba menenangkan pikiranku.
Sampai di sekolah, aku terlambat. Baru kali ini aku terlambat sampai lima menit lebih. Di sekolahpun aku terus mencoba menenangkan pikiranku. Sampai berakhirnya jam kedua pelajaran bahasa Indonesia, aku tetap tak bisa menenangkan pikiran ku. Aku masih kepikiran Rizal. Ada apa ya dengan dia ?.
Hari ini pelajaran jam ke tiga di sekolah adalah olah raga. Aku sebenarnya males banget. Tapi, Bella terus saja mengajakku.
“Ca, Loe nggak olah raga ?” Tanya Bella.
“Males banget gue olah raga ?” Kataku.
“Loe kenapa sih Ca ? Loe sakit ?” Tanya Bella lagi.
“Nggak !” Kataku.
“Ya udah ayo olah raga ! Nanti dimarahin pak Hendra lho !” Kata Bella mengajakku olah raga.
Dengan terpaksa, aku mengikuti pelajaran olahraga. Ternyata, saat olah raga pikiranku bisa sedikit tenang. Karena aku bisa bercanda dengan teman – teman sekelas diluar kelas.
Setelah Olah raga, aku langsung berganti baju. Setelah itu pergi ke kantin untuk membeli minuman. Setelah dari kantin, aku duduk – duduk di taman sekolah sambil memainkan laptopku di temani Bella. Karena saat itu masih jam istirahat.
Tapi, saat ku buka sebuah e-mail dari kak Vizca, betapa kagetnya aku.
‘Ca, rizal sama kak firman baru saja kecelakaan. Kakak mau pulang ke Ind nnti siang. :-)’ isi e – mail dari kak Vizca. Air mata langsung membasahi pipiku.
“Ca, Loe kenapa ?” Tanya Bella yang kaget karena aku menangis. Aku sudah tidak bisa berkata – kata lagi. Meskipun aku sudah bukan siapa – siapanya dia lagi, tapi aku masih merasa ada ikatan antara aku dan Rizal.
“Bel, Rizal Bel !” Kataku sambil menangis.
“Iya Rizal kenapa ?” Tanya Bella yang sangat panic.
“Rizal kecelakaan !” Kataku.
“Ya ampun ! Trus keadaan dia sekarang gimana ?” Kata Bella.
“Gue nggak tau ! Bel, kira – kira boleh nggak ya gue pulang ? gue pengen tau keadaanya Rizal !” Kataku bertanya kepada Bella.
Karena besok adalah hari raya Idul Adha, sejak setelah istirahat tadi, sudah tidak ada jam pelajaran lagi. Tapi, belum boleh pulang.
Dua jam pelajan berlalu, aku masih khawatir dengan keadaan Rizal.
Akhirnya, bel pulangpun berbunyi. Aku langsung memacu motorku ke rumah sakit tempat Rizal dan Kak Firman dirawat.
Sesampainya di sana, aku langsung mencari kamar tempat kak Firman di rawat karena aku tidak tau Rizal ada di karma yang mana.
“Assalamualaikum…!” Kataku langsung masuk ke kamar tempat kak Rizal dirawat tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
“Waalaikumsallam…!” Jawab kak Firman dan kak Vizca bersamaan.
“Ca, loe nggak pulang dulu tadi ?” Tanya kak Vizca.
“Nggak, aku khawatir dengan keadaan kak Firman sama Rizal ! Kak Firman nggak apa – apa kan ?” Tanyaku.
“Kalo aku nggak apa – apa Eca ! Cuma kaki dan tangan kananku yang patah dan kepala depan yang robek ! yang lain masih baik – baik aja !” Kata kak Firman sambil tersenyum.
Aku terperanjat melihat luka – luka yang di derita kak Firman.
“Terus, Rizal gimana keadaanya kak ?” Tanyaku.
“Loe yang sabar ya Ca ! Rizal sampai sekarang masih belum sadar. Tadi pas kecelakaan benturan di kepalanya sangat keras. Semoga saja dia nggak sampai gagar otak !” Kata Kak Firman.
“Terus, Rizal sekarang dimana kak ?” Tanyaku lagi.
“Di ruang ICU lagi di tunggui sama mama !” Kata kak Firman.
Aku langsung buru – buru pergi ke ruang ICU. Ternyata sesampainya disana, Tante Lisa berada di ruang tunggu yang berada di depan ruang ICU.
“Assalamualaikum tante…!” Kataku sambil mendekati Tante Lisa.
“Eh, nak Zian ! waalaikumsallam” Jawab Tante Lisa dengan singkat.
“Tante yang sabar ya…! Mungkin ini cobaan dari Allah ! Pasti, dibalik semua ini akan ada kebaikan yang datang menghampiri keluarga tante !” Kataku mencoba menghibur mamanya Zian yang terlihat sangat terpukul dengan keadaan Rizal.
“Iya ! Kamu juga yang sabar ya sayang !” kata Tante Lisa mencoba untuk tegar.
“Tante ! kenapa tante tidak menunggui Rizal didalam ?” Tanyaku.
“Rizal sedang di periksa, dan didalam sudah ada papanya yang menunggui !” Kata Tante Lisa.
Beberapa saat kemudian, dokter yang memeriksa Rizal bersama om Taufiq (Papanya Rizal) keluar dari ruang ICU.
“Maaf bapak ibu, anak bapak dan ibu harapan hidupnya tinggal lima puluh persen. Kalau sampai besok tak kunjung sadar juga, harapan hidup dia tinggal menunggu waktu.” Kata dokter. Aku melihat Tante Lisa langsung menangis mendengar apa yang di katakana dokter tadi.
“Terimakasih ya dok !” Kata om Taufiq.
“Ya sama – sama Pak ! kami dari tim dokter juga akan berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan adik Rizal.” Kata dokter.
“Sekali lagi saya ucapkan terima kasih.” Kata om Taufiq.
“Sama – sama. Maaf Saya mau menangani pasien lain !” kata dokter.
“Silahakan dok !” Kata om Taufiq.
Setelah dokter itu pergi, Aku langsung bersalaman dengan papanya Rizal. Setelah itu, aku dan om Taufiq mencoba menenangkan Tante Lisa.
“Maaf om ! saya boleh bertanya ?” Kataku.
“Tanya apa ?” Jawab om Taufiq dengan ramah meskipun raut wajahnya terlihat sangat sedih.
“Tadi bagaimana om kok Rizal sampai bisa kayak gitu ?” Tanayaku.
“Kalau kata para saksi mata di sana katanya tadi ada mobil yang ada di depannya Firman melaju sangat cepat. Otomatis, Firman kan mengikuti juga dibelakangnya bersama motor yang lain dengan kecepatan tinggi. Firman kan naik motornya juga bersebelahan dengan motor lain. Tiba – tiba mobil yang ada didepannya itu berhenti mendadak. Jadi pengendara yang di belakangnya kan nggak siap. Ya jadilah tabrakan beruntun. Katanya Rizal sampai terpelanting dan helmnya terlepas. Itu yang membuat Rizal sampai koma. Bahkan pengendara motor yang saat mengendarai motor ada di sampingnya Firman sampai meninggal. Allhamdullillah Firman sama Rizal bisa selamat dari maut. Tapi, tinggal menunggu Rizal sadar saja. Om minta do’anya ya Ian !” Cerita om Taufiq.
“Pasti om. Saya akan berdo’a untuk kesembuhan Rizal !” Kataku.
“Terimakasih ya Zian !” Kata om Taufiq.
“Ya sama – sama om. Om, tante, saya pamit pulang dulu ya, Zakka di rumah sendirian. Om, dan tante harus tetap sabar ya !. Tante, tolong sampaikan salam saya kepada Rizal kalau nanti dia sadar !”. Kataku berpamitan.
“Ya sayang, pasti tante sampaikan nanti.” Kata Tante Lisa sambil membelaiku.
“Ian, kamu nggak menunggu kakakmu dulu ?” Kata papanya Rizal.
“Kak Vizca biar disini saja Om. Biar nungguin kak Firman ! Saya pamit dulu ya Om, tante ! assallamualaikum !” Kataku.
“Waalaikumsallam !” Jawab papa dan Tante Lisa.
Setelah itu, aku langsung pulang. Setibanya dirumah, aku dapati Zakka tertidur di ruang tengah masih memakai seragam sekolah dengan keadaan tv yang menyala. Lalu aku bangunkan dia.
“Zak, Zakka ! Hei, bangun adek !” Kataku membangunkan Zakka.
Setelah beberapa menit kemudian, Zakka bangun.
“Zak, udah shalat dhuhur belum ?” Kataku.
“Belum kak !” Jawabnya masih dalam keaadan mengantuk.
“Lihat tuh jam berapa ?” Kataku sambil merapikan komik – komiknya Zakka yang berserakan di ruang tengah.
“Asstagfirullahhalazim…!” Kata Zakka kaget. Dia langsung buru – buru ke kamar mandi untuk mengambil air wudlu dan langsung sholat. Setelah itu, dia langsung menemui di ruang tengah.
“Kak, aku lapar banget nih ! Eh, iya tadi kak Vizca pulang lho !” Kata Zakka.
“Kamu beli makanan diluar aja ya ? kakak lagi males banget nih !” Kataku sambil memberikan uang kepada Zakka.
“Makasih ya kak !” kata Zakka sambil berlari keluar rumah lalu pergi dengan mengendarai motor dan aku tidak tau dia kemana.
Lalu, aku menutup pintu pagar dan pintu rumah. Setelah itu aku tidur siang. Karena nanti malam ada acara takbiran bersama di sekolah. Jadi aku harus menyiapakan stamina untuk nanti malam.
Aku baru tidur setengah jam, tapi sudah dibangunkan oleh Zakka untuk shalat ashar. Ya terang aja aku di bangunin sama Zakka. Aku mulai tidur jam empat sore. Sebenarnya aku masih ngantuk sekali dan masih lelah sekali.
Setelah shalat ashar, aku mempersiapkan baju yang akan aku pakai untuk nanti malam takbiran dan untuk besok saat shalat ied adha. Selain menyiapkan bajuku sendiri, aku juga menyiapkan baju untuk Zakka dan kak Vizca untuk besok shalat ied adha.
Sehabis shalat magrib, aku mengantarkan Zakka ke les di dekat rumah sakit tempat Rizal dan kak Firman dirawat. Setelah mengantar Zakka, aku sempatkan untuk membeli sebuah boneka di dekat rumah sakit. Aku membeli sebuah boneka singa yang cukup besar. Aku akan memberikan boneka ini untuk Rizal. Karena aku ingat dia lagi kangen banget sama kampung halamannya di Malang. Lalu aku menjenguk Rizal dulu sebentar sebelum aku ke sekolah untuk takbiran.
Sesampainya disana, aku tidak langsung ke ruang ICU di mana Rizal di rawat. Tetapi, aku menemui kak Vizca dulu yang sedang menunggui kak Firman.
“Assalamualaikuum…!” Kataku sambil memasuki ruangan tempat kak Firman di rawat.
“Waalaikumsalam…!” Jawab kak Firman.
“Kak Vizca mana kak ?” Kataku.
“Lagi sholat magrib di mushala !” Kata kak Firman.
“O…!” kataku singkat.
“Loe dari mana ? mau kemana Ca ?” Tanya kak Firman.
“Dari nganter Zakka les, trus mau ke sekolah, mau takbiran. Tapi, aku masih khawatir sama Rizal kak ! makanya aku sini dulu ! Rizal giman kak ? udah sadar belum ?” tanyaku.
“Ya…keadaan dia sekarang seperti yang loe lihat tadi siang !” Kata kak Firman terlihat sedih.
Sepertinya, kak Firman merasa bersalah banget atas kecelakaan ini. Dia terlihat terpukul sekali dengan keadaan Rizal yang masih koma dan harapan hidupnya tinggal sedikit. Dia sepertinya merasa bersalah atas komanya Rizal.
“Eh, elo Ca !” Kata kak Vizca yang tiba – tiba datang.
“Iya kak !Kak Vizca udah makan belum ?” tanyaku.
“Udah tadi makan roti sama kak Firman ! nih sampai habis satu bungkus !” Kata kak Vizca sambil memperlihatkan bungkus bekas roti.
“O…ya udah ! kalo gitu aku mau nengok Rizal dulu ya kak ?” Kataku sambil bangkit dari tempat duduk.
“Ya udah ! Ca, kakak nanti mungkin nggak pulang kerumah !” Kata kak Vizca. Aku hanya membalas dengan anggukkan.
“Ya udah kak ! aku pergi dulu ya kak ! assalamualaukum !” kataku sambil keluar dari kamar temapat kak Firman dirawat.
“Waalaikumsallam…!” Jawab kak Vizca dan Kak Firman bersamaan.
Aku langsung menuju ruang ICU tempat Rizal dirawat. Tapi, sebelum sampai diruang ICU, aku bertemu dengan Tante Lisa yang baru saja sampai di rumah sakit.
“Assalamualaikum tante…!” Kataku sambil bersalaman.
“Waalaikumsallam…! Eh, kamu Zian ! Dari mana sayang !” Kata Tante Lisa dengan ramah. Meskipun raut wajahnya terlihat sangat sedih.
“Habis ngantar Zakka les tante !” Kataku.
“O…! Kamu mau jenguk Rizal ?” Tanya Tante Lisa.
“Iya tante !” Kataku dengan penuh semangat.
“Ya udah ayo !” Kata Tante Lisa.
Disepanjang perjalanan kami menyusuri lorong rumah sakit, Tante Lisa mengungkapkan semua kesedihannya.
“Sebenernya, tante terpukul banget sama keadaan Firman dan Rizal yang seperti ini. Apa lagi Rizal, tante sayang banget sama dia. Tante nggak bisa ngebayangin kalo besok pagi dia nggak sadar juga.” Kata Tante Lisa dengan raut muka yang begitu sedih.
“Tante nggak boleh pesimis. Tante harus optimis kalo Rizal sama kak Firman bisa sembuh !” Kataku menyemangati Tante Lisa. Awalnya Tante Lisa hanya membalasnya dengan senyuman.
“Jam satu siang tadi seharusnya kami sudah take of dari bandara untuk terbang ke Malang. Besok kami mau merayakan idul Adha bersama keluarga di Malang. Tapi, musibah ini datang. Semuanya jadi berantakan.” Kata Tante Lisa.
“Tante……kita semua kan nggak tau kapan musibah itu akan datang !” Kataku.
“Iya…bener juga apa kata kamu. Tapi, kamu tau tidak, Rizal sebenarnya ingin memberi kejutan buat kamu hari ini !” Kata Tante Lisa.
“Oh…ya…? Kejutan apa tante ?” Tanyaku.
“Dia pengen ngajak kamu ke Malang hari ini. Katanya dia mau idul Adhaan sama kamu.” Kata Tante Lisa.
“O…! Tadi malam Rizal sms saya tante. Katanya dia pengen banget bersama saya ! Sayakan jadi bingung, kenapa sikap Rizal kok jadi seperti ini ? Eh, ternyata akan ada kejadian ini.” Kataku.
Tidak terasa, kami sampai di depan pintu ruang ICU. Lalu kami menuju ruangan tempat Rizal dirawat yang masih masuk ruang ICU.
“Sayang, masuk yuk !” Ajak Tante Lisa.
“Ah, saya disini saja tante ! saya cuma mau titip ini untuk Rizal ! Saya sudah cukup melihat dia dari depan pintu ini.” Kataku. Kebetulan pintu itu ada kacanya yang tembus pandang.
“Ayo donk Zian ! siapa tau kalau kamu mau masuk Rizal langsung sadar !” Kata Tante Lisa memohon.
Kali ini aku tidak bias menolaknya. Setelah aku memakai baju khusus ruang ICU, aku dan Tante Lisa masuk ke ruangan tempat Rizal dirawat.
“Asslamualaikum…!” Kataku sambil memasuki ruangan itu.
“Waalaikumsallam…!” Jawab papanya Rizal. Aku langsung bersalaman dengan beliau.
“Zian, om mohon banget sama kamu ya ! kamu harapan terakhir om dan tante. Kamu ajak bicara ya Rizal !. Tadi kata dokternya kalau ingin Rizal cepat sadar harus selalu diajak bicara. Meskipun dia nggak bisa respon dengan apa yang kita bicarakan. Please ya Zian ?” Mohon papanya Rizal.
Aku sempat aneh untuk melakukan itu. Tapi, demi kesembuhan Rizal, aku mau melakukannya.
“Baik, Om !” Kataku.
“Om, sama tante keluar dulu ya ! kamu ajak ngobrol Rizal sepuasnya !” Kata Tante Lisa. Lalu mama dan papanya Rizal keluar dari ruangan tempat Rizal dirawat.
Saat melihat Rizal dengan keadaan seperti itu, hatiku rasanya sedih sekali. Tak terasa air mata mengucur deras di pipiku. Lalu aku berjalan pelan – pelan menuju tempat tidur Rizal. Di samping tempat tidur itu, sudah tersedia dua buah kursi. Di salah satu kursi itu aku duduk dan terdiam sejenak.
“Eca, kamu nggak boleh sedih. Kamu harus kuat demi kesembuhan Rizal !” Kata hatiku.
Aku terus mencoba untuk tegar. Lalu, ku lantunkan beberapa ayat suci Al – Qur’an. Aku sengaja melantunkan ayat suci Al – Qur’an itu di dekat telinga Rizal. Tujuannya agar di fikirannya tetap ada fikiran beribadah kepada Allah SWT meskipun dia lagi koma. Aku hitung – hitung ada 12 ayat suci Al – Qur’an yang sudah ku lantunkan. Meskipun hanya surat – surat pendek, aku berharap itu bisa menyadarkan dia. Selain ayat suci Al – Qur’an, aku juga membisikkan takbir kepada dia.
Lalu aku saat aku mau mencoba menajak bicara Rizal, tiba – tiba papa dan mamanya masuk kedalam ruangan atau kamar. Tapi, papa dan Tante Lisa tau kalau aku belum berbicara apa – apa kepada Rizal. Merekapun menghampiriku. Tante Lisa duduk di sebelahku, sedangkan papanya Rizal berdiri dibelakangku dan beleakangnya Tante Lisa sambil terus mencoba menyamangati Tante Lisa. Terlihat raut muka penuh harapan kepadaku terlihat dari Tante Lisa.
Sambil memegang erat tangan kanannya Rizal, aku berkata.
“Kak Rizal…kamu harus sadar ya sayang…kamu nggak boleh terus – terusan begini. Kamu nggak kasian sama aku ? Aku kesepian banget tanpa kamu. Sayang…katanya kamu mau melewati malam takbiran ini bersama aku. Dan kata mama kamu, kamu ingin beridul adha di Malang sama keluarga kamu dan sama aku. Rizal sayang, aku sudah ada disini. Mama dan papa kamu juga ada di sini. Dan kita akan selalu ada di sini untuk kamu. Kamu harus sadar ya sayang ya… . kita semua sayang kamu, kita semua nggak akan pergi dari kamu. Cepat sadar ya sayang…” Kataku lemah lembut.
Tiba – tiba aku rasakan tangannya Rizal bergerak dan memegangku sangat erat. Aku tidak tau apa itu cuma perasaanku atau benar – benar itu terjadi.
“Zian, kamu bisa membuat Rizal sadar !” Kata papanya Rizal dengan spontan.
“Tapi, om……Rizal belum sadar sepenuhnya !” kataku.
“Nggak apa – apa Zian, yang penting harapan hidup Rizal sudah semakin meningkat !” kata papanya Rizal penuh semangat karena melihat tangannya Rizal tadi bergerak.
Ternyata, tangannya Rizal tadi benar – benar bergerak.
“Terima kasih ya Allah…Engkau masih memberikan harapan hidup kepada Rizal…!” kataku dalam hati.
“Om, tante, saya mau pamit dulu ya…! Saya mau ke sekolah, ada acara takbiran di sekolah.” Kataku.
Tapi, aku merasakan hal aneh di tanganku yang dipegang Rizal. Rasanya Rizal tidak mau melepaskan pegangannya. Tapi, aku terus mencoba melepaskan pegangan itu. Akhirnya, aku bisa melepaskannya. Sebenarnya aku berat melepaskannya.
“Maafkan aku Rizal. Aku hanya pergi untuk sementara. Aku pasti akan kembali.” Kataku dalam hati.
“Kamu nggak nunggu Rizal sadar dulu ?” Tanya papanya Rizal.
“Maaf om, bukannya saya nggak mau. Tapi, saya sebagai anggota Osis harus prefesional. Saya harus datang ke acara takbiran ini. Kalau tidak saya bisa di pecat nanti.” Kataku.
“O…ya sudah. Om mengerti kok kesibukan kamu hari ini.” Kata papanya Rizal.
“Om, saya mau titip ini buat Rizal. Dan salam ya Om kalau nanti Rizal sadar.” Kataku sambil menyerahkan boneka singa yang baru aku beli tadi.
“Ya…sayang…pasti nanti om sampaikan. Sebentar Zian, coba kamu lihat dulu apa disini masih ada nomor kamu atau tidak ?” Kata papanya Rizal sambil memberikan Hpnya Rizal kepadaku.
Aku sangat kaget sekali melihat wallpaper yang terpampang di hpnya Rizal. Fotoku bersama Rizal saat di taman kota yang memperlihatkan kemesraanku bersama dia yang menjadi wallpaper di hp itu.
“Mungkinkah kamu masih sayang sama aku?” tanyaku dalam hati. Lalu buru – buru aku cari nomorku apakah masih ada di hp itu atau tidak.
“Ini om nomor saya masih ada disini ternyata. Namanya Ayank Ian. Om, saya pamit dulu ya ! mari tante ! wassalmuallaikum…!” Kataku sambil menyerahkan hp itu kembali ke papanya Rizal dan pergi meninggalkan mereka.
“Waalaikumsallam…!” Jawab papa dan Tante Lisa.
Aku langsung berlari menuju parkiran. Sesampainya disana, hpku tiba – tiba berbunyi. Aku lihat SMS dari Dika.
‘Eca, U kmn aja ? jm sgn kok blm dtng ! U dcr 2 ma Pk. Santoso.’ Isi SMS itu.
‘Dik, tlng izinkan Q ke Pk. Santoso Q dtgx agak tlt. Coz Q msh da di RS.’Balasku.
Setelah membalas SMS itu, aku langsung pergi ke sekolah.
Sesampainya di depan gerbang sekolah, aku sudah di tunggu Pak. Santoso. Setelah memarkir motor, aku langsung mengisi daftar hadir yang ada depan pos penjaga sekolah. Aku lihat disana sudah tidak ada Pak Santoso. Setelah aku mengisi daftar hadirku, aku ingin menemui Dika. Saat aku berbalik badan, tiba – tiba Pak Santoso sudah ada di belakangku dengan wajah kilernya. Kagetku bukan main. Selain itu aku juga punya penyakit latah.
“Astagfirullahhaladzim…” kataku dengan nada yang super cepat karena latah dan saat aku melihat Pak Santoso dibelakangku.
Saking kagetnya diriku, sampai – sampai aku tidak bisa berkata – kata lagi dan akhirnya pingsan.
Saat aku tersadar, aku sudah berada di UKS. Dan disampingku sudah ada Bella, Maria, Zura, Exa, Dika, dan Zovi.
“Ca, Loe tadi kenapa sih kok bisa sampai pingsan begini ?” Tanya Bella.
“Gara – gara guru yang super – super kiler tuh !” Kataku dengan nada yang masih gusar.
“Siapa ? Pak Santoso ?” Tanya Zura.
“Ya siapa lagi kalo bukan Pak Santoso !” kataku.
“Si guru Genderuwo itu ?” Tanya Exa.
“Iya Exa !” kataku.
“Lha terus loe diapain kok bisa sampai pingsan gitu !” Tanya Dika.
“Siapa yang nggak kaget kalo tiba – tiba di belakangnya ada genderuwo seserem itu !” Kataku.
“Emang tuh guru, nggak bisa buat tampang yang lebih baik lagi apa ?” Kata Zovi.
“Maksud loe Zov ?” Tanya Maria.
“Ya…minimal tampangnya ganti tampang kolor ijo gitu ! itukan lebih baik !” Kata Zovi.
“Malah tampang kolor ijo !” Kata Bella.
“Ihhh… kan serem Zov ?” Kata Zura.
“Sereman mana sama Pak Santoso kalo nggak ganti tampang ?” Kata Zovi.
“Bener juga kata loe ! tapi kalo sama – sama serem kan sama aja nggak ganti tampang !” Kata Zura.
“Tuh guru emang bikin bulu kuduk gue berdiri !” Kata Dika.
“Nggak hanya elo Dik, tapi gue juga !” Kata Zovi yang nggak mau ketinggalan.
“Pak Santoso tuh harus dan wajib operasi plastic. Biar nggak ada lagi murid yang pingsan kalo ngelihat mukanya Pak Santoso !” Kata Exa.
“Gue setuju banget tuh ! masak, setiap ada Pak Santoso selalu aja ada masalah sama murid – murid !” Kata Maria.
“Ibaratnya dimana ada Pak Satoso, disitu ada masalah yang datang !” Kata Dika.
“Eh, dengerin ya, sampai habis satu gudang emberpun, mukanya Pak Santoso ya tetep serem !” Kataku.
“ya sekali gederuwo tetap genderuwo !” Kata Zovi.
“Siapa yang kayak genderuwo ?” Tanya Pak Santoso yang tiba – tiba muncul.
Kami saling menunjuk.
“Sekarang, kalian bapak hukum. Kalian harus membantu penjaga sekolah untuk menggelar karpet di halaman sekolah untuk sholat ied adha besok ! SEKARANG !” Kata Pak Santoso.
Maria, Dika, Zovi, dan Exa langsung lari menuju halaman sekolah. Sedangkan aku dan Zura ,asih tetap di UKS.
“Kalian ngapain disini ? cepat, bantu teman kalian !” Kata Pak Santoso.
“Ya pak ! masak kita juga ! kita kan nggak ikut – ikutan” Eluh Zura.
“Iya pak ! saya jugakan lagi sakit !” Kata ku.
“Bapak nggak mau tau pokoknya kalian semua harus kena hukuman ! SEKARANG” Kata Pak Santoso.
Lalu, kami dengan gusar mengerjakan apa yang di
perintahkan oleh pak Santoso.
“Eh, Ke Mushola yuk ? nanti dimarahin sama Kak ihsan lho kalo kita nggak kesana !” Kata Zura mengajak kami ke Mushola.
“Ya udah ayo !” Kataku dan teman – teman langsung menuju mushola untuk takbiran.
Aku lihat jam yang tergelang di tanganku. Huh…masih pukul 21.00. sebenernya aku capek banget hari ini. Aku harus bolak – balik sekolah, rumah sakit, rumah.
“Eh, ngantuk aja !” Kata Dika yang tiba – tiba mendekatiku.
“He ? Iya nih capek banget gue ! jadinya ngantuk gini !” Kataku yang awalnya tidak menyahut omongan dari Dika.
“By the way… loe tadi kerumah sakit ngapain ?” Tanya Dika.
Mataku yang awalnya sangat sipit karena mengantuk, menjadi terbuka selebar – lebarnya mendengar perkataan Dika tadi.
“Jenguk temen gue yang lagi sakit !” Jawabku.
“Temen apa temen ?” goda Dika.
“Beneran Dik ! temen gue !” Kataku.
“Bukan temen tapi pacar kan ?” Tanya Dika.
“Ya udah gue ngaku. Mantan gue yang lagi sakit di rumah sakit !” Kataku dnegan nada tinggi.
“Mantan apa mantan ?” Tanya Dika yang terus menggodaku.
“Ah tau ah …!” Kataku dengan nada kerena Dika terus terusan menggodaku.
“Ih…gitu aja marah !” Kata Dika.
“Dika, dika…aneh banget sih loe jadi orang ?” kataku.
“Aneh gimana ? apa gue ganteng atau apa ?” Tanya Dika.
“Ih ! Narsis banget sih loe ?” Kataku.
“Biarin emangnya nggak boleh ?” Tanya Dika.
Aku hanya membalsnya dengan senyuman.
“Kan nggak ada undang – undang yang melarang seseorang untuk narsis !” kata Dika
“Ya ! Up to you what ever !” Kataku.
“Eh, tadi beneran yang sakit mantan loe ?” Tanya Dika.
“Ya ampun…ngapain sih gue bohong sama loe ?” Tanya ku.
“Emangnya sakit apa dia ?” Tanya Dika lagi.
“Tadi pagi kecelakaan ! Ah udah ah…kayak polisi aja loe ! Tanya mulu dari tadi !” Kataku sambil berdiri.
“Eh, mau kemana loe ?” Tanya Dika.
“Mau ambil air wudlu trus mau shalat isya’ dulu. ” Kataku.
Selesai shalat isya’ aku baru teringat dengan Zakka yang masih les. Aku buru – buru pamit ke teman – teman yang masih di sekolah. Aku segera mengambil motor ku di parkiran, lalu memacunya menuju les – lesannya Zakka.
Sesampainya disana, ternyata kelasnya Zakka sudah selesai sejak pukul 20.30 tadi. Aku bingung mau mencari Zakka kemana. Dia tidak mungkin pulang sendiri. Akhirnya, aku mencarinya ke rumah sakit.
Ternyata benar, Zakka ada di sana.
“Kak kemana aja sih ?” Tanya Zakka.
“Ya dari sekolah lah !” Kataku.
“Emangnya udah selesai takbirannya Ca ?” Tanya Kak Vizca.
“Belum sih ! karena aku ingat Zakka belum di jemput, jadinya aku pulang duluan deh ! Tapi, sebenernya aku sudah ngantuk banget plus capeknya minta ampun !” Kataku.
“Hu…dasar anggota Osis yang nggak konsekuen !” Ejek kak Firman.
Aku tak menghiraukan ejekan Kak Firman.
“Zak, pulang yuk ! kakak capek banget nih !” Kataku.
“Ayo !” Kataku Zakka.
“Zak, loe ya yang nanti bonceng kak Eca !” Kata kak Vizca.
“Emangnya napa kak ? aku masih bisa kok nyetir sendiri !” Kataku.
“Biar Zakka aja. Loe nggak mungkin nyetir dalam keadaan ngantuk gini.” Kata kak Vizca.
“Ya udah kak ! aku sama kak Eca pulang dulu ya ?” pamit Zakka.
“Hati – hati ya !” kata kak Firman.
“assallamualaikum !” Kata Zakka.
“Waalaikumsallam !” Jawab kak Vizca dan kak Firman.
Zakka mengeendarai motornya dengan kecepatan tinggi sekali. Aku yang awalnya mengantuk menjadi tidak ngantuk lagi karena nggak mungkin aku bisa nyaman kalau kecepatanya secepat ini.
Sesampainya dirumah, setelah mengunci semua pintu, aku langsung tidur. Sedangkan Zakka masih asik dengan PSnya.
Saat aku tertidur itu, aku memimpikan Rizal. Dia berkata kepadaku.
“Zian sayang, tidur yang lelap ya…! Kamu nggak usah terlalu mikirin aku. Aku disini baik – baik aja kok !” kata dia yang lantas tersenyum.
“Asstagfirullahhallazim…!” Kataku yang lalu terbangun.
Seketika itu, aku langsung terbangun. Ku lihat jam dinding di kamarku masih menunjukkan pukul 02.00. Aku langsung berpikir, ada apa ya sama Rizal ?. Aku jadi cemas.
Sejak aku bangun jam 02.00 tadi aku jadi tidak bisa tidur sampai matahari terbit. Lalu aku membangunkan Zakka untuk menemaniku.
Setelah mandi, ganti baju, lalu sarapan aku lalu mengantarkan Zakka ke sekolahnya untuk shalat idul adha. Setelah mengantarkan Zakka, sebenarnya aku ingin ke rumah sakit menjenguk Rizal sebentar. Tapi jam di tanganku sudah menunjukkan pukul 05.45. Aku harus segera kesekolah karena shalat idul adha di sekolah di mulai pukul 06.00. Aku mencoba memacu motorku secepat mungkin.
“Semoga hari ini tidak macet !” kataku dalam hati.
Sesampai di sekolah, aku langsung mencari tempat. Allhamdullillah masih ada yang kosong.
Selesai shalat ied adha, aku tidak langsung pulang. Aku harus ikut membersihkan hewan kurban yang habis dipotong bersama teman – teman anggota Osis lainnya. Saat aku sedang asik membersihkan daging kurban bersama teman – teman Osis yang lain, tiba – tiba hp yang berada di sakuku berbunyi. Saat aku lihat, ternyata Tante Lisa yang telepon. Aku langsung menjauh dari teman – teman yang lainnya. Lalu baru aku mengangkat telepon dari Tante Lisa.
“Halo, assalamuallaikum !” Kataku.
“Waalaikumsallam !” Jawab Tante Lisa.
“Ada apa tante ?” Tanyaku.
“Zian, Rizal baru saja sadar !” Kata Tante Lisa yang suaranya sepertinya sangat gembira.
“Oh ya tante ? Alhamdullillah kalau begitu !” Kataku.
“Terimakasih ya sayang !” Kataku.
“Terimakasih untuk apa ya tante ?” Tanya ku.
“Ya, tadi malamkan kamu yang memberi semangat Rizal untuk sadar !” Kata Tante Lisa.
“Tante, tante. jangan berterima kasih pada saya. Tante harus berterima kasih yang pertama kepada Allah SWT. Karena Rizal masih diberi waktu untuk hidup kembali. Yang kedua, tante berterima kasih kepada tim dokter yang telah berusaha menyelamatkan Rizal. Kalau tante ingin berterima kasih kepada saya, itu seharusnya terimakasih nomor yang ke sekian .” Kataku.
“Lho gue kok jadi nyeramahin orang tua gini ya ?” Tanyaku dalam hati.
“Ya Allah, sampai lupa. Terima kasih ya Zian, kamu sudah mengingatkan tante untuk bersyukur kepada Allah SWT.” Kata Tante Lisa.
“Sama – sama tante !” Kataku.
“Zian, kamu kapan kesini ?” Tanya Tante Lisa.
“Maaf tante, saya belum bisa ke rumah sakit sekarang, saya sekarang masih berada di sekolah. Mungkin nanti malam saya baru kesana ! nggak apa – apakan tante ?” Jawabku.
“Nggak apa – apa sayang ! tapi beneran ya kamu nanti ke sini ?” Kata Tante Lisa.
“Insyaallah tante !” Jawabku.
“Tante tunggu lho !” Kata Tante Lisa.
“Iya tante !” kataku singkat.
“Ya sudah, kamu lanjutkan pekerjaan kamu di sekolah ! Maaf kalau tadi tante mengganggu kamu !” Kata Tante Lisa.
“Oh…nggak apa – apa kok tante !” Kataku.
“Assalamualaikum…” Kata Tante Lisa.
“Waalaikumsallam…” Jawabku.
Setelah itu, aku langsung melanjutkan pekerjaanku membersihkan daging kurban.
Semua pekerjaan di sekolah selesai pukul 15.00. Rasanya capek sekali. Saat aku dan teman – teman yang lain akan pulang, tiba – tiba pak Santoso memanggil kami.
“Kalian semua mau kemana ?” Tanya Pak Santoso dengan muka yang tetap menyeramkan meskipun terlihat sedikit ramah.
“Mau, mau, mau pulang Pak !” Jawab Maria dengan gugup.
“O…mau pulang ya ? Kalian sudah makan ?” Tanya Pak Santoso lagi.
Kamipun langsung bertanya – tanya. Ada apa dengan Pak Santoso ? Kok tiba – tiba Tanya kita sudah makan apa belum .
“Belum Pak !” Jawab Bayu.
“Karena kalian dari tadi malam terus hadir ke sekolah dan kerja kalian bagus seharian ini, kalian bapak ajak makan ke rumah bapak. Bagaimana ? mau ?” Tanya Pak Santoso.
“Mau pak !” Jawab Dika bersemangat.
Kami semua akhirnya ke rumahnya Pak Santoso. Sebenarnya kami diajak naik mobilnya Pak Santoso, tapi kami menolaknya karena kami membawa motor.
Setelah dari rumah Pak Santoso, kami langsung pulang kerumah masing – masing. Aku yang dari tadi agak bad mod, saat sampai dirumah langsung shalat ashar dan langsung tidur tanpa memperdulikan Zakka berada dimana.
Tak terasa, jam didinding menunjukkan pukul 17.30. Tapi, aku masih juga tidak bisa terbangun.
Aku baru terbangun saat Zakka datang.
“Kak, bangun kak !” Kata Zakka yang membangunkanku.
“Eh, dari mana kamu ?” Tanyaku yang masih berada ditempat tidur.
“Dari rumah sakit. Kak, Kak Rizal udah sadar lho !” Kata Zakka.
“Astagfirullahhalladzim… baru sadar aku ! aku kan punya janji sama Tante Lisa mau kerumah sakit !” Kata ku dalam hati.
Aku langsung bangun dan berlari menuju kamar mandi. Aku langsung mandi. Setelah aku mandi, terdengar suara azan magrib.
Aku dan Zakka lalu shalat magrib berjamaah. Setelah shalat magrib, aku ganti baju untuk pergi ke rumah sakit.
“Zak, kakak mau ke rumah sakit jenguk kak Rizal dulu! Kamu dirumah aja ya ?” Kataku.
“Iya kak !” jawab Zakka yang nurut saja sama aku.
Aku langsung pergi kegarasi untuk mengambil motorku dan langsung pergi ke rumah sakit.
Tapi, sebelum aku ke rumah sakit, aku terlebih dahulu membeli roti kesukaan Rizal di toko roti diujung komplek yang berda di dekat taman. Aku masih ingat, saat aku dan Rizal masih pacaran, dia sering mengajakku ke toko roti itu untuk membeli roti kesukaan dia.
Setelah itu, aku baru ke rumah sakit. Sesampainya dirumah sakit, aku langsung menuju tempat Rizal dirawat tanpa ke ruangannya kak Firman dulu.
“Ass…salamualaikum !” Kataku sambil membuka pintu kamarnya Rizal.
Betapa terkejutnya aku, saat aku masuk keruangannya Rizal, ternya ada seorang cewek disana sedang memegang – megang tangannya Rizal. Ya, kayak orang pacaran !.
Dengan senyum yang aku paksakan, aku mencoba mendekati Rizal.
“Waalaikumsallam !” jawab mereka berdua.
“Eh, Zian !” Kata Rizal merasa tak berdosa denganku karena aku melihat dia sedang berpacaran dikamarnya.
“Zal, ini buat kamu, aku taruh meja aja ya?” Tanya ku lalu aku menaruh roti bawaanku tadi dimeja didekat tempat tidurnya Rizal.
“Yan, kenalin ini Putri pacar aku ! Put, ini Zian sepupu aku !” Kata Rizal.
“What ? sepupu ? gila ni anak !
Aku langsung kaget. Aku mencoba untuk terus tersenyum meskipun di hatiku yang paling dalam aku menangis.
“Zian !” Kataku sambil bersalaman.
“Putri !” Kata dia menyalamiku.
“Zal, aku mau ke kak Firman dulu ya ? aku tadi belum kesana !” Kataku.
“Tapi, nanti balik lagi kesini lho ya ?” kata Rizal.
“Yup…!” Kataku singkat.
Lalu aku meninggalkan mereka berdua. Di luar kamarnya Rizal, tepatnya diruang tunggu aku hanya bisa terduduk menangis. Tapi, hati ku terus bertanya – tanya.
“Kenapa kamu menangis ? Kenapa ? diakan udah mantanmu. Jadi apa yang harus kamu tangisi dari dia ? Kenapa kamu cemburu ?” Hanya kata – kata itu yang berulangkali muncul di benakku.
Tanpa aku sadari, ternyata Tante Lisa sudah ada di depanku.
“Zian, kenapa kamu nggak masuk ?” Tanya Tante Lisa.
“Maaf tante, lagi ada pacarnya Rizal !” Kataku.
Lalu Tante Lisa menengok sebentar ke kamarnya Rizal.
“Zian ikut tante yuk ?” Kata Tante Lisa.
“Kemana tante ?” Tanyaku.
“Makan malam ! kamu pasti belum makan kan ?” Kata Tante Lisa.
Aku hanya mengikuti Tante Lisa. Kamipun memilih sebuah restaurant didekat rumah sakit untuk makan malam.
Disana, kami mengobrol panjang lebar. Sepertinya Tante Lisa tau kalau aku sednag sedih. Makanya, dia mengajakku mengobrol panjang dengan diselingi canda tawa.
“Zian, tante ngerti… kamu pasti sedih sekali melihat Rizal dengan pacar barunya yang sekarang. Pasti di hati kamu masih ada serpihan – serpihan cinta untuk Rizal. Meskipun cinta itu nggak sekuat dulu, tapi masih ada kan ?” Tanya Tante Lisa.
“Jujur ya tante… saya masih ada sedikit rasa dengan Rizal. Tapi, mungkin ini harus saya pendam karena Rizal sudah punya yang baru.” Kataku.
“Tapi, sebenarnya tante lebih senang kalo yang pacaran sama Rizal tuh kamu bukan Putri.” Kata Tante Lisa.
“Lho kenapa tante ? Putri kan lebih cantik dan kayaknya juga lebih pintar dari pada saya !” kataku.
“Gini lho Zian, kalo Rizal pacaran sama kamu tuh dia masih punya waktu untuk keluarga, untuk hobinya dia, untuk belajar, untuk les, dan lain sebagainya . Sedangkan kalo sama Putri, dia tuh jadi seperti driver. Dia sekarang udah nggak punya waktu untuk keluarga, untuk hobinya dia, untuk belajar, untuk les, dan lain sebagainya . Karena Putri itu anaknya manja banget. Dikit – dikit minta antar ke sana. Dikit – dikit minta antar kesini. Sampai – sampai, minggu lalu pas ada festival band di sekolahnya Rizal, Rizal jadi nggak bisa latihan gara – gara di suruh ngantar si Putri itu. Dan beberapa hari lalu sebelum Rizal kecelakaan, dia sempat minta diantar untuk beli kaos dan baju di mal. Dia SMS, dan tante buka tuh SMSnya. Terus tante bales gini, eh, anak tante tuh bukan driver ya… jadi jangan seenaknya minta antar kesana kemari.” Cerita Tante Lisa panjang.
Selesai makan, kami langsung balik kerumah sakit.
Saat akan memasuki kamarnya Rizal, aku ragu. Tapi, Tante Lisa terus memaksaku untuk masuk. Saat aku masuk, ternyata dia sudah sendirian dan sedang asik memainkan hpnya.
“Gimana sayang keadaan kamu ?” Tanya Tante Lisa kepada Rizal.
“Udah agak baik ma !” Jawab dia tapi dengan cuek.
“Ca, makasih ya rotinya…! Kamu kok tau aku paling suka banget sama roti ini !” Kata Rizal.
“Kak, kamu tuh kena gagar otak atau amnesia atau bener – bener lupa atau pura – pura lupa ?” ktaaku sedikit emosi.
“Marah, marah !” Kata Rizal sambil senyum – senyum menggodaku.
“Nggak aku nggak marah kok !” Kataku.
“Ca, sini deh Ca !” Kata Rizal. Aku langsung mendekat.
“Apa ?” tanyaku.
“Duduk sini dulu donk !” kata Rizal seperti anak kecil.
Tiba – tiba, Rizal mencium pipiku.
"Hih,,,,,apaan sih kak !" Kataku dengan marah.
Aku lihat Tante Lisa hanya tersenyum melihat tingkah ku dengan Rizal.
“Ya…ngambek lagi deh ni anak !” Kata Rizal.
“Nggak, aku nggak ngambek…!” Kataku sambil cemberut.
“Nggak ngambek kok tampangnya kayak gitu ?” Kata Rizal menggodaku sambil mencubit pipiku.
“Sakit tau…!” Kataku sambil tangannya Rizal.
“Cantiknya kalo kayak gitu !” Kata Rizal.
“Zal, udah donk kalo menggoda Zian ! Zian marah tuh !” Kata Tante Lisa.
“Iya ma…tapi beneran lho cantik kalo lagi ngambek kayak gini !” Kata Rizal.
Mendengar perkataannya tadi, aku ingin sekali mencubit dia. Tapi, aku tau keadaan dia sekarang.
“Apa nggak cantikan pacar loe tadi ?” Tanyaku.
“Pacar yang mana ?” Tanya dia.
“Putri itu lho Zal !” Kata Tante Lisa.
“Oh, si manja tadi ? Udah aku putusin !” Kata Rizal.
“Lho ? udah kamu putusin ? kapan kamu mutusinnya ?” Tanya tante Lisa.
“Tadi disini !” Kata Rizal.
Aku hanya mendengarkan percakapan antara Tante Lisa dengan Rizal sambil memainkan hp.
“Lha napa kamu putusin ?” Tanya Tante Lisa.
“Habis dia kesini waktu aku udah sadar. Saat aku belum sadar dia nggak kesini. Aku nggak suka cewek yang cari enaknya aja kayak gitu ma !” kata Rizal.
“Terus cewek yang kamu suka itu seperti apa ?” Tanya Tante Lisa.
“Pokonya ceweknya itu perhatian saat aku lagi bahagia atau lagi sedih. Dan asalkan mama tau, cewek itu ada disamping aku sekarang !” Kata Rizal.
Aku langsung kaget.
“Aku ?” Tanyaku sambil menunjuk mukaku.
“Ya Loe…!” Kata Rizal.
“Enak aja ! Kita kan udah putus !” Kataku.
“Tapi aku masih sayang sama kamu. Kita balikan lagi aja ya !” Kata Rizal.
Aku menjadi bingung. Kalau aku sama Rizal, tapi hati aku sayangnya sama Dika.
“Maaf lho ! bukannya aku nolak. Tapi, diluar sana masih banyak cewek yang lebih baik dari pada aku. Kita htsan aja gimana ?” Kataku menolak dengan dengan halus.
“Kamu udah punya cowok ?” Tanya Rizal.
“Belum ! tapi, aku mau kakak mendapatkan yang lebih baik dari pada aku !” Kataku.
“Kalo itu yang kamu mau , its fine ! aku terima semuanya. Tapi, aku masih bolehkan sayang dan cinta sama kamu ?” Kata Rizal.
“Hmmmm…gimana ya ?” Kataku.
“Please…!” Kata Rizal memohon.
“It’s okey !” Kataku yang lantas tersenyum.
Setelah mengobrol lama, akhirnya aku berpamitan untuk pulang pada Rizal dan tante Lisa.
Keesokan harinya disekolah, aku dan teman – teman yang lain tidak tahu kalo ada jam tambahan siang harinya. Bahkan, siang ini dua mata pelajaran yang akan diajarkan. Dan setiap mata pelajaran adalah dua jam pelajaran atau empat puluh lima menit. Biasanya, kalau pagi ada jam tambahan, siangnya sudah tidak ada jam tambahan lagi. Kami diberi waktu limabelas menit untuk istirahat dan shalat bagi yang muslim. Ternyata, tidak hanya kelasku yang tidak tahu kalau hari ini ada jam tambahan siang. Ternyata hampir semua kelas mengalami hal yang sama.
Aku manfaatkan waktu lima belas menit itu untuk shalat dhuhur di mushola sekolah. Saat aku akan ke mushola sekolah bersama Zura, Bella, dan Maria, aku lihat Dika sedang asik nongkrong bersama Exa, Zovi, dan Bayu.
“Dik, shalat yuk !” Kataku mengajak Dika shalat.
“Iya, gue nanti nyusul ! loe ke mushola aja duluan !” Kata Dika.
Karena aku percaya Dika akan ke mushola, aku jadi tidak memperhatikan dia lagi.
Sesampainya dimushola, aku langsung mengambil air wudlu dan shalat.
Selesai shalat, aku langsung merapikan mukenaku dan langsung ke teras mushola untuk memakai sepatu.
“Ca, cowok loe kok nggak shalat sih !” Tanya Maria.
“Cowok gue ? Siapa ?” Kataku sambil memakai sepatu.
“Ya Dika !” Kata Maria.
“Oh ya ? tadi udah tak bilangin suruh shalat.” Kataku yang tidak percaya.
“Iya ! masak gue bohong sih sama loe !” Kata Maria meyakinkanku.
Karena Maria tadi sedang berhalangan untuk shalat, jadi aku percaya saja dengan dia.
Akhirnya, aku mencoba ingin melihat sendiri Dika itu rajin beribadah atau tidak. Karena, salah satu criteria cowokku adalah rajin beribadah.
Ternyata benar apa yang dikatakan Maria. Dia malah asik dengan teman – teman yang lainnya. Sedangkan Zovi,Bayu,dan Exa saja shalat. Tapi yang lebih mengagetkanku adalah Dyas dan Dira. Dyas adalah seorang mualaf. Sedangkan Dira, aku tidak pernah tahu kalau dia serajin itu shalatnya.
Sampai bel masuk pun, dia juga tidak kunjung menunaikan shalat.
Saat pelajaran, pikiranku masih terbayang tentang Dika.
“Apakah Dika memang seperti itu ya ? masak sih Dika nggak shalat ! padahal Dika kalo nyeramahin gue kayak pak ustadz. Aku masih ragu dengan Dika. Ah, nanti aja pas istirahat aku coba cek lagi.” Kata hatiku.
Karena pikiran ku masih melayang, jadi aku tidak konsen mengikuti pelajaran Bahasa Inggris yang sedang diajar oleh Pak Santoso alias Genderuwo.
“What do you mind Eca ?” Tanya Pak Santoso.
“Ca !” Kata Bella lirih sambil menyenggol tanganku.
“Eca, do you have a Problem ?” Tanya pak Santoso.
“No, I don’t !” Jawabku.
“Really ?” Tanya Pak Santoso lagi.
“Yes, Sir !” Jawabku.
“Eca, karena tadi kamu melamun saat pelajaran bapak, sekarang bapak mau tanya. What do you think about Dika ?” Tanya Pak Santoso.
Aku langsung kaget. Aku bingung harus menjawab apa.
“Semoga aku tidak keceplosan !” Kataku dalam hati.
“Dika is very smart, good boys, and he is friendly.” Jawabku.
Tak terasa, dua jam pelajaran Pak Santoso berlalu. Jam istirahatpun tiba. Dengan di temani Disya temanku, aku pura – pura bermain – main di teras mushala.
Ternyata, tanpa aku sangka kejadian sebelum jam tambahan tadi terulang kembali. Dika tidak pergi ke mushola untuk sholat.
Jam tambahan ke tiga dan keempat ini aku benar – benar focus tanpa memikirkan Dika.
“Gue nggak akan ngerep loe lagi sebagai kekasih gue Dik ! Gue bener – bener kecewa sama loe. Gue kira loe yang bisa bawa gue ke jalan yang benar. Ternyata, gue salah ! Gue nyesel udah pernah sayang sama loe !” Kataku dalam hati.
Saat pulang sekolah, aku yang biasanya takut pulang sendirian biasanya diantar sama Dika kali ini menolak tawaran Dika untuk mengantarkanku. Saat pulang sekolah itu, hujan juga sedang turun sangat deras.
“Ca, gue anterin ya ?” Tanya Dika.
“Nggak perlu ! gue masih bisa pulang sendiri!” Kata ku sinis.
“Ayo donk Ca ! biasanya kan loe takut kalo pulang jam segini !” Kata Dika yang terus merayuku.
“Eh dengerin ya Dik ! Gue Eca bukan Civa ! Jadi asalkan loe tau gue nggak selemah yang loe pikirin selama ini. Dan satu lagi, gue bukan Civa. Dan kerudung ini adalah tameng buat gue. Bukan cuma buat gaya – gayaan aja tapi kelakuannya seperti pelacur …! Loe kecamkan itu dalam pikiran loe !” Kataku marah – marah.
“Loe kenapa sih Ca jadi kayak gini !” tanya Dika.
“Loe tanya kenapa ? gue kayak gini tuh semua gara – gara loe ! Loe tanya sama diri loe sendiri apa kesalahan loe sama gue selama ini !” kataku masih dengan emosi lalu pergi meninggalkan Dika.
“Ca, tunggu Ca ! Beneran loe nggak mau gue anterin ?” Tanya Dika.
“Udah dibilangin Eca nggak mau ya nggak mau ! kalo loe tetep maksa aja gue tonjok nih !” Kata Disya.
Setelah itu aku kembali ke dalam kelas aku hanya bisa duduk merenung di tempat dudukku.
“Dir, pulang yuk !” Ajak ku sambil berdiri.
Saat itu, teman – temanku yang lain sedang asik bercanda dibangkunya Disya yang berada di sebelahku. Ada Maya, Mita, Filia, Tia, Desi,dan Vio.
“Kok Dir ?” Tanya Filia.
“Terbayang Dira ya ??” Kata Tia.
“Apaan sih !” Kataku.
“Sekarang Eca sedang jatuh cinta sama Dira.” Kata Disya menggodaku.
“Ya ampun…! Dira ? Belum cukup umur kali !” Kataku lantas pergi.
“Alah ! ngaku aja loe ! loe tadi kan pas didepan mushola muji – muji Dira gitu ! ya kan ?” Kata Disya.
"Dis, nggak usah bahas itu !" Kata ku dengan nada marah.
"Ya udah. Tapi, jangan ngambek gitu dong Ca !" Kata Disya.
"Udah ah Sya ! pulang yuk !" ajak ku.
"Ayo !" Kata Disya.
Aku dan Disya langsung ke parkiran mengambil motor ku. Setelah itu, aku dan Disya langsung menuju rumahnya Disya untuk mengantarkan Disya pulang.
Setelah mengantar Disya pulang, aku langsung pulang ke rumah. Ternyata, dirumah tidak ada orang. Zakka masih sekolah. Sedangkan kak Vizca, aku tidak tau dia dimana.
Setelah masuk rumah, aku langsung merebahkan badanku ditempat tidur sejenak. Lalu, ku buka laptopku dan ku tancapakan modem ditempatnya. Aku buka e-mail ku. Ada beberapa e – mail yang masuk.
'kenapa sih loe ? kok jadi berubah gitu ? apa ada yang salah dengan gue ?' E-mail dari Dika.
'gue tadi kan udah bilang ! Tanya aja sama diri loe sendiri !' Balasku.
'Krn, kak Firman udah sembuh, kakak harus kembali ke Australia lagi. Tp, mungkin kakak baliknya masih lusa. Krn, skrng kakak masih di sby di rmh papa dan mama ! sorry, kalo kakak perginya g' pamit. Coz, kakak buru – buru.' E – mail dari kak Vizca.
'g' apa2 kak ! slm ya bwt papa n mama !' Balasku.
Setelah itu, aku ganti baju dan makan siang. Setelah makan siang, aku mengerjakan tugas – tugas yang masih numpuk di daftar tugasku. Saat aku mengerjakan tugasku, tiba – tiba hp ku berbunyi. Aku lihat ternyata Zakka yang meneleponku.
"Assalamuakaikum !" kataku.
"Waalaikumsalam !" Jawab Zakka.
"Ada apa Zak ?" Tanyaku.
"Kak, Aku nggak usah di jemput ! aku langsung les nanti !" kata Zakka.
"O…!" Jawabku singkat.
"Ya udah kak ! ini aku mau pelajaran lagi ! Assalamualakum !" Kata Zakka.
"Waalaikumsalam !" Jawabku.
Setelah menutup telepon dari Zakka, aku meneruskan mengerjakan tugas – tugas sekolahku. Baru duduk lima menit, tiba – tiba hp ku berbunyi. Saat aku akan mengangkatnya, tiba – tiba mati. Dan berbunyi kembali tapi nada SMS.
'~Kau bgkn mthr yg slalu menyinari hr2 Q
~Kau bgkn air yg slalu menyegarkn Q
~Kau bgkn api yg slalu menyult smngt Q
~Kau bgkn udara yg slalu ada untk Q' Isi SMS itu. Ternyata SMS itu dari Rizal. Aku hanya tersenyum tersipu membaca SMS tadi.
'U hb bngt ya cl srh ngegombal !' Balas ku.
'kok ngegombal sih ? ini beneran !' Balas dia.
Setelah itu, aku tak membalasnya lagi.
Hari demi hari berlalu. Bulan demi bulan berlalu. Gosip yang mengatakan aku pacaran sama Dira semakin heboh di perbincangkan di sekolah. Awalnya aku sempat risi mendengarnya. Tapi, aku anggap itu sebagai angin yang terus berlalu dan tanpa aku hiraukan.
Dira yang awalnya tidak tau apa – apa tentang gossip itu, menjadi marah kepadaku karena dia menganggap aku yang menyebarkan gossip yang tidak jelas itu. Setiap kali aku minta maaf ke dia, dia selalu menolak permintaan maafku. Tapi, aku tidak menyerah begitu saja. Aku terus mencoba meminta maaf ke pada Dira.
Semakin lama, perasaan ku kepada Dira semakin tak jelas. Aku menjadi tertarik kepada dia. Aku juga bingung, apa yang membuat aku tertarik dengan seorang Mahendra Aditya Adira. Pada hal, dia tidak masuk criteria cowokku. Dia terlalu manja bagiku. Dira terlalu manja karena dia anak tunggal. Ya,,,tapi yang namanya cowok tetap yang tidak pantaskan kalau manja – manja banget.
Ketidak jelasan tentang perasaanku itu membuatku tidak konsen dalam pelajaran. Aku tidak tau kenapa itu bias terjadi. Sampai – sampai aku ditegur oleh wali kelasku karena nilaiku nurun drastis di kelas XI ini. Pada hal, nilai ini adalah penentuku untuk bisa mengikuti UNAS di kelas XII nanti. Kalau sampai aku tidak bisa mengikuti UNAS. Wah bisa gawat ! .Aku sampai bungung dengan ini semua.
Dua hari lagi, aku harus pergi ke Yogyakarta untuk study tour. Aku sudah bersiap – siap sejak tiga hari yang lalu. Meskipun aku pergi ke Yogyakarta hanya dua hari, tapi aku mempersiapkannya semaksimal mungkin.
Aku juga berpikir, mungkin ini saat yang tepat untuk meminta maaf kepada Dira. Disya juga menyarankan yang sama.
Hari study tourpun tiba. Sebelum berangkat, aku kembali mengecek semua perlengkapanku. Ternyata sudah lengkap semua.
Jam menunjukkan pukul 20.30. Saat aku berganti kerudung dikamar, aku mendengar suara mobil di depan rumah.
"Zak, siapa yang datang ?" Teriakku dari dalam kamar. Tapi, Zakka sepertinya tidak mendengar teriakanku. Lalu ku ulangi lagi.
"Zak, siapa yang datang ?" Teriakku lagi dari dalam kamar.
"Seorang pangeran yang akan mengantarkanmu ke sekolah !" kata seseorang dari luar kamar.
"Kamu siapa ?" Tanya ku kembali.
"Keluarlah dari kamarmu ! Pasti kamu akan tau siapa aku !" Kata seseorang tadi.
Aku membuka pintu kamarku secara perlahan – lahan. Aku sedikit takut. Tapi aku terus membuka pintu kamarku karena aku takut terjadi apa – apa dengan Zakka. Saat pintu kamar sudah ku buka secara sempurna, seorang laki – lagi membawa bunga berlutut didepan pintu kamarku. Saat ku lihat ternyata Rizal.
"Eca, di depan papa, mama ku dan adikmu, Maukan kau menjadi kekasihku untuk kedua kalinya ? Aku janji, aku nggak akan menyakiti kamu lagi ! Please !" Kata Rizal.
Aku kaget ditambah bingung ditambah nervous. Aku jadi tidak bisa berkata apa – apa. Apalagi didepanku ada Tante Lisa dan Om Taufiq.
"Aku mau jadi kekasihmu lagi !" Kataku.
Lalu, kami semua tersenyum bahagia.
"Kamu sudah siap sayang ?" Tanya tante Lisa.
"Sudah tante !" Kataku.
"Zian, selama kamu di Yogyakarta biar Zakka tinggal dirumah kita saja ya ?" Tanya om Taufiq.
"Apa nggak merepotkan om dan tante ?" Tanya ku.
"Nggak sayang, kan kasian kalau Zakka dirumah sendirian." Kata Tante Lisa.
"Kita tadi udah bicara sama Zakka. Dia mau tingal bersama kita." Kata Om Taufiq.
"Kalau Zakkanya mau ya saya izinkan !" Kata ku sambil tersenyum malu.
"Ya udah, ayo kita berangkat !" kata om Taufiq.
"Eh, bentar ! Zakka mana ?" Tanya Rizal.
"Zak, Zakka !" Teriakku.
"Iya, sebentar kak !" Kata Zakka yang lalu berlari keluar dari kamarnya dengan membawa tas ranselnya.
Setelah mengunci rumah dan menitipkan kunci rumah ke pada satpan setempat, aku diantar kesekolah oleh mama dan papanya Rizal.
Diperjalanan, kami terus bercanda.
"Om, Tante,saya mengucapkan terima kasih banyak. Karena om dan tante sudah beberapa kali membantu saya." Kataku.
"Kamu nggak perlu berterimakasih Zian. Itu sudah kewajiban om dan tante. Papa sama mama kamu kan sudah kenal lama dengan om dan tante, jadi om dan tante wajib menjaga kamu selama kamu di Jakarta." Kata om Taufiq.
"Yang dapat terima kasih cuma papa dan mama !" Kata Rizal.
"Iya sayang, aku juga berterima kasih sama kamu. Karena kamu juga banyak membantu aku." Kataku.
Rizal langsung tersipu – sipu.
"Sekarang panggilannya sayang ? bukan kakak lagi ?" kata Zakka meledekku.
"Ya iyalah ! emangnya nggak boleh apa ?" Jawab Rizal.
"Ya boleh sih ! tapi…." Kata Zakka yang langsung dipotong Rizal.
"Makannya cepetan cari cewek, biar bisa merasakan indahnya cinta. Iya nggak sayang ?" Tanya Rizal kepadaku.
"Yup, betul itu !" Kataku.
Sesampainya disekolah, aku langsung mencari Bella. Ternyata dia sedang berdiam diri didalam kelas.
"Eh, kenapa loe ? diam aja dari tadi ?" Tanya ku kepada Bella.
"Huh…Ca ! kayaknya cinta ku bertepuk sebelah tangan ca !" Kata Bella yang kelihatannya sedih sekali.
"Udahlah Bel ! cowok di dunia inikan masih banyak. Nggak cuma dia aja !" Kataku menghibur Bella.
"Bener juga ya ! buat apa gue mikirin dia, belum tentukan dia mikirin gue ?" Kata Bella.
"Nah gitu donk ! harus semangat ! kita tuh nggak boleh lemah gara – gara cowok !"
"Setuju !" Kata Bella sambil tersenyum.
"Gue juga setuju !" Kata Disya yang baru datang.
"Apaan main setuju – setuju aja !" Tanya Bella kepada Disya.
"Nggak tau ! emangnya kalian ngomongin apaan sih ?" Tanya Disya.
Aku dan Bella langsung tertawa.
"Kok malah ketawa ?" Tanya Disya.
"Kita tuh lagi ngomongin kalo kita nggak boleh putus asa cuma gara – gara cowok !" Kataku.
"O…itu ! gue setuju banget kalo sama yang itu. Karena apa, ini udah jamannya emansipasi. Jadi kita nggak boleh lemah karena cowok !" Kata Disya berapi – api.
"Setuju !" kataku dan Bella berbarengan.
Beberapa saat kemudian terdengar suara bel sekolah berbunyi. Semua anak harus masuk ke dalam kelas. Lalu wali kelas masing – masing kelas masuk kekelas untuk memberi pengarahan dan memimpin do'a sebelum berangkat.
Bu Fiza wali kelas kami memberikan pengarahan kepada kami sebelum berangkat. Lalu, beliau memimpin do'a dikelas sebelum berangkat.
Setelah itu, kami menuju bus masing – masing. Aku sempat salah bus. Karena, busnya tidak ditata urut sesuai dengan kelas. Aku pertama – tama masuk di bus anak kelas XI IPS 5. Lalu, aku diberi tahu kalau itu bukan bus kelasku. Bus kelasku ada di barisan nomor dua dari depan. Ternyata, bukan hanya aku yang nyasar mencari bus. Zura, Bella, Exa, Dika,Zovi, Bayu, bahkan Maria dan Fiqa belum naik kedalam bus saat bus sudah mau berangkat. Lalu aku, Bella, Zura, serta wali kelasku mencari mereka berdua.
Mereka kami temukan kebingungan didepan bus kelas XI IPS 5. Ternyata, mereka tidak tau kalau bus kelas XI IPA 3 ada didepan. Lalu, kami kembali ke bus kami. Bu Fiza menyuruh kami mengecek barang – barang apa ada yang tertinggal atau tidak. Ternyata, baju olah raga Exa tertinggal di rumahnya. Tiba – tiba ada seorang bapak – bapak mengetuk pintu bus kami. Ternyata orang tuanya Exa yang mengantarkan baju olah raganya Exa.
Sebelum bus berjalan, kami kembali berdo'a dipimpin guru agama yang juga guru pendamping di dalam bus kami. Setelah berdo'a bus pun melaju. Salah seorang awak bus memperkenalkan bahwa mereka dari sebuah paket wisata.
Selama di dalam bus, kejahilanku timbul. Aku menjahili teman – teman dengan me – miss call teman – temanku termasuk Dira. Aku me-miss call dia sampai tiga kali. Aku lihat dia sedikit agak marah.
Didalam bus, banyak yang tidak bisa tidur. Hanya beberapa anak yang bisa tidur. Yang lain banyak yang main – main di belakang. Main gitar, main kartu remi, dengerin musik, smsan, facebookan, mxitan, twitteran, makan snack, bagi – bagi makanan, bahkan ada juga yang curhat – curhatan. Aku lihat Bella yang sebangku denganku sudah bisa tidur pulas. Lalu aku tinggal dia ke belakang. Saat aku berjalan kebelakang menuju teman – teman yang sedang asik bermain kartu remi, hp ku tiba – tiba berbunyi. Saat ku lihat, ternyata Rizal meneleponku. Langsung saja aku anggkat.
"hallo ! Assalamualaikum !" Kataku sambil mencari tempat duduk ynag enak. Lalu aku duduk di belakang tempat duduk Dira.
"Waalaikumsallam !" Jawab Rizal.
"Kok belum tidur ?" Tanya ku sambil melihat jam. Ternyata pukul 23.30.
"Nggak bisa tidur ! Aku mikirin kamu terus. !" Kata Rizal.
"Sebaiknya, kamu sekarang tidur, biar kamu nggak sakit ! nanti kalo tidurnya kemaleman sakit lho. Nggak usah mikirin aku. Aku baik – baik aja. Ini aku lagi didalam bus !" kataku.
"Aku tetep nggak bisa tidur !" kata Rizal.
"Udahlah ! Kamu sekarang tidur aja ! Aku juga mau tidur ini !" Kataku.
"Ya udah ! I miss you ! I love you baby !" Kata Rizal.
"I miss you ! I love you too !" Jawabku.
"Siapa Ca ? Pacar loe ?" Tanya Disya.
"Hu'um !" Jawab ku singkat.
Dira langsung menghadap ke belakang sebentar lalu kembali memainkan hpnya.
Lalu, aku kembali ketempat dudukku disamping Bella.
"dari mana Ca ?" Tanya Bella yang tiba – tiba terbangun.
"Dari belakang !" jawabku singkat sambil mencari jaket seragam ku.
Baru duduk di bangku beberapa menit, tiba – tiba lampu di dalam bus mati. Anak – anak menjadi riuh dibelakang.
"Lebih baik kalian tidur dari pada main – main. Agar besok pagi saat di tempat wisata, kalian tidak ngantuk dan tetap fres !" kata Bu Fiza.
Lalu, teman – teman beranjak kembali ke bangku masing – masing dan ada yang bisa tidur dan ada yang tidak bisa tidur. Seperti aku, aku tidak bisa tidur. Lalu, aku bermain game di hpku. Saat aku menoleh kebelakang, ternyata banyak yang sudah tidur termasuk Dira. Akhirnya aku putuskan untuk tidur.
Aku rasa, baru beberapa saat tidur, bus berhenti. Saat aku lihat pukul 24.30. Kami harus transit sejenak di sebuah tempat khusus transit para wisatawan yang akan menuju Jawa Tenggah dan Jawa Timur. Tepatnya di perbatasan Jawa Barat dengan Jawa Tengah. Kami hanya berhenti setengah jam. Aku hanya membasuh muka di kamar mandi ditempat transit itu. Lalu, aku kembali ke dalam bus. Saat didalam bus, anak – anak kembali riuh. Bus, mulai kembali melaju. Bu Fiza mengintruksikan kami untuk kembali tidur.
Baru beberapa saat bus berjalan, tiba – tiba , Vio yang duduk dibelakangku bersama Disya dan Fixa menangis. Ia seperti melihat sosok bayangan putih dijendela. Lalu, aku, Disya, dan Fixa mencoba menenangkan Vio. Akhirnya, Viopun tenang.
Aku kembali tidak bisa tidur. Aku lihat Bella sudah sangat pulas sekali tidurnya. Aku lihat Dika, Zovi, Exa, Bayu juga sudah tidur. Sedangkan Dira, masih asik dengan hpnya.
"Dia smsan sama siapa ya ?
Kok Aku jadi cemburu gini ?
Huhf, apakah aku kembali jatuh cinta sama Dira ?Ingat kamu sudah milik Rizal, jadi nggak boleh suka sama Dira" Kataku dalam hati.
Akhirnya aku bisa tidur juga dengan Headsett ditelinga.
Saat aku terbangun, aku mendengar suara adzan subuh yang sangat lirih sampai – sampai banyak yang tidak mendengar. Aku lihat jam tanganku menunjukkan pukul 04.00 wib. Aku lihat, teman – temanku banyak yang masih tidur termasuk Dira. Aku lihat Bayu dkk juga masih tidur. Lalu, aku bangunkan Dika terlebih dahulu lalu Exa,Zovi, dan terakhir Bayu.
Setelah itu, aku kembali ke tempat duduk ku. Tiba – tiba hp ku berbunyi cukup keras. Sampai – sampai satu bus hampir bangun semua dari tidurnya. Saat aku lihat ternyata tante Lisa yang meneleponku.
"hallo, Assalamualaikum tante ?" Kataku.
"Waalaikumsallam ! Bagaimana sayang ? Kamu sudah shalat subuh ?" Tanya tante Lisa.
"Maaf tante belum !" Jawabku.
"Udah sarapan belum ?" Tanya tante Lisa.
"juga belum tante !. tante, Zakka nakal nggak disana ?" Tanyaku.
"Oh, nggak kok Yan. Kamu tenang aja. Pokoknya kamu saat tour ini kamu harus happy – happy. Oke ?" Kata tante Lisa.
"Okelah tante ! tante mau oleh – oleh apa ? nanti saya bawain deh !" Tanyaku.
"Tante nggak minta apa – apa dari kamu. Pokoknya kamu pulang dengan selamat aja, tante udah seneng. Zian, udah dulu ya ! tante lagi masak ini ! Assalamualaikum !" Kata tante Lisa.
"Waalaikumsallam !" jawabku.
Beberapa saat kemudian, kami sampai di sebuah rumah makan. Disana, aku langsung mengambil air wudlu dan shalat subuh berjama'ah dengan teman – teman yang lain. Setelah itu, aku langsung antri kamar mandi. Karena kamar mandinya cuma 12 sedangkan anak yang mandi lebih dari 120 maka mandinya satu kamar mandi tiga anak.
Aku yang tidak biasa mandi beramai – ramai, menjadi tidak bisa mandi. Akhirnya, aku putuskan untuk tidak mandi sekalian. Aku hanya mencuci muka dan gosok gigi. Lalu, diluar kamar mandi memakai parfum.
Setelah itu, aku baru sarapan bersama Bella, Maria, Vio, Fixa, dan Disya. Aku sempat marah kepada Zura dan Fiqa. Karena, mereka tidak mau menunggui tasku saat aku mandi dan shalat. Alasan mereka karena sudah ada Bella dan Maria. Pada hal, Bella sedang berada didalam bus untuk mengambil obatnya. Sedangkan Maria sedang menggosok gigi. Didalam tasku ada dua buah kamera digital yang harganya puluhan juta rupiah.
Kemarahanku terus memuncak, sampai akhirnya, aku marah – marah besar kepada Zura dan Fiqa. Zura terlihat merasa bersalah sekali. Sedangkan Fiqa tidak merasa bersalah. Akhirnya, aku tampar Fiqa. Aku masih tidak bisa mengendalikan emosiku yang terus membara. Bahkan, bu Fiza juga tak mampu meredam amarahku. Akhirnya aku ditenangkan oleh Bella, Maria, Vio, Fixa, dan Disya.
Setelah sarapan, kami melanjutkan perjalanan menuju pantai parang tritis. Di sepanjang perjalanan, kami bernostalgia. Tapi, aku hanya bisa menangis dibangku belakang menangisi sifat Zura dan Fiqa tadi. Aku benar – benar tak habis pikir. Zura dan Fiqa yang selama ini aku kenal sangat berubah. Di bangku belakang, aku hanya ditemani Disya.
"Dir, pacarmu nih urusin ?" Kata Disya.
"Apaan sih Dis ! Loe jangan nambah – nambahin pikiran gue gini donk !" Kataku.
"Iya, iya !" Kata Disya.
"Tuh, liat tuh nenek sihir marah !" kata Dira yang bangkunya bersebelahan denganku.
Mendengar kata Dira tadi aku langsung bisa tersenyum. Aku tidak tau apa yang lucu dari perkataan Dira tadi. Tapi, itu sudah bisa membuatku tersenyum.
"Dira, Dira !" Kataku sambil tersenyum melihat Dira.
"Apa ?" Kata Dira dengan nada sinis.
"Eh, loe tuh jadi cowok jangan galak – galak donk !" Kata Disya.
"gue nggak ada urusan ya sama loe ! ca, loe tadi manggi gue kenapa ?" Tanya Dira.
"tuh loe dipanggil sama pangeran kodok loe tersayang !" Kata Disya.
"Disya udah !" Kataku.
"Tau nih anak dari tadi ngeganggu mulu !" Kata Dira.
"O…jadi gue disini ngeganggu kalian berdua ! oke, Eca gue kedepan dulu ya !" Kata Disya.
"Eh, loe sini aja !" Kata Dira sambil menarik bajunya Disya.
"Tadi katanya ngeganggu !" Kata Disya.
"ya Loe tetep disini aja !" Kataku.
"Dir, cumi tadi !" Kataku.
Tidak terasa, perjalanan kami sudah sampai di pantai parang tritis. Aku, Disya, Zura, Bella, Maria, dan Fiqa langsung menuju tepi pantai.
Sebenarnya, aku mau minta maaf sama Dira disini. Tapi, karena aku cari – cari Dira tidak ketemu juga, gagal deh minta maaf ke Dira. Tapi, aku mentargetkan di Borobudur nanti, aku akan minta maaf ke Dira.
Di Pantai Parang Tritis, aku dan teman teman sekelompokku tidak berani ke bibir pantai. Kami berada pada jarak lebih dari 50 meter dari bibir pantai. Itu kami lakukan karena kami takut terseret ombak. Ombak di pantai parang Tritis sangat besar karena pantai itu sangsung samudra Indonesia atau samudra Hindia. Sedangkan teman – teman yang lain berani sampai ke bibir pantai.
Jadi, kami hanya bermain – main pasir dan ber foto – foto. Kami sangat taku dengan ombak di pantai parang tritis. Saat ombak datang mendekati kami, kami malah lari menjauh ketakutan. Sedangkan teman – teman yang lain kalu didatangi ombak malah buat mainan.
Setelah puas di pantai parang tritis, kami melanjutkannya ke museum Dirgantara. Disana, banyak dari teman – teman kami yang tidak mendengarkan intruksi pembimbing dari museum. Mereka hanya berfoto – foto ria, menjelajahi museum, main pesawat - pesawatannya.
Waktu menunjukkan pukul 12.00 . Aku lihat di buku panduan saatnya sholat Dhuhur dan ashar di jamak. Tapi kok nggak ada komando untuk shalat ya ?. Aku menjadi bingung. Aku yang biasanya shalatnya tepat waktu jadi terulur sampai satu setengah jam.
Pukul 13.30 kami makan siang . Aku jadi tidak nafsu makan karena, aku lihat salah satu temanku ayam gorengnya masih mentah. Tapi, kalau aku tidak makan aku sakit. Aku mencoba mengambil sedikit demi sedikit ayam gorengku. Alhamdullillah ayam gorengku sudah matang. Tapi, masih ada lagi masalahnya. Saat aku cicipi supnya, tidak ada rasanya sedikitpun. Masih enak sup sarapan tadi pagi. Aku memaksakan untuk makan. Ternyata, semua anak laki – laki yang sekelas denganku sudah shalat dhuhur di rumah makan itu. Saat aku mau shalat dhuhur, ternyata, kami sudah harus melanjutkan perjalanan ke borobudur.
Ternyata perjalanan ke Borobudur cukup lama. Aku mencoba untuk tidur. Tapi, karena riuhnya teman – teman yang ada di belakang aku menjadi tidak bisa tidur. Aku pasang headset di telingaku sampai aku tertidur.
Tidak terasa sudah sampai di Borobudur. Aku lihat jam tanganku menunjukkan pukul 14.30 . Aku belum shalat dhuhur. Sedangkan waktu sudah memasuki ashar.
Aku bertanya kepada guru agama yang mendampingi di bus kelas.
"Pak, bagaimana ini ? kan sudah waktunya shalat ashar ?" tanyaku.
"nanti shalatnya di jamak akhir saja !" Jawab guru agama.
Aku menuruti saja apa kata bapak ibu guru yang mendampingi.
Saat baru turun dari bus, panasnya matahari langsung menyengat tubuhku. Aku merasa panasnya tidak biasa karena panas sekali.
Dibawah terik matahari yang begitu menyengat, aku dan teman – teman yang lain harus menunggu bapak dan ibu guru yang sedang membeli tiket.
Akhirnya, bapak dan ibu guru yang membawa tiket datang. Kami langsung berebut tiket yang dibagikan oleh bapak dan ibu guru yang membawa tiket.
Setelah berdesak – desakkan dengan teman – teman yang lain, akhirnya, aku mendapatkan tiket. Aku langsung diajak masuk oleh Bella, Maria, Zura, dan Fiqa. Saat kami baru masuk ke kompleks candi, hawa segar langsung menghampiri kami. Rasa panas yang awalnya kami rasakan di depan tadi, menjadi hilang seketika dengan kesejukan.
Saat kami baru naik ke candi, rasa lelah sudah menerjang tubuh kami. Tapi, kami tidak menyerah. Kami sampai di satu tingkat setelah candi utama atau puncak candi.
Baru lima menit diatas candi, pengumuman untuk kami segera kembali ke bus terdengar. Banyak anak yang mengeluh karena sudah capek – capek naik, baru sebentar diatas sudah disuruh turun.
Saat akan turun, aku bertemu Disya dan teman – teman yang lain. Termasuk Dira. Disya memintaku untuk memfoto mereka. Selesai memfoto, aku bermaksud untuk meminta maaf kepada Dira. Tapi, dia sudah pergi duluan. Saat aku kembali ke tempatku semula, ternyata Bella, Zura, Maria, dan Fiqa sudah tidak ada. Aku sangat kebingungan sekali. Akhirnya, aku dan Disya menyusuri jalan yang kami lewati tadi. Aku dan Disya tidak bisa menemukan jalan keluar. Kami malah kesasar ke pasar dan tidak tau arah kembali.
Sambil berjalan, aku terus berdo'a semoga ada orang yang bisa menolong kami untuk keluar dari sini. Akhirnya, kami bertemu anak kelas XI IPS 2 yang juga kesasar. Kami lalu mencari jalan keluar bersama – sama. Di sebuah persimpangan, ada berpisah dengan kami. Dia merasa, jalan itu untuk keluar. Sedangkan kami masih sanksi dengan hal itu.
Setelah hampir satu jam muter – muter di tengah pasar, akhirnya kami bisa keluar juga. Saat keluar, kami bertemu dengan Bu Fiza.
Baru seperempat jam kami duduk, ternyata Bella dan teman – temanku yang lain baru keluar.
Setelah anggota kelompokku lengkap, aku dan kelompokku langsung menuju bus untuk mengambil alat shalat untuk shalat. Kami akhirnya shalat di sebuah rumah singgah didekat borobudur.
Setelah shalat, ternyata kami sudah ditunggu rombongan untuk menuju ke Malioboro, Kerato Yogyakarta, dan Benteng Van Den Berg. Ketiga tempat itu merupakan satu paket. Dikatan satu paket karena saling berdekatan satu sama lain.
Ternyata, perjalanan dari borobudur menuju tiga tempat itu lumayan lama. Aku memilih duduk dengan Disya dan Fixa. Aku duduk di dekat jendela. Aku merenungi semua kesalahanku dan kegagalanku untuk meminta maaf kepada Dira hari ini. Tak terasa, air mataku bercucuran membasahi pipi. Aku tidak tau mengapa aku bisa menangis.
Tidak terasa, kami sudah sampai di Keraton Yogyakarta. Aku langsung mengajak teman – teman yang lain untuk berganti baju di kamar mandi di kompleks Keraton. Setelah berganti baju, kami lalu kembali ke bus untuk menarus baju yang dari tadi siang kami pakai. Saat aku kembali ke bus, Zura, dan Fiqa sudah pergi. Aku pikir, mereka sudah duluan pergi ke Malioboro untuk berbelanja. Lalu, aku pergi ke Malioboro bersama dengan Bella, Disya, Fixa, Vio, dan teman – teman yang lain.
Tak terasa, Azan magrib berkumandang. Aku tidak tau arah kemasjid. Akhirnya, aku tidak shalat magrib. Di pasar malam Malioboro, aku hanya berbelanja untuk tante Lisa, Om Taufiq, Zakka, dan Rizal. Aku tidak membeli apa – apa.
Seletah selesai berbelanja, kami kembali ke bus kami. Ternyata, Zura dan Fiqa sudah berada di dalam bus. Saat aku tanya, ternyata, mereka berdua tidak ke Malioboro.
Sambil menunggu teman – teman yang lain, aku bermain kejar – kejaran dilapangan di kompleks Keraton bersama Disya, Ega, dan Aldo. Saat aku kembali ke dalam bus, Bella sedang kebingungan mencari tiga pasang kaos dan beberapa paket dodol yang baru dibelinya. Aku yang teman sebangkunya saat didalam bus, aku mencoba mencarinya di kedua tasku. Dan nihil hasilnya. Aku dan Disya membantu mencari. Akhirnya ketiga kaos milik Bella ketemu dibawah kolong tempat duduk Zura, Maria, Fiqa. Sedangkan beberapa paket dodolnya tidak ketemu.
Setelah semua berkumpul, kami makan malam. Ada yang makan malam didalam bus, ada juga yang di luar. Aku yang bertugas membagikan makanan kepada anak – anak laki – laki. Jatah makan malamku aku taruh di bangkuku. Karena saking sibuknya melayani anak laki – laki, aku tidak sempat makan. Selesai membagikan makanan, mereka meminta air minum. Aku juga yang harus mengambilkan. Saat aku masih sibuk – sibuknya, Disya memintaku untuk meminta maaf ke pada Dira. Aku tidak sempat untuk melakukan itu. Dan...aku gagal lagi untuk meminta maaf kepada Dira.
Selesai melayani anak – anak makan, aku dan Disya akhirnya bisa makan. Kami makan didalam bus. Baru tiga sendok, aku rasa sudah kenyang. Lalu, aku menaruh makananku di tempat sampah setelah ayamnya aku makan.
Setelah itu, bus mulai berjalan pelan – palan kembali ke Jakarta. Sebenarnya, aku sudah ngantuk. Tapi, teman – temanku banyak yang tidak tidur. Ada seorang temanku laki – laki yang sebangku dengan Dika sedang tertidur pulas dengan mulut menganga. Seketika itupun, muncul kejailan Bayu dkk. Vio yang masih makan, memberikan kubis dan kacang panjang kepada Bayu. Lalu, oleh Bayu dimasukkan kedalam mulut temanku tadi.
Setelah kejailan Bayu dkk, muncul lagi kejailan Ega dkk. Dia memintaku untuk mengambilakan bulpoin. Saat aku tanya, dia tidak mengaku. Saat aku lihat ternyata, untuk menggambar diperut dan dimuka teman – teman yang lain. Aku, Dira, Aldo, dan Bima hanya tertawa saja melihat kejailan Ega. Dan yang perutnya digambaripun tidak merasakannya. Ternyata, gambarnya muka orang. Dan pusar sebagi hitung untuk wajah itu. Wajahnya aneh – aneh.
Perjalanan selama hampir lima jam, kami tempempuh, akhirnya, kami sampai di Jakarta. Aku pulangnya, pulang ke rumahnya Rizal karena orang tuanya menginginkan aku untuk sementara pulang kerumah mereka.
Pagi harinya, aku dan Zakka diantar oleh tante Lisa dan om Taufiq pulang kerumah. Aku sangat berterima kasih kepada keluarganya Rizal karena selama ini mereka telah membantuku selama aku hidup di Jakarta. Selain itu, mereka sudah seperti orang tua ku sendiri. Mereka sangat sayang padaku dan Zakka. Mereka juga perhatian kepadaku dan Zakka. Saat aku atau Zakka sakit, mereka rela merawat kami dengan sepenuh hati seperti orang tua kami yang merawat. Mungkin karena papa dan mama sudah lama berteman dekat dengan tante Lisa dan om Taufiq. Papa dan om Taufiq adalah teman semasa SMA di Surabaya. Sebenarnya, aku sedikit tidak enak saat aku memutuskan Rizal. Tapi, mereka menghargai semua keputusanku. Mereka berpikir bahwa dengan itu semua adalah jalan terbaik untuk aku dan Rizal. Mereka juga tidak memaksaku untuk selalu bersama Rizal.
Aku tidak tau bagaimana cara berterimakasih kepada tante Lisa dan om Taufiq. Mereka sudah sangat berjasa untuk menyambung hidupku di Jakarta. Aku hanyalah seorang anak kecil yang baru masuk ke kota besar dan tidak tahu apa – apa. Sampai aku bertemu mereka dan hidupku lebih berwana.
Satu tahun semua itu berlalu. Kini, aku telah duduk di kelas XII. Aku terus memperbaiki prestasiku yang sempat sangat menurun di kelas XI. Di kelas XII ini, tidak ada waktu untuk bermain – main, belanja – belanja ke mal, nggak belajar, sampai waktu untuk pacaranpun tidak ada. Sejak aku melewati semester satu di kelas XII, aku dan Rizal memutuskun untuk berpisah. Karena, kami ingin sekolah yang bener dulu. Kalau sudah lulus, mungkin kami bisa kembali bersama.
Tiga bulan, aku manfaatkan dengan sebaik – baiknya untuk belajar agar aku lulus dengan nilai yang baik. Aku tidak ingin hanya sekedar lulus. Aku ingin membanggakan kedua orang tuaku. Dan tidak lupa aku juga ingin membanggakan tante Lisa dan om Taufiq. Aku ingin menunjukkan kepada mereka bahwa aku yakin aku pasti Bisa !. Aku bisa memberi nilai yang baik dan aku juga bisa membanggakan kalian.
Hari ini, hari pertama ujian nasional untuk SMA sederajat. Sebelum mengerjakan soal, aku terlebih dahulu berdo'a agar diberi kemudahan untuk mengerjakan soal – soal yang di ujikan. Selesai berdoa' aku langsung mengerjakan soal – soal yang telah di berikan oleh pengawas kepadaku. Ternyata, hampir 90% aku bisa mengerjakan soal – soal yang diujikan.
“Semoga hari – hari ujian nasional yang seterusnya bisa semudah ini aku mengerjakannya" harapku dalam hati.
Setelah menghadapi ujian nasional, tinggal menunggu hasilnya saja.
"Apakah aku lulus atau tidak ? Apakah aku bisa mendapatkan nilai yang baik ? Apakan aku bisa membanggakan kedua orang tuaku ?" Pertanyaan itu selalu terngiang setiap hari sebelum aku menerima hasil ujianku.
Hari yang aku tunggu – tunggupun datang. Hari ini pengumuman hasil ujian nasional atau kelulusan. Aku cukup nervous menunggu pengumuman itu. Saat ku lihat namaku tertera, dengan nilai yang baik, aku langsung mengucapkan syukur kepada Allah SWT. Aku juga terharu dengan nilai kelulusanku. Aku tidak menyangka, aku bisa lulus dengan nilai yang baik.
Aku meneruskan kuliah di Surabaya agar aku tetap dekat dengan keluargaku. Selain itu, sejak dulu aku mengincar Surabaya sebagai kota untuk menjadikanku sebagai sarjana di sebuah bidang. Yaitu kedokteran. Semoga aku bisa mendapatkan apa yang aku inginkan selama ini.
Selain itu, ada satu alasan yang membuatku harus pindah ke Surabaya. Sejak aku naik kelas XII, aku menderita penyakit radang otak dan tifus yang akut. Di Surabaya, aku menjalani rawat jalan untuk kedua penyakitku. Ternyata, penyakitku itu timbul saat aku terlalu memikirkan Dira dulu. Ya,semua itu harus aku terima dengan lapang dada.
Ternyata, semua itu sungguh sulit dilakukan. Apalagi terjebak antara cinta dan sahabat. Malah membuat bingung diri sendiri.
Dari semua kejadian diatas, aku mendapat sebuah pelajan bahwa LEBIH BAIK KEHILANGAN PACAR DARI PADA KEHILANGAN SAHABAT. Itu semboyanku kini. Memang, hidup tanpa salah satu dari itu memang terasa kurang. Tapi, kita harus merelakan salah satu jika berbenturan.
MY LAST LOVE : Kisah Mengharukan cinta gadis lumpuh dan pria penderita HIV
” Masa lalu adalah pilihan yang kita lalui sedangkan masa depan adalah pilihan yang kita tentukan” agnes davonar
” Sebuah kisah cinta antara Angel seorang gadis lumpuh dan Martin seorang penderita AIDS, Bagaimana mereka menunjukkan pada dunia, Tidak ada yang berbeda dengan apa yang orang lihat, mereka hanyalah manusia yang berusaha untuk diakui sebagai bagian dari masyarakat”
Tentang Angel.
Seorang gadis berusia 23 tahun. Bekerja sebagai sekretaris sebuah perusahaan seluler. Ia memiliki seorang kekasih bernama Hendra. Angel begitu bergembira saat pulang dan memeluk ibunya.
“ Bu, Hendra akan melamarku malam ini dan kami akan bertemu di taman kota, tempat dimana pertama kali bertemu..” kata Angel pada ibunya.
“ Bagaimana kamu yakin nak?”
“ Tentu saja aku yakin, sebab kami sudah merencanakan itu, dan Hendra bilang malam ini iya akan melamarku..”
“ Kalau begitu lekaslah kamu pergi dan berganti pakaian terbaikmu..”
Angel bergembira malam yang ia tunggu selama mereka berpacaran lebih dari 3 tahun kini menjadi akhir dari kisah cinta mereka.
Tentang Martin.
Martin berumur 25 tahun. Pria playboy dan terlahir dari keluarga jutawan.Jam menunjukan pukul 7 malam. Tiba-tiba pintu kamarnya terdengar ketukan. Martin sedang tertidur, ia bangun dan membuka pintu dengan wajah kesel. Seorang aju dan ayahnya terlihat didepan pintu.
“ Kenapa sih? Ganggu orang tidur aja..!!!”
“ Maaf tuan, Ayah anda sudah menunggu di ruang tamu untuk makan malam keluarga.”
“ Bilang padanya, aku ada dibawah sebentar lagi..” Kata Martin tidak melawan.
Ajudan itu pergi, Martin merapikan mukanya yang kusut karena semalam ia baru saja pergi dugem dan pulang pukul 7pagi, setelah rapi ia pun langsung ke bawah menemui ayahnya di meja makan. Bersama ibu dan adiknya Sheila.Ia duduk begitu saja.
“ Begini cara kamu membesarkan anakmu? Pagi jadi malam, malam jadi pagi. “ kata ayah ketus.
“ Sudahlah pak, Martin ayo makan.”
Dengan setengah hati martin makan. Tapi baru mencicipi sedikit sarapan. Ia sudah menghilang dengan wajah kesel ayahnya. Martin pergi dengan mobil BMWnya menelusuri jalan yang sudah penuh dengan lampu warna warni. Kota ini akan merayakan natal dalam waktu beberapa hari lagi.Ia hanya berujar dalam hati.
“ Ayahku kaya, untuk apa berkerja. Tujuh turunan pun tidak akan pernah habis.”
Seorang gadis menelepon padanya. Tampaknya gadis itu adalah incarannya untuk malam ini, Mereka tampak asyik sibuk berbicara bersamaan, DIitengah jalan.
Kembali ke Angel.
Ibunya sudah berdiri di depan pintu. Angel menyalakan motor vespanya. Lengkap dengan pakaian terbaiknya.
“ Aku pergi dulu ya..”
“ Kenapa tidak kamu minta di jemput saja.” Tanya ibunya.
“ Tidak apa bu, Hendra langsung pulang kerja. Kan nanti kena macet. Lagi pula aku ingin pergi masing-masing saja. Jadi bertemu disana.”
“ Ya, sudah nak. Hati hati ya.”
Angel pun melaju motornya sambil membayangkan apa yang akan terjadi dalam hari terindahnya.
Kembali ke Martin.
Martin tampak tertawa, gadis itu membiuskan kata-kata indah di telinganya. Ia selalu ingat jika ia bisa memberikan apapun yang diinginkan oleh gadis yang menyukainya, ia rela memberikan uang , permata ataupun emas yang diingkan. Saat ia berjalan, ia tidak menyadari lampu merah diatasnya. sebuah vespa yang melaju di lampu hijau. Martin terkejut, mobilnya melaju. Menabrak vespa itu hingga terpental. 10 meter jauhnya. Yang ia ingat, seorang gadis terkujur kaku dijalan. Hatinya risau, apakah ia harus melihat korban itu. Atau melarikan diri, tapi ia tau. Bila ia mendekat, maka ia akan membuat masalah dengan dirinya sendiri diantara kerumunan orang yang mulai mendekati korban.
Ia pun memutuskan satu kenyataan— lari dari kejadian itu.
Tentang Hendra.
Ia menunggu tanpa adanya kejelasan ditaman. Hatinya cemas, ia mencoba menelepon Angel berulang-ulang tapi sama sekali tidak diangkat. Satu jam berlalu, hatinya mulai cemas. Ia berpikir, Angel menolak dirinya. Hingga ia menelepon terakhir kali dan mendapatkan suara asing, suara seorang pria yang mengatakan kalau gadis yang memiliki hendphone itu. Sedang dirawat dalam ruangan unit darurat. Ia langsung menuju rumah sakit, menyimpan cincin tunangan untuk Angel. Saat ia tiba, ibu Angel tampak berdiri dengan tangisan khawatir.
Kembali ke Martin.
Ia mulai sadar, banyak saksi yang melihatnya dengan nomor mobilnya. Ia ceritakan masalah ini kepada ayahnya. Ayah meminta ia bertanggung jawab, tapi ibunya menolak. Ia sadar putranya bisa berada di penjara bila ia menyerahkan diri. Uang tidak berarti bagi putranya untuk lepas dari Penjara. Satu keputusan saat itu juga. Martin harus pergi keluar negeri. Melarikan diri dan membuat alibi dengan orang lain yang berada di mobil, dengan uang ayahnya bisa membayar orang lain untuk berpura-pura mengaku melakukan perbuatan yang tidak ia lakukan.
Natal terlewatkan dengan masalah diantara ketiganya. Hendra bersedih dengan keadaan kekasihnya. Angel tidak pernah tau keadaanya, Martin melarikan diri dengan rasa gundah dan bersalah.
2 bulan berlalu.
Angel masih berada di rumah sakit. Ia mulai sadar, tapi kakinya telah dinyatakan hilang. Ia harus mengalami kelumpuhan di kedua kakinya. Hendra menemani kekasihnya. Memberikan dukungan batin dan kekuatan yang tidak bisa Angel bayangkan untuk hidup. Angel pun berusaha menerima kenyataan kini ia cacat.
Martin berada di Australia menghabiskan waktunya dengan minum dan minum untuk melepas kegelisahan hatinya.
6 bulan berlalu.
Angel berdiri untuk pertama kalinya dari kursi roda. Hendra menopang kakinya untuk berjalan. Walaupun merasa berat di hatinya. Ia sadar ia tidak akan pernah menjadi normal.
Martin semakin gelisah, ia ingin pulang. Ibunya bilang padanya tunggulah hingga 6 bulan ke depan. Hanya satu yang ingin ia tanyakan
“ Ibu bagaimana keadaan korban yang aku tabrak?”
“ Dia tidak mati, ia masih hidup.”
“ Syukurlah, tapi aku tetap ingin tau.”
“ Kamu akan tau kelak bila kamu pulang, lebih baik kamu tetap disana hingga kasus ini ditutup.”
1 tahun berlalu.
Angel mulai bisa berjalan dengan menggerakan kursi roda lewat tangannya. Hendra mengajaknya untuk bertemu orang tuanya. Apa yang ia dapatkan saat ia sedang duduk di sofa ruang tamu. Tanpa sengaja ia mendengar apa yang ibu Hendra katakan.
“ Ibu tidak ingin punya menantu lumpuh dan cacat seperti itu.”
“ Ibu kenapa bilang begitu, bagaimanapun dia adalah Angel yang sama, sama seperti saat aku membawanya pertama kali.”
“ Berbeda. Ia gadis cacat.. bukan gadis cantik yang dulu kamu bawah.”
Keduanya bicara, dan Angel mendengar. Ketika mereka sadar. Angel telah mengatakan satu hal yang begitu berat untuknya.
“ Maafkan aku, mulai saat ini aku akan melepaskan Hendra untuk selamanya.”
Hendra berusaha untuk tetap bertahan, tapi akhirnya ia pun menerima keputusan Angel.
Martin telah kembali setelah ia mendapatkan kepastian kalau kasusnya telah kelar dengan orag lain yang bersedia mengantikan dirinya di penjara.
***
Angel mencoba untuk bekerja normal. Ia tidak akan ditolak di kantor lamanya, tapi dengan kaki yang pincang dan terkadang harus mengunakan kursi roda. Ia merasa seperti seorang yang tak berguna, hanya bisa merepotkan siapapun. Ketika ingin naik escalator ataupun menaikin tangga semuanya terasa berat. Setiap malam ia hanya bisa menangis, melihat keadaanya, ibunya menyadari keadaan putrinya, hatinya pun perih tapi hanya bisa berharap tuhan memberikan kekuatan untuk anak semata wayangnya setelah ayah Angel meningal.
Martin berhasil mendapatkan apa yang ia ingin tau, tentang korban yang selalu membayangin dirinya. Dan sumber informasinya mengatakan tentang gadis itu. Ia mendapatkan kantor Angel. Ia segera menuju kantor itu yang ternyata merupakan bagian dari perusahaan ayahnya. Saat itu ia melihat Angel tampak berusaha menaiki tangga. Hatinya tergerak untuk mendekat. Membantu mendorong kursi rodanya.
“ Terima kasih..” Kata Angel padanya.
Martin terdiam, hatinya begitu pilu melihat Angel begitu cantik tapi jadi cacat karenanya.
“ Tidak masalah.”
“ Kamu kerja dikantor ini lantai berapa?”
“ Lantai 3.”
“ Kamu?” Tanya Angel balik.
Martin bingung menjawab pertanyaan Angel, ia tidak pernah berkerja hingga akhirnya ia mengarang sebuah kisah.
“ Aku baru kerja disini, di lantai dua,”
“ Oh ya..:”
“ Andai saja aku di lantai satu, pasti aku ga perlu repotin orang hehehe. Jadi ga enak hati..” kata Angel.
Meraka tiba di eskalator. Sekali lagi Angel mencucapkan terima kasih pada pria itu.Martin pulang saayt itu pula dengan wajah bersedih. Ia ingin menangis melihat dosa yang ia lakukan pada Angel. Ia pulang kerumah ayahnya dan meminta perkerjaan di kantor itu. Ayahnya begitu heran dengan sikap putranya tapi menerima keputusan Martin. Ia langsung menjadi direktu dalam perusahaan itu. Dalam satu hari ia memutusan untuk memindahkan kantor dimana Angel bekerja dari lantai 3 ke 1. Setiap harinya ia selalu memandangin Angel saat ia bisa, ia tak pernah mengalami satu keadaan yang begtu sulit dalam hidupnya. Ia memutuskan untuk mendekati Angel, mencoba untuk mengatakan satu kejujuran yang tak bisa ia ucapkan saat ini. Tentang hal yang membuat Angel menjadi seperti saat ini.
Dari hari ke hari, mereka semakin dekat. Martin membuat banyak kemudahan di kantor untuk Angel agar bisa mengunakan kursi rodanya secara bebas. Ia makan bersama Angel di kantin yang tidak pernah ia jamah sebelumnya. Mengenang sosok Angel yang berhati mulia, sosok yang rendah hati dan menerima kenyataan hidupnya sebagai gadis cacat.Suatu hari karena bosan, Martin mengajak Angel untuk makan di luar.
“ Makan denganku di luar? Tidak salah kamu kan direktur disini?”
“ Emangnya direktur tidak boleh makan bersama kamu.”
“ Bukan begitu, aku hanya takut merepotkan direktur bila jalan bersamaku. Kota ini tidak ramah dengan kursi roda, aku tidak ingin merepotkan direktur bila jalan bersamaku hingga harus mendorong kursi ini.”
“ Tenang saja, ayo katakan apa yang ingin kamu makan, ini perintah dari Direktur jangan pernah menolak!!”
“ Baiklah. Aku ingin makan Sushi Tei, sungguh aku sudah lama tidak pernah makan disana.”
“ Kalau begitu ayo kita makan.”
Mendengar Angel ingin makan sushi tei, Martin langsung meminta ajudan ayahnya untuk membooking semua kursi yang ada di restorant itu hanya untuk mereka. Ketika Angel tiba di sushi tei, ia terkejut melihat restorant itu hanya ada mereka berdua. Ia hanya mendengar kata terakhir Martin.
“ Makanlah semua yang kamu inginkan..”
Mereka pun makan dengan lahap. Martin begitu menikmati keadaanya bersama Angel, hingga mereka menyadari kalau natal akan datang dalam beberapa minggu lagi.
“ Kalau natal nanti, apa yang kamu inginkan Angel.”
“ Aku kalau natal selalu meminta banyak hal, tapi sayangnya tidak pernah terjadi tuh. “
“ Kalau begitu katakan lah, aku ingin tau..”
“ Sungguh kamu ingin tau?”
“ Tentu saja aku ingin tau.. ayolah sebutkan.”
“ Aku ingin bisa berjalan lagi..”
Hendra tertegun, hatinya miris dan wajahnya menunduk.Tadinya ia berpikir ingin memberikah hadiah kepada Angel, apapun yang Angel inginkan. Kini mendengar permintaan sulit itu, ia bersedih.
“ Adakah hal lain yang bisa kamu katakan selain itu,?”
“ Tidak ada, aku tidak ingin meminta soalnya. Kamu tahu tahun lalu ketika aku sudah meminta eh tiba-tiba malah ga pernah terjadi..”
“ Kalau boleh tau, kamu tahun lalu minta apa?”
Angel tertunduk, ia sadar natal tahun lalu begitu kelabu, ia meminta Hendra meminangnya dan semua benar-benar gagal.
“ Aku tidak bisa katakan, itu sudah menjadi masa lalu, kalau kamu? Katakan dong apa yang kamu mau?”
Martin mendekat kepada Angel, matanya tampak serius.
“ Aku tidak ingin apa-apa selain hanya bisa melihatmu tersenyum. Itu cukup buatku.”
Angel pun tertawa. Mereka melewatkan makan siang itu begitu gembiranya. Setelah makan siang, Angel turun ke loby. Saat itu Martin hendak menggendong tubuh Angel mobil. Tanpa sengaja Angel melihat Hendra sedang bersama wanita lain melewati mereka. Angel terdiam melihat mantan kekasihnya, Begitu pun Hendra. Hanya Martin dan kekasih Hendra yang tak mengerti apa yang membuat keduanya saling bertatapan.
Hendra pun berjalan dan masuk ke mobil. Angel melihat Hendra pergi darinya. Ketika ia di mobil, ia menangis. Martin begitu bingung. Dan bertanya apa yang terjadi. Angel pun mengatakan satu hal tentang natal tahun lalu dan harapannya.
“ Aku ingin menikah, tapi kekasihku tidak bisa karena aku sudah menjadi cacat..”
Martin hanya terdiam, hatinya semakin tak berdaya.
****
Natal telah tiba, Martin mulai mengerti satu alasannya untuk menjadi seorang pria pada utuhnya. Ia memberikan hadiah kepada Angel, sebuah hadiah yang mungkin terlalu berharga untuk Angel. Sebuah kalung berlian di leher Angel. Martin menyadari satu hal, ia mulai mencintai Angel. Ada yang harus ia katakan di acara makan malam natal bersama mereka. Di atas meja makan dengan lilin merah menyala, Martin menyatakan cinta kepada Angel.
“ Apakah kamu yakin ingin menjadi kekasih dari seorang gadis cacat sepertiku?
“ Aku berjanji dalam hatiku dan atas nama Tuhan kalau, aku bersungguh-sungguh ingin menjadi bagian dalam hidupmu Angel, apapun yang terjadi dengan keadaanmu, kamu adalah gadis yang kuinginkan dalam hidupku, sekarang dan selamanya.”
Kalimat itu membuat Angel begitu bahagia, walaupun ia ragu pada awalnya. Pada akhirnya Martin benar-benar membuktikan satu hal kepada Angel. Ia benar-benar mencintai gadis itu.Mereka pun berpacaran secara resmi. Keluarga Martin yang tidak pernah melihat Martin demikian berubahnya dalam hidup menyambut kegembiraan putranya begitu bahagia.Suatu ketika dimalam hari, Angel merasakan kuasa Tuhan, tiba-tiba jari kakinya mampu bergerak. Ia mulai menyadari satu hal, kalau ia mulai bisa merasakan kakinya kembali setela lama lumpuh tanpa bergerak.
Martin tidak pernah mengerti. Mengapa tubuhnya semakin lama semakin lemas. Hingga akhirnya ia jatuh sakit. Ia terdampar di rumah sakit. Angel datang dan membuat keluarga martin begitu terkejut.
“ Siapa dia ?” Tanya ibu Martin pada Martin yang terbaring ketika Angel bersamanya.
“ Ini kekasihku bu..”
Keluarga Martin terdiam. Ia tidak pernah meyangka kalau anaknya punya pacar yang cacat. Semua bisa menebak kalau tentu saja keluarga martin tidak pernah bisa menerima hubungan mereka. Tapi Martin tidak peduli. Saat itu, setelah kelua dari rumah sakit. Ia benar-benar mendapatka hadiah terburuk dalam hidupnya. Martin positif HIV. Sebuah kenyataan yang begitu pahit dalam hidupnya, ntah gadis mana yang ia tidurin dan menularkan penyakit itu padanya.
Ia paham hidupnya seperti kiamat. Tapi dalam kesempatan itu, ia terus berjuang untuk hidup. Angel mengatakan pada Martin kalau kakinya mulai bisa bergerak. Martin melihat itu sebagai keajaiban, ia pun pergi memeriksa keadaan kaki Angel dan dokter mengatakan kemungkian sembuh normal adalah 20 persen. Berita yang indah untuk Angel, tapi sayangnya dokter mengatan harus segera dilakukan operasi untuk membuat kakinya menjadi normal karena ada beberapa bagian urat pada kaki angel yang harus di ganti.
Martin memutuskan untuk membawa Angel ke rumah sakit terbaik di dunia. Angel menolak pada awalnya tapi inilah yang terjadi di malam sebelum itu semua terjadi.
“ Angel, aku selalu ingat keinginan kamu di hari natal. Kamu ingin berjalan. Tuhan telah mendengarkan impianmu itu, sekaranglah jalanmu. Kamu harus ikut aku pergi. Lakukan ini untuk kebahagiaanmu, jangan pikirkan biayanya karena aku bisa membantu.”
“ Tapi kamu terlalu baik untukku, aku tidak ingin berhutang budi.”
“ Kamu tau, aku punya keinginan permintaan natal juga. Kamu ingin tau?” jelas Martin.
“ OK katakan.”
“ Aku ingin kelak meihat kamu berjalan dan aku bisa bahagia bersamamu setelah itu dan..?”
“ Dan apa?”
“ Akan kukatakan kalau kamu sudah mau ikut aku ke untuk menyembuhkan kakimu,”
“ Baiklah..”
Mereka pun berangkat. 3 bulan sebelum natal. Operasi berjala dengan baik, tapi keadaan martin yang terlalu lelah membuatnya semakin buruk.Tapi lelahnya itu dibayar dengan semangat angel yang ingin sembuh dan berjala di saat natal. Semua terjadi, semua yang dilakukan dokter berhasil. Angel pun sembuh, ia mulai bisa berjalan dengan perlahan. Martin yang setia menjaganya selalu ada disampingnya.;
Hingga natal pun tiba. Angel berdua dengan martin. Di sebuah tempat yang indah., wajah martn begitu pucat. Martin pun meneruskan apa yang hendak ia katakan kepada Angel sesaat sebelum Angel di operasi.
“ aku sudah maafkan kamu sejak kita bertemu..?” kata Angel yang membuat Martin bingung.
“ Kamu maafkan untuk apa?”
“ Kamu tidak perlu katakana apapun, aku sudah memaafkan dan mencintai kamu dengan setulus hatiku.”
“ Angel, bagaimana kamu bisa tau?”
“ Aku tidak akan pernah lupa kejadian itu, sesaat sebelum kejadian itu aku melihatmu. Walau samar-samar aku bisa tau itu kamu.”
“ Aku benar-benar menyesal Angel, maafkan aku..”
“ Lupakan semuanya Martin. Aku selalu menerima keadaan ini sebagai takdir.”
“ Angel ada satu hal lagi yang ingin kamu tau..”
“ Katakan Martin?”
“ Aku positif HIV..”
Angel terdiam. Dan ia mengatakan satu hal untuk martin.
“ Ketika kamu melihatku sebagai gadis cacat, kamu tidak pernah merasa malu ataupun merasa takut bila aku merepotkan kamu. Aku begitu tersentuh, setiap manusia memiliki sisi yang tak bisa ia hindarkan tentang ketakutan akan petaka. Tapi kamu berbeda Martin, kamu menyadarkan aku untuk kuat, oleh karena itu, walaupun kamu menderita HIV, kini saatnya aku melakukab hal yang sama!”
“ Kenapa kamu mau? Kamu tidak takut padaku.”
“ Karena inilah takdir kita, apapun yang terjadi dengan keadaanmu. Kamu adalah bagian dalam hidupku yang akan selalu ada. Aku akan selalu ada disampingmu..”
Martin dan Angel menikah beberapa bulan kemudian. Setahun kemudian Angel sudah bisa berjalan tanpa tongkat, dua tahun kemudian. Mereka melahirkan anak dengan ajaibnya normal tanpa penyakit apapun. Tiga tahun kemudian di natal 2009., Martin meninggal karena penyakitnya.
Seperti kata Angel
“ Bagaimanapun keadaan kita dan siapapun yang memiliki keadaan sulit, janganlah merasa kamu akan sulit karenanya. Karena kita tidak bisa memilih apapun dalam hidup kita, selain bertanggung jawab terhadap apa yang kita lakukan di masa lalu. Tapi percayalah masa depan akan indah bila kita beusaha untuk menerima keadaan kita.”
Kupersembahkan kisah ini untuk semua penderita AIDS di dunia, percayalah kalian adalah makluk tuhan yang paling bahagia dengan keadaan apapun.
Untuk sahabatku yang telah pergi dengan keadaan sama, aku merindukanmu.
Bersambung
Demikianlah Yang bisa admin sajaikan Mengenai Novel Cinta, mudah-mudahan sedikit tersentuh dengan cerita diatas, Selamat Membaca. Terimakasih