Pages

Portal Berbagi, Kata-kata mutiara, Kata kata bijak, Kata Kata Motivasi, Kata Kata Romantis, Kata Kata Cinta, Contoh Soal Psikotes, Contoh Resensi, Contoh Moto Hidup, Contoh Surat Resmi,

04/09/15

Pengertian tajuk Rencana | Contoh Tajuk Rencana

Tajuk Rencana. Sobat SE, pada Postingan kali ini akan sedikit membahsan mengenai tajuk rencana, Sobat semua pasti sudah tahu apa yang namanya tajuk rencana, Untuk mengingat kembali tentang tajuk rencana silahkan sobat simak dibawah ini: 


Pengertian Tajuk Rencana
Tajuk Rencana adalah tulisan yang dibuat oleh media massa tentang suatu hal kejadian atau fenomena yang sedang terjadi atau sedang berkembang di masyarakat (suatu kejadian sedang panas-panasnya dibahas di masyarakat), tulisan ini berupa opini dari lembaga penerbitan, dengan kata lain merupakan karya bersama, tidak bersifat pribadi atau perseorangan oleh sebab itu dalam suatu tulisan tajuk rencana, tidak boleh mencantumkan nama penulisnya. Tajuk Rencana juga sering dikenal dengan sebutan Editorial.

Ciri-ciri Tajuk Rencana :

Tajuk Rencana memiliki cirri-ciri khusus yang membedakannya dengan jenis tulisan lain, yaitu :
1. Tema tulisannya selalu hangat (sedang berkembang dibicarakan secara luas oleh masyarakat), aktual dan faktual
2. Bersifat sistematis dan logis
3. Tajuk rencana merupakan Opini / pendapat yang bersifat argumentative
4. Menarik untuk dibaca karna penggunaan kalimatnya yang singkat, padat dan jelas


Fungsi Tajuk Rencana :

Terbitnya Tajuk Rencana pada suatu media massa memiliki fungsi sebagai berikut :
1. Menjelaskan berita yang di anggap penting dan perlu diketahui oleh khalayak ramai
2. Menjelaskan latar belakang terjadinya suatu peristiwa agar tidak terjadi hoax alias cerita bohong
3. Meramalkan atau menggambarkan perkembangan kedepannya berdasarkan masalah yang sedang terjadi.
4. Menyampaikan pertimbangan moral berdasarkan fakta/aktualisasi yang bisa diterima oleh semua lapisan masyarakat dari kejadian yang diangkat dalam tulisan tersebut. (wikipedia).

Contoh Tajuk Rencana 

JAKARTA - Politikus senior Partai Amanat Nasional (PAN) Husein Alamsyah menyatakan mundur dari partainya.

Husein mengungkapkan, alasan ke mundur dari PAN karena tidak setuju dengan sikap partainya meninggalkan partai koalisi yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih (KMP) dan bergabung bersama koalisi pendukung Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi).

"Benar saya ke luar (dari PAN)," ujar Husein ketika dikonfirmasi Sindonews melalui telepon, Kamis (3/9/2015).

Dia menganggap partai yang didirikan Amien Rais tidak lagi sejalan dengan tujuan sesungguhnya. Menurutnya, para pemimpin pusat partai tidak lagi memegang komitmen awal.

"Kehilangan marwah sebagai partai reformis dan akhir-akhir ini gerakan politik teman-teman (pengurus pusat PAN) terlihat terlalu vulgar," ucap pria yang pernah menjabat Wakil Ketua DPD PAN Sukabumi ini.( nasional.sindonews.com)


NILAI BUDAYA DI MASYARAKAT KIAN LUNTUR

Nilai-nilai budaya lokal dewasa ini kian luntur, bahkan menghilang di masyarakat. Kecenderungan ini hampir terlihat dalam berbagai peri-kehidupan, baik sosial, politik, maupun hukum. Diperlukan budayawan tangguh sebagai katalisator perubahan zaman.

Masyarakat kita saat ini tengah mengalami kerusakan dari sisi budaya. Yang lebih dominan muncul saat ini adalah karakter egois, individualis, konsumtif, kehilangan nasionalisme, krisis kreatif dalam berseni. Nilai-nilai budaya makin tergeser.

Kita khawatir anekdot yang menyatakan, Jika ingin merusak bangsa, hancurkan saja budayanya kini betul-betul tengah terjadi. Dulu, Bandung dikenal sebagai kota budaya, kota intelektual dan kota perjuangan.

Hari ini, itu semua telah berubah. Yang terlihat hanya Bandung kota outlet," lebih dominannya faktor ekonomi daripada unsur budaya saat ini. Lunturnya budaya secara tidak langsung dipengaruhi oleh perilaku televisi kita. Budaya di TV mendapatkan porsi yang sangat minimal dengan alasan rendahnya rating. Dewasa ini, lebih berharga gosip dan sinetron ketimbang tontonan budaya.

Lebih parah lagi, lunturnya nilai-nilai budaya terjadi pula di kehidupan hukum. Sekarang, siapa yang merasa apakah yang membaca ini tidak normal, memproses SIM tidak dengan cara nembak? Inilah ironi budaya hukum kita. Yang tidak nembak, justru dianggap tidak normal.

Budaya kesadaran hukum masyarakat, kini berada di titik terendah, kalau tidak bisa dikatakan sudah mati. Para pelanggar ironisnya justru para pembuat hukum. Budaya kita tidak jalan karena nuansa politiknya lebih kuat.

Kita harus segera keluar dari kondisi seperti ini! Kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara harus segera kembali mengacu kepada Pancasila sebagai salah satu pilar negara ini. Pancasila harus menjiwai segenap tindakan kita.

Jangan sampai kita terus abai dan menganggap ringan berbagai degradasi perikehidupan berbangsa dan bernegara yang sedang kita alami. Sebab, dampak paling berat bukan pada saat ini, melainkan dalam beberapa dekade ke depan ketika era globalisasi yang kian mengaburkan berbagai batas wilayah, bahkan ideologi, masuk kian dalam di berbagai lini kehidupan kita.

Kita mengakui, dalam keterpurukan seperti sekarang, upaya ini merupakan usaha maha berat karena sangat kompleks. Tapi, kita tidak boleh menyerah. Tetap terbuka peluang dari segenap sisi kehidupan untuk kembali memulihkan kondisi jiwa, kepribadian bangsa, kita yang oleh sebagian kita sendiri disebut dalam keadaan "sakit".

Upaya perbaikan itu utamanya kita harapkan dari penyelenggara pemerintahan. Mulai dari level tertinggi hingga terendah. Mereka harus menjadi pionir, teladan, ke arah itu. Berlebihan? Tidak! Karena, pada satu sisi, mereka menjadi cerminan dari kondisi jiwa bangsa ini.


Demikilah sekilas mengenai tajuk rencana semoga anda semunya faham dan mengerti apa maksud dari tajuk rencana itu. Terimakasih
Facebook Twitter Google+
Back To Top