Contoh Naskah Drama Kolosal Yang Lucu - Drama kolosal adalah drama yang dimainkan dengan sejumlah pemain yang banyak. Ukuran lot dalam hal ini tidak memiliki angka pasti. Tapi setidaknya, tidak seperti drama pada umumnya. Misalnya, untuk menggambarkan perang, drama kolosal menunjukkan jumlah pasukan dalam perang seperti dalam perang nyata, yang memerlukan sekitar lebih dari lima puluh orang dan lain-lainnya.
Dalam drama ini, jarang sekali ada tariannya bahkan tidak ada. Karena kebanyakan cerita yang diangkat adalah cerita rakyat seperti pendekar-pendekar jaman dahulu atau cerita rakyat lainnya dengan suasana jadul, cerita singkat tentang sejarah dan lain-lainnya. Untuk musik terutama sound effect di sini ada, gerakan (fisik, bicara dan lain-lain) tentunya pasti ada, perilaku dan sifat dari pemerannya pun ada.
Contoh Naskah Drama Kolosal Yang Lucu
Dibawah ini admin sajikan beberapa contoh drama kolosan untuk dijadikan referensi buat anda. Silahkan simak dibawah ini dengan seksama.
DRAMA KOLOSAL
Judul drama
Perlawanan terhadap
para penjajah di desa Teluk Hilir
Tema
Perjuangan
Tokoh dan Karakter
Suseno (Pemimpin desa
yang bijaksana, banyak akal, dan gesit / protagonis)
Atinah (Istri Suseno,
sabar dan selalu mematuhi suaminya / protagonis)
Ajimin (Saudara Suseno
yang selalu membantu pemberontakan / protagonis)
Brata (Teman
seperjuangan Suseno dan Ajimin, pekerja keras / protagonis)
Dirck (Jendral Belanda
yang ingin memusnahkan desa Teluk Hilir / antagonis)
Henrick (Wakil dari
Jendral Dirck yang bertanggungjawab dan patuh / antagonis)
Latar
Tempat : Desa Teluk Hilir
Waktu : Pagi, siang dan malam hari
Sosial : Desa Teluk Hilir sudah lama menjadi
daerah jajahan Belanda namun akhir-akhir ini beredar desas desus bahwa desa
tersebut akan dimusnahkan untuk dibangun sebuah markas militer penjajah.
Sinopsis
Warga desa hidup serba
kekurangan karena mereka sedang dijajah oleh Belanda. Mereka dipaksa untuk
menanam tanaman yang dibutuhkan untuk perang seperti jarak. Bagi para penduduk
yang berani menentang akan langsung dijatuhi hukuman mati. Meskipun terlihat
tunduk namun para pemuda sedang membuat rencana pemberontakan terhadap Belanda
yang ternyata bertepatan dengan rencana Belanda untuk memusnahkan kampung itu.
Teks drama
Babak 1
Pagi hari di sekitar
kebun jarak.
Henrick : Cepat kerjanya, nanti ada jendral datang
untuk melihat kerja kalian. Yang malas akan langsung masuk sel dan tidak akan
dibebaskan!
Para petani : Baik Tuan.
Seseorang datang dari
kejauhan dengan memakai seragam lengkap dan tentara pengawal.
Henrick : Jendral Dirck… (lari tergopoh-gopoh)
Dirck : Subur sekali tanah ini.
Henrick : Lapor Jendral, semua tanaman sudah siap
dipanen.
Dirck : Kerjamu bagus.
Henrick : Jendral, saya dengar pasukan di wilayah
utara semakin terdesak, apakah benar.
Dirck : Ya itu benar, tapi semalam bala bantuan
dari pusat sudah datang dan akhirnya kita menang. Tapi, kita butuh tempat yang
aman dan luas sebagai markas militer dan mendirikan benteng agar pertahanan
kita tidak mudah dibobol.
Henrick : Kira-kira dimana akan didirikan markas
itu?
Dirck : Ada beberapa tempat tapi aku memilih
desa ini?
Henrick : Bukankah desa ini sangat membantu untuk
memenuhi kebutuhan perang.
Dirck : Ya, tapi kita harus punya markas yang
kuat dan lokasi desa ini sangat ideal. Susun rencana untuk membakar seluruh
desa saat semua penduduk lengah.
Henrick : Siap Jendral.
Dari semak-semak,
seorang petani jarak mengamati pembicaraan mereka dan berlalu pergi setelah
semuanya selesai.
Babak 2
Malam hari di rumah Suseno.
Brata : Musnah semua rencana kita, kita kalah
cepat.
Ajimin : Ada apa? Mereka minta upeti lagi?
Brata : Kali ini masalahnya lebih genting.
Mereka akan membangun markas baru disini dan semua kampung akan dibakar.
Suseno : Mereka sangat keterlaluan dan keji.
Semua telah kita berikan bahkan makanpun kita kekurangan. Kapan mereka
melaksanakan rencana itu.
Brata : Sekitar beberapa hari mendatang saat
pasukan Belanda masuk wilayah ini.
Ajimin : Kita harus bergerak cepat untuk
mengungsikan para warga tanpa mereka ketahui.
Suseno : Kita pindahkan orang tua renta,
perempuan, dan anak-anak ke sisi hutan. Dan para pemuda harus turun untuk
melakukan perjuangan.
Ajimin : Apa tidak terlalu gegabah?
Suseno : Tidak! Apa artinya persiapan kita selama
ini jika akhirnya kita harus menyerah kalah begini.
Atinah : Kang, mereka bersenjata dan kita tidak,
bagaimana kita bisa menang.
Brata : Kita sudah memiliki cadangan senjata di
tempat yang mereka tidak tau kan?
Ajimin : Ya, semua warga desa harus tau dan
rencanakan dengan matang.
Babak 3
Pagi hari di depan
rumah Henrick.
Dirck : Apa pasukan lain sudah datang untuk
membantu.
Henrick : Sudah Jendral dan nanti malam eksekusi
siap dijalankan.
Dirck : Bagus, semua menjadi tanggungjawabmu,
jika gagal, kamu yang aku penggal.
Henrick : Baik Jendral. (dengan suara yang sedikit
gugup)
Dari semak-semak
Ajimin : Tidak salah lagi nanti malam adalah
malam pembantaian.
Brata : Menjelang malam semua penduduk harus
diungsikan dan semua persenjataan disiapkan.
Babak 4
Siang hari di rumah
Suseno.
Suseno : Apa seluruh penduduk sudah tau dan mau
mengungsi.
Ajimin : sudah.
Brata : Para pemuda juga sudah siap. Menjelang
tengah malam desa akan kosong.
Suseno : Hmmmm… kita mulai perjuangan. Sisakan
beberapa pemuda untuk menjaga warga desa.
Atinah : Kang berhati-hatilah, aku menunggumu di
pengungsian.
Suseno : Iya, kita akan melakukan serangan
gerilya yang tak terduga saat mereka membakar desa di malam hari. Pasukan
Belanda pasti tidak akan menduganya.
Ajimin : Ya sudah sekarang kita kembali ke rumah
masing-masing dan bertemu menjeang malam di pinggir hutan sebelah barat.
Brata : Aku percaya kita akan berhasil.
Babak 5
Tengah malam di
perbatasan desa
Henrick : Semua penduduk sudah tertidur pulas. Ini
saat yang tepat untuk menyerang. Aku tidak ingin ada satupun orang yang tersisa
dari desa ini. Sapu habis bakar semua. Kalian mengerti!
Pasukan : Siap tuan.
Pasukan mulai memasuki
desa dan membakar satu persatu rumah warga dengan cepat. Namun ada yang aneh.
Desa tampak hening padahal pasukan bersenjata sudah siap menembaki mereka.
Tiba-tiba segerombolan orang tak dikenal menyerang dari belakang.
Suseno : Waktunya sudah tiba. Seraaaaaang!
Para pemuda
berhamburan keluar dari tempat persembunyian dan menyerang para pasukan membabi
buta. Henrick akhirnya tewas dan pasukan yang tersisa lari terbirit-birit.
Mereka mengabarkan kepada Dirck bahwa penyerangan gagal dan Jendral akhirnya
menarik pasukan.
Suseno : Apa masih ada yang tersisa?
Ajimin : Aku rasa sisanya sudah lari. Kita
biarkan saja yang penting semua selamat.
Brata : Kita harus bersiap dengan serangan
sewaktu-waktu.
Suseno : Api sudah dikobarkan dan perjuangan
dimulai di sini. Ini tanah air kita, mati atau hidup, harus kita pertahankan.
Merdeka!
Tamat